ALL CATEGORY
Hindari Mahasiswa, Presiden Memilih Resmikan Pabrik Biodiesel
Oleh: Mochamad Toha SETIDAKNYA, sudah 3 kali ini Presiden Joko Widodo berusaha menghindar dari unjuk rasa ketika ada rakyat yang ingin menemuinya di Istana Negara dan Bogor. Unjuk rasa BEM SI, Kamis (21/10/2021), adalah kali ketiga. Sebelumnya, sikap serupa juga pernah dilakukan Presiden Jokowi yang tak menemui ulama yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) pada demo 4 November 2016. GNPF-MUI akhirnya meminta DPR, “Gunakan hak angket, hak bertanya, hak interpelasi atau apapun namanya,” kata Dewan Penasihat GNPF-MUI Habib Rizieq Shihab di Kompleks Parlemen, Kamis (17/11/2016). DPR perlu mendalami sikap presiden tersebut, termasuk aksi represif yang dilakukan oleh aparat kemanan dalam membubarkan massa peserta Aksi Bela Islam II. Imam Besar Front Pembela Islam itu berpendapat, sikap pemerintah yang seperti itu merupakan penghinaan terhadap para ulama. Pasalnya, para ulama dan massa melangsungkan aksi unjuk rasa dengan damai. “Kenapa justru ditinggal pergi. Bahkan dilakukan tindakan represif yang brutal,” lanjut ulama yang akrab dipanggil HRS itu. Saat terjadi unjuk rasa, Presiden Jokowi sedang meninjau sejumlah proyek di sekitar Bandara Soekarno-Hatta. Para pendemo, yang menuntut kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama diusut, akhirnya ditemui Wapres Jusuf Kalla. Kasus serupa terjadi pada Kamis (8/10/2020), saat terjadi demo Omnibus Law Ciptaker oleh mahasiswa dan buruh di Istana Bogor. Presiden Jokowi ternyata lebih memilih melihat bebek di Kalimantan. Ternyata benar. Akun Instagram Presiden Jokowi menyebut memang benar pada Kamis 8 Oktober 2020 ia melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah untuk melihat kegiatan food estate. "Selamat pagi. Hari ini saya menuju Kalimantan Tengah untuk kunjungan sehari,” tulisnya. Setiba di Bandara Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya, lalu dengan helikopter ia menuju Kabupaten Pulang Pisau. “Di sana saya hendak meninjau kawasan lumbung pangan yang sedang kita kembangkan berikut penanaman padi, keramba ikan, serta peternakan bebek yang terletak di Kecamatan Pandih Batu," tulis Jokowi. Esoknya, viral beredar sebuah foto Presiden Jokowi di media sosial twitter dengan keterangan: "Maafkan, Bapak ini lebih suka ketemu Bebek daripada Rakyat," tulis akun @linalinzc, Jum’at 9 Oktober 2020. Saat itu belum bisa dipastikan apakah foto tersebut benar adanya sebagai salah satu rangkaian kegiatan Presiden Jokowi ke Kalimantan Tengah di tengah maraknya aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law Cipta Kerja. Namun, setelah adanya “pengakuan” Instagram Presiden Jokowi menyebut memang benar pada Kamis 8 Oktober 2020 ia melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah, ternyata foto tersebut sesuai fakta tersebut. Netizen: "This is the Indonesian president, which was called as the "man of contradiction" by one of international writer, being alone & contemplate in a large duck cage while his people flocked in big protests in many areas accross the country," tulis @rataukeramas. Kira-kira terjemahannya: “Inilah Presiden Indonesia, yang oleh salah satu penulis internasional disebut sebagai "manusia kontradiksi", sendirian dan merenung di dalam kandang bebek besar sementara rakyatnya berbondong-bondong melakukan protes besar-besaran di berbagai daerah di tanah air,” dengan menyebut akun @redfishstream. Komentar netizen dengan nama akun @samyancg cukup menohok, "Apa dia memiliki dunianya sendiri dengan para bebek itu?" tulisnya. Yang dibalas lagi oleh @fitrikhamila, “Ternyata bebek lebih spesial daripada kita.” Dan kali ketiga, Jum’at, 22 Oktober 2021. Mungkin saking kesalnya, media sosial twiter ramai dengan cuitan-cuitan yang menggemakan tagar, “Kapan Jokowi Lengser”. Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga turut menjadi sorotan. Banyak warganet yang menilai jika kinerja Jokowi dan Ma'ruf Amin pada tahun kedua menjabat ini jauh dari kata maju. Hal ini memicu naiknya tagar #KapanJokowiMundur. Lebih mengecewakan, ternyata ketika Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) unjuk rasa di depan Istana, Presiden Jokowi memilih ke Kalsel meresmikan pabrik biodiesel PT Jhonlin Agro Raya (JAR). Pabrik biodiesel tersebut di bawah naungan Jhonlin Group. Jhonlin Group sendiri adalah perusahaan milik pengusaha batubara Kalimantan Selatan, Samsudin Andi Arsyad atau Haji Isam. Sikap Presiden Jokowi yang “lari” itu, seolah membuktikan tema unjuk rasa BEM SI Gelar ‘Aksi Geruduk Istana Oligarki’: Evaluasi 7 Tahun.... Presiden Jokowi lebih memilih menemui pe3ngusaha bagian dari Oligarki. Lolos di Jakarta, mahasiswa Kalsel telah menyiapkan poster dan spanduk dengan coretan yang berisi kritikan ke Presiden Jokowi. Mereka menduduki DPRD Kalsel dan menutup Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Mereka menuntut janji Jokowi yang dinilai tidak ditepati selama dua tahun kepemimpinannya pada periode kedua. Koordinator lapangan memberikan tuntutan kepada Presiden Jokowi untuk lebih memperhatikan terjadinya kerusakan lingkungan karena aktivitas dari penambangan. Melansir Repelita Online, Jum’at (2021-10-22,11:03), Aktivis 98, Haris Rusly Moti mengatakan, padahal track record perusahan Haji Isam ini sangatlah bermasalah karena pernah digeledah KPK terkait kasus pengemplangan pajak bersama dengan Mu’min Ali dari Panin Bank. “Presiden Joko Widodo membuktikan konstitusi dan hukum miliknya. Demi isu investasi, Presiden akan meresmikan salah satu anak usaha milik group Jhonlin. Tak peduli perusahaan milik haji Isam ini pernah digeledah KPK RI diduga terlibat pengemplangan pajak bersama Mu’min Ali dari Panin Bank,” tutur Haris Rusly Moti. Nama Haji Isam sempat menyita perhatian publik karena terkait pusaran kasus korupsi pejabat pajak. Pengusaha batubara ini diduga 'bermain mata' dengan pejabat pajak berkaitan dengan nilai pajak perusahaannya. Hal itu terungkap dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (4/10/2021). Sidang tersebut mengadili terdakwa Angin Prayitno Aji selaku mantan Direktur Pemeriksaan dan Penagihan di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Dadan Ramdani yang saat itu jadi Kepala Subdirektorat Kerja Sama dan Dukungan Pemeriksaan di Ditjen Pajak. Sidang menghadirkan seorang saksi atas nama Yulmanizar sebagai mantan anggota Tim Pemeriksa Pajak di Ditjen Pajak. Dari kesaksian Yulmanizar dalam Berita Acara Perkara Nomor 41 itulah nama Haji Isam muncul. Yulmanizar mengaku sempat bertemu orang bernama Agus Susetyo selaku konsultan pajak PT Jhonlin. Disebutkan, di pertemuan itu ia meminta agar nilai perhitungan pajak PT Jhonlin dikondisikan pada Rp 10 miliar saja. Nah pertemuan itu, menurut Yulmanizar, adalah permintaan langsung dari pemilik PT Jhonlin Baratama yang tak lain, tidak bukan adalah Samsuddin Andi Arsyad atau Haji Isam. Presiden Jokowi mengatakan alasan besarnya adalah karena Jhonlin Group ini mampu membuka lapangan kerja yang besar dan banyak. “Kenapa saya mau datang ke sini? Alasan besarnya adalah kawasan ini, pabrik ini, perusahaan PT Jhonlin mampu membuka lapangan kerja yang banyak," kata Jokowi dalam sambutannya yang disiarkan secara virtual, Kamis (21/10/2021). Menurut Komisaris Utama PT Jhonlin Agro Raya, Andi Amran Sulaiman, di kawasan industri yang ada di pabrik biodiesel milik Haji Isam tersebut bisa menampung tenaga kerja 2.320 orang. Bukan hanya pabrik biodiesel, di sana juga ada pabrik minyak goreng hingga smelter. Sementara itu, untuk Jhonlin Group keseluruhan sudah mempekerjakan 60 ribu orang. Sebanyak 20 ribu orangnya diperkerjakan secara langsung oleh Jhonlin Group. “PT Jhonlin Group itu gambaran umumnya saat ini PT Jhonlin pekerjakan karyawan 20 ribu orang langsung, tidak langsung 40 ribu orang, total 60 ribu orang,” ungkap Amran. Penulis Wartawan FNN.co.id
Sukmawati Murtad, Solusi Terbaik Bagi Kelompok Islamphobia
AKHIRNYA dengan jujur Sukmawati menyampaikan niatnya untuk pindah agama dari Islam ke Hindu tepat di hari ulang tahunnya yang ke 70 di Soekarno Centre Bali. Arya Wedakharna tim sukses di balik prosesi ritual pindah agama ini juga membenarkan sesuai yang diberitakan banyak portal on line media massa. Tak tanggung-tanggung, Presiden RI Jokowi, Menteri Agama, serta keluarga besar Soekarno akan diundang dan acaranyapun juga akan dipublikasi secara terbuka kepada masyarakat umum. Beragam komentar dapat kita lihat hasil celoteh para netizen baik itu pro dan kontra. Apapun itu alasannya, perpindahan agama Sukmawati dari Islam ke Hindu, yang dipublikasi secara sakral, terbuka dan besar-besaran kepada publik adalah hak preogratif Sukmawati. Namun yang menarik dari berita ini adalah tanggapan dari kelompok Islam itu sendiri. Justru menyambut positif hal ini. Malah ada yang mengucapkan syukur alhamdulillah. Sebenarnya, prosesi perpindahan agama di bumi nusantara ini adalah hal yang biasa. Apakah itu dari kristen ke Islam (mualaf), atau dari Islam ke kristen (murtad), maupun dari agama lainnya seperti Hindu dan Budha. Namun khusus Sukmawati memang agak sedikit berbeda. Karena, prosesi ritual perpindahan agama ini entah sengaja atau tidak, beritanya seakan dibuat begitu heboh. Sampai mengundang kepala negara dan menteri agama segala. Namun menariknya juga adalah tanggapan dari kelompok ummat Islam itu sendiri. Yang kadang kocak, lucu, satire, tapi dominan tak masalah atau malah mendukung. Kata mendukung ini yang menarik kita bahas dalam tulisan ini. Karena tentu hal itu punya alasan tersendiri bagi ummat Islam. Dimana kalau kita mapping menjadi beberapa jenis alasan sebagai berikut : Pertama, rekam jejak Sukmawati yang acap dilaporkan oleh kelompok ummat Islam atas ungkapan Sukmawati itu sendiri yang banyak menyakiti hati ummat Islam. Khususnya dalam isu “tusuk konde” dan “kidung Vs suara azan”. Namun sayang, seperti biasa, laporan ummat Islam atas dugaan penistaan agama ini tidak diproses penegak hukum sampai saat ini. Kedua, performance keislaman Sukmawati selama ini juga tidak kelihatan di mata publik. Apakah itu cara beribadahnya, kontribusi sosialnya, termasuk pikiran dan ucapannya yang banyak melahirkan kontroversial di tengah masyarakat. Ketiga, dengan “murtad”nya Sukmawati keluar dari agama Islam, akan lebih baik dari pada beliau masih mengaku Islam tapi setiap ungkapan dan ucapannya sering menyakiti hati ummat Islam. Maka akan semakin jelas batas hitam-putihnya seorang Sukmawati di mata masyarakat. Dan semoga setelah ini, beliau tak lagi merecoki ibadah ummat Islam dan bisa fokus ibadah menurut agama baru yang dianutnya. Keempat, dengan keluarnya Sukmawati dari Islam, ibarat duri keluar dari dalam daging. Karena bagi sebagian kelompok Islam sendiri selama ini Sukmawati ibarat duri dalam daging. Ngaku Islam tapi menyakitkan hati ummat Islam. Buktinya beliau berulang kali dilaporkan ke Polisi walaupun tidak diproses Kelima, yang menarik adalah bagi kelompok Islamphobia. Yang menyambut hal ini dengan gegap gempita proses murtadin Sukmawati ini. Kelompok ini langsung menggoreng isu ini sedemikian rupa, dengan narasi toleransi dan kebhinekaan. Karena bagi kelompok Islamfobhia ini (meskipun mereka juga ngaku Islam), salah satu indikator penganut paham toleransi dan kebhinekaan itu adalah “semua agama itu sama”. Dan tidak mempermasalahkan perpindahan agama itu karena dianggap tidak terlalu penting. Berbeda dengan kelompok Islam Aswaja yang mayoritas di Indonesia. Yang tetap menganggap agama itu adalah masalah private, masalah akidah dan tauhid yang tak bisa ditawar dengan urusan dunia atau pikiran sekulerisme liberal. Keenam, berharap setelah Sukmawati hal ini juga dapat diikuti oleh Abu Janda, Denny Siregar, Eko Kunthadi, Ade Armando, Guntur Romli, atau lainnya. Biar semakin jelas batas polarisasi mana yang mengaku kelompok Islam fundamentalis yang dicap kadrun, radikal dan intoleran. Dan mana kelompok Islam penganut paham sekuler, liberal, syiah, atau Islam Nusantara istilah mereka. Kenapa ini perlu diperjelas? Agar masyarakat segera tahu dan tidak bingung lagi. Karena bagi kelompok Islam fundamentalis menganggap kelompok Islam Liberal atau Islam Nusantara ini adalah sesat, jahat, dan jauh lari ajaran Islam sebenarnya. Karena mereka memisahkan kehidupan dengan agama. Begitu juga sebaliknya. Bagi kelompok Islam liberal-sekuler atau Islam Fundamental ini, mereka cap dengan kata/kata kelompok radikal, intoleran, anti kebhinekaan, anti Pancasila, hingga dikatakan sarang teroris yang mengancam keutuhan NKRI. Cuma bedanya, kelompok Islam Nusantara yang sekuler-liberal ini diback- up penuh oleh kekuasaan. Karena patuh dan tunduk pada penguasa hari ini. Beda dengan kelompok Islam fundamentalis, banyak para tokoh dan aktifisnya dipenjarakan dan dikriminalisasi. Kembali kepada judul tulisan di atas. Setelah Sukmawati ini, tentu kita berharap para pentolan penganut paham Islam nusantara atau Islam liberal-sekuler yang selama ini gigih dan getol membully Islam ? Segera menyusul dan mengikuti langkah Sukmawati. Dan justru menjadi murtad ini adalah solusi terbaik bagi para penganut Islamphobia. Dari pada jadi duri dalam daging bagi Islam dan keutuhan bangsa. Terlepas apa jenis agama baru yang mereka pilih. Atau bahkan tanpa agama saja sekalian alias anti Tuhan seperti ajaran Komunis-Atheis. Tak usah basa-basi lagi. Permasalahan konflik antara haq dengan batil, fundamentalis-radikal dengan paham sekulerisme-liberal ini, sebenarnya sudah ada sejak zaman para Nabi. Jadi kita tidak mesti gagap dan heran lagi. Bagaimana para Nabi ketika menyampaikan sebuah nilai kebenaran agama, malah dikriminalisasi, dibunuh, dianiaya, dibully, diusir, dipenjarakan, dan dituduh sebagai tukang bohong, tukang sihir, penjahat, teroris, dan pembohong. Termasuk melawan pada penguasa yang zalim. Jadi mari kita jaga bangsa ini dengan rasa cinta kebersamaan. Tidak dengan rasa dengki, dendam dan benci. Toleransi bukan harus saling mengikuti tapi saling menghormati. Kebhinekaan itu adalah satu dalam keberagaman yang hakiki bukan memaksakan kehendak untuk menyeragamkan. Radikal dan politik identitas itu adalah karakter dasar dan jati diri bangsa Indonesia yang beragam dan ta’at pada nilai spritual keagamaan. Bukan ancaman karena tidak tunduk pada kekuasaan. Selamat bagi Bu Sukmawati, semoga Indonesia tetap berjaya dalam keberagaman, dan para koleganya kita doakan segera menyusul. InsyaAllah.
Lazisku Laksanakan Berbagi Tuk Sesama di Pesantren Daarul Hijrah
Jakarta, FNN - Tepat di Hari Santri Nasional, Jumat, 22 Oktober 2021, Lembaga Amil Zakat Infak dan shadaqah Kemandirian Umat Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (Lazisku KBPII) melaksanakan program Berbagi Tuk Sesama (BTS), di Pesantren Daarul Hijrah. Pesantren yang berdiri sejak 2018 ini berlokasi di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurut penanggungjawab program BTS Lazisku KBPII, Didi Mardiono, pendidikan di pesantren tersebut merujuk pada kurikulum Gontor. Menggunakan tiga bahasa pengantar, Indonesia, Arab dan Inggris. "Dalam kesehariannya santri menggunakan bahasa Arab," ujar Didi usai berbincang dan mengenalkan program tersebut kepada pengasuh pesantren, Jamal dan Murtado. Dari perbincangan tersebut, menurut Didi, diketahui jumlah santri 108 orang, terdiri dari 50 santriwati dan 58 santriwan. Jenjang pendidikan yang ditempuh MI (Madrasyah Ibtidayah), Madrasyah Tsanawiyah) dan MA (Madrasyah Aliyah). "Pesantren baru meluluskan angkatan pertama," kata Didi. Pengamatan Didi selama pelaksanaan BTS, Pesantren Daarul Hijrah memiliki keunikan tersendiri. Pesantren tampak masih terus melaksanakan pembangunan sarana dan prasarananya. "Dana pesantren berasal dari sumbangan sukarela para murid kiai pendiri pesantren," kata Didi. Contohnya, kata Didi, dana pembangunan masjid diperoleh melalui beberapa sumber. "Ada celengan 'One Day One Thousand' yang dibagikan ke masyarakat. Setiap pekan diambil pihak pesantren," ucap Didi. Dana lainnya berasal dari keuntungan kantin yang dibangun di lokasi pesantren. Karyawannya para santri yang bekerja sesuai dengan pembagian tugas masing-masing. Didi menjelaskan, melalui pelaksanaan BTS di Pesantren Daarul Hijrah, memberi peluang kerja sama dengan Lazisku KBPII. "Pesantren bisa menjadi jejaring Lazisku terkait program beasiswa santri dan perekrutan relawan," kata Didi. Program BTS yang kelima kalinya dilaksanakan Lazisku KBPII, kemarin berlangsung di dua lokasi. Selain di pesantren, lokasi lainnya di Masjid Al Kautsar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. "Melalui penyebaran lokasi BTS di Jakarta dan sekitarnya ini, diharapkan masyarakat semakin mengenal Lazisku dan program-programnya," kata Didi. (MD).
Ribuan Pengunjung Padati Ragunan Saat Hari Pertama Dibuka
Jakarta, FNN - Tiga ribu lebih pengunjung dari berbagai wilayah di DKI Jakarta telah memasuki kebun binatang tersebut sejak pagi hingga Sabtu siang saat hari pertama pembukaan kembali pada PPKM Level 2. Staf Pelayanan dan Informasi Kehumasan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) Wahyudi Bambang saat ditemui mengatakan, sejak dibuka pukul 07.00 hingga 12.00 WIB ada 3.613 pengunjung. Menurutnya, jumlah itu diperkirakan terus bertambah hingga sore nanti. "Hingga siang ini tercatat 3.613 orang yang sudah masuk dan untuk yang sudah mendaftar sekitar 8.000 orang. Kita tidak tahu apakah semuanya masuk atau gimana, nanti kita lihat pada penutupan pukul 14.30 WIB," kata Wahyudi. Menurut Wahyudi, pendaftaran secara daring (online) menjadi prosedur pengunjung untuk memasuki kebun binatang tersebut. Hal itu wajib dilakukan satu hari sebelum berkunjung sehingga warga yang belum mendaftar hari ini baru bisa memasuki Ragunan pada besok harinya. Wahyudi menegaskan, pengunjung yang diizinkan masuk adalah mereka yang ber- KTP DKI. Pengunjung juga harus memindai (scan) kode batang (barcode) dari telepon seluler melalui aplikasi PeduliLindungi. Kewajiban itu bertujuan memeriksa apakah pengunjung sudah divaksinasi guna mencegah penyebaran virus di lingkungan Ragunan. Wahyudi memastikan pengelola TMR menerapkan protokol kesehatan secara ketat di areal TMR. Pemeriksaan suhu tubuh juga dilakukan kepada pengunjung saat hendak masuk TMR. Salah satu pengunjung, Hermina, 30, mengaku senang karena kebun binatang tersebut dibuka kembali untuk pengunjung. Hermina yang datang bersama keluarganya mengungkapkan mengetahui operasional Ragunan melalui media sosial Instagram. "Jam 9 sih udah sampai di sini. Memang udah menunggu pembukaan Ragunan, makanya kemarin daftar 'online'. Di sini datang 'refreshing' sama anak anak ya," kata warga Jakarta Barat itu. Salah satu pengunjung lainnya, Zulkarnaen, 34, mengatakan hal serupa. Sejauh ini tidak ada mengalami kendala saat memasuki Ragunan. "Prosedurnya dari media sosial dan saya juga sudah siapkan aplikasi PeduliLindungi agar bisa masuk," katanya. (mth)
Selamat Jalan Bu Suk
By M Rizal Fadillah RAMAI di jagad media rencana ritual pindah agama "Sudhi Wadani" Sukmawati Soekarnoputeri dari Islam menjadi Hindu. Konon kembali ke agama neneknya, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben ibu kandung Sukarno, Presiden pertama. Akan diselenggarakan di Bale Agung Singaraja Buleleng Bali. Penyelenggara acara adalah "The Soekarno Center". Soal pindah agama adalah suatu hal yang biasa, tetapi jika dibesar-besarkan menjadi luar biasa. Urusan privat menjadi seperti agenda publik. Dengan mengundang Presiden, Menteri, dan tokoh politik, mengesankan ada keinginan mengubah urusan agama menjadi politik. Umat Hindu sekurangnya panitia seperti bahagia dan memproklamasikan secara nasional bahwa puteri Proklamator pindah ke agama Hindu. Umat Islam, sekurangnya yang merasa sakit atas penghinaan Sukmawati pada agama Islam, juga bahagia dengan murtadnya Sukmawati. Toh menjadi muslim juga tidak berguna, malah menjengkelkan. Bagus saja pindah agama. Rupanya sudah lama Sukmawati mengikuti ritual Hindu dengan sering mengunjungi pura pura di Bali. Teringat puisi menyakitkan Bu Suk. Dikenal dengan puisi konde. Umat memprotes bahkan melaporkan kepada Polisi atas penistaan itu akan tetapi kasusnya menguap. Islamophobia terlindungi di rezim ini. Aku tak tahu syari'at Islam//Yang kutahu sarikonde ibu Indonesia sangatlah indah//lebih cantik dari cadar mu Aku tak tahu syari'at Islam//Yang kutahu suara kidung Indonesia sangatlah elok//lebih merdu dari alunan azan mu Bodoh sekali, Sukmawati yang mengaku tak tahu syari'at tapi menyinggung syari'at. Begitu juga naif dan ngawur saat ia membandingkan Nabi Muhammad dengan Ir Sukarno. "Sekarang saya mau tanya semua, yang berjuang di abad 20 itu yang mulia Nabi Muhammad apa Ir Sukarno untuk kemerdekaan?" Ya sudahlah, Sukmawati memang jahil soal agama Islam, jadi tak masalah berpindah juga. Mungkin berharap lebih bisa mendalami agama lama atau barunya. Itu adalah hak, hanya sebagai muslim wajar bila bertakbir membesarkan Allah betapa hebatnya hidayah. Dari pada plin plan soal agama dan bangga dengan ketidaktahuan syari'at, lebih baik pindah saja. Itu pilihan hidup di usia senja, 70 tahun. Oke, selamat ultah, selamat jalan Bu Suk. *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
KPK Jebloskan Mantan Bupati Bengkalis ke Rutan Pekanbaru
Jakarta, FNN - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengeksekusi mantan Bupati Bengkalis Amril Mukminin ke Rutan Kelas I Pekanbaru. "Pada hari Jumat (22/10), Leo Sukoto Manalu selaku jaksa eksekusi telah melaksanakan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap atas nama terpidana Amril Mukminin dengan cara memasukkannya ke Rumah Tahanan Negara Kelas I Pekanbaru untuk menjalani pidana penjara selama 4 tahun dikurangi selama berada dalam tahanan," kata Plt. Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya di Jakarta. Selain itu, terhadap Amril dibebankan juga untuk membayar pidana denda sebesar Rp300 juta dengan ketentuan apabila tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama 6 bulan. Eksekusi tersebut berdasarkan putusan putusan MA RI Nomor: 2941-26/06/2021 tanggal 26 Agustus 2021 juncto putusan Pengadilan Tipikor pada PT Pekanbaru Nomor: 24/PID.SUS.TPK/2020/PT PBR tanggal 21 Januari 2021 jo. putusan Pengadilan Tipikor pada PN Pekanbaru Nomor: 27/Pid.Sus-TPK/ 2020/ PN Pbr tanggal 9 November 2020. Sebelumnya, KPK mengajukan upaya hukum kasasi atas putusan banding Pengadilan Tinggi Pekanbaru terhadap Amril. Adapun alasan kasasi, jaksa memandang ada kekeliruan dalam pertimbangan putusan hakim tersebut, terutama dalam hal tidak terbuktinya dakwaan penerimaan gratifikasi sebagaimana Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Diketahui bahwa Pengadilan Tinggi Pekanbaru mengurangi hukuman Amril dari 6 tahun menjadi 4 tahun penjara ditambah denda Rp300 juta subsider 6 bulan kurungan. Pada tingkat pertama, Pengadilan Tipikor Pekanbaru menjatuhkan vonis terhadap Amril selama 6 tahun penjara dan denda Rp500 juta subsider 6 bulan kurungan. Amril terbukti melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. Ia terbukti secara bertahap menerima uang Rp5,2 miliar agar PT Citra Gading Asritama mengerjakan proyek peningkatan Jalan Duri-Sei Pakning Kabupaten Bengkalis, Riau. (sws, ant)
Mengapa Jokowi Butuh Ganjar?
By M Rizal Fadillah YANG dibutuhkan oleh Presiden Jokowi adalah langgengnya kekuasaan. Ideal adalah memperpanjang jabatan tiga periode melalui amandemen konstitusi. Akan tetapi urusan amandemen ternyata bukan hal mudah, pro dan kontra tajam. Lalu jalan lain perpanjangan tiga tahun dengan alasan kondisi pandemi Covid 19. Ini pun rentan karena nyatanya pandemi justru melandai. Tak ada pilihan selain Pilpres tetap tahun 2024. Artinya Jokowi selesai. Turun dengan membawa beban dua periode cukup berbahaya. Publik melihat dosa politik Jokowi menumpuk. Perlu Presiden berikut yang dapat mengamankan dan melindungi. Figur yang digadang-gadang dan menjadi orangnya adalah Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah. Mengapa mesti Ganjar Pranowo bukan Risma atau Puan Maharani puteri Megawati? Mudahnya, Risma itu belum berkualifikasi, emosional, dan untuk Mensos saja potensial gagal. Sedangkan Puan tidak mungkin dapat dikendalikan selama sang ibunda masih kokoh menjadi penentu Partai. Dengan Jokowi selesai masa jabatan, selesai pula relasi dengan Partai. Tak akan ada proteksi. Jokowi memang bukan kader PDIP. Ganjar Pranowo adalah pilihan karena ada hubungan emosional antara Presiden dengan sang Gubernur. Jawa Tengah adalah basis yang sama. Jokowi mantan Walikota Surakarta dan puteranya Gibran kini Walikota pula. Jokowi-Ganjar membangun relasi keluarga. Deal proteksi menjadi hal yang mudah. Tanpa Jokowi, Ganjar itu tidak ada apa-apanya, apalagi kini berdampak harus bermusuhan dengan Megawati. Ganjar menjadi pilihan atas dasar mampu membelah PDIP. Permainan survei dan media mencitrakan Ganjar mengungguli Puan. Taipan di belakang Jokowi dapat membiayai permainan. Target adalah Megawati yang menyerah untuk pada akhirnya mendukung Ganjar. Jika Mega cerdas Ganjar semestinya segera dipecat dari PDIP. Mengapa Jokowi tidak memilih yang lain? Prabowo yang sepertinya patuh kepada Jokowi bukanlah harapan. Ketika di bawah ia menjadi loyalis, ketika berkuasa bukan mustahil menjadi otoriter, bisa habis bapak Jokowi. Apalagi jika pemenang adalah Anies Baswedan, rakyat akan mendesak Presiden untuk mengadili Jokowi atas dosa-dosa politiknya baik soal korupsi, pelanggaran hak asasi, maupun penanganan pandemi. Masalah investasi dan hutang luar negeri juga menjadi tabungan kasus yang menunggu di depan nanti. Lebih parah jika Presiden pengganti justru di luar kalkulasi apakah Gatot Nurmantyo atau Rizal Ramli, Jokowi tentu lebih terancam lagi. Persoalan utamanya adalah betapa kuat aspirasi rakyat untuk mendakwa dan meminta pertanggungjawaban atas pelaksanaan pemerintahan yang oligarkhis dan kleptokratis. Rezim penggasak sumber daya alam dan pembangkrut BUMN. Jokowi butuh Ganjar untuk mengamankan diri dan keluarganya. Pilpres 2024 masih menyimpan harapan. Akan tetapi harapan itu dapat sirna jika ternyata ada kondisi tak terduga yang menyebabkan Presiden Jokowi harus lengser melalui Sidang Istimewa MPR. Semua bakal menjadi buyar. Begitu juga dengan Ganjar yang dipastikan ambyar. Politik adalah lapangan para pemain yang berebut bola. Bisa membobol atau dibobol. Karenanya tidak boleh ada yang merasa jumawa pada kemenangan sementara. Menjaga perasaan rakyat merupakan jalan menuju selamat. Menempatkan rakyat untuk tetap berdaulat. *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Kemenkumham Mediasi Dugaan Pelanggaran Lagu "Aku Papua" di PON XX
Jakarta, FNN - Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) akan membantu proses mediasi dugaan pelanggaran kekayaan intelektual penggunaan lagu "Aku Papua" yang dinyanyikan saat pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX. "Kami sudah menerima aduan yang disampaikan oleh ahli waris Franky Sahilatua, dan akan dilakukan pemeriksaan kembali mengenai kebenaran fakta," kata Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual DJKI Kemenkumham Freddy Harris melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat. Freddy mengatakan DJKI Kemenkumham terlebih dahulu akan mengumpulkan fakta-fakta dan diselidiki secara mendalam apakah ada potensi pelanggaran kekayaan intelektual atas karya Franky Sahilatua tersebut. Istri dari Franky, Harwatiningrum selaku ahli waris telah menyampaikan laporan dugaan pelanggaran kekayaan intelektual kepada DJKI Kemenkumham terkait kasus ini pada 10 Oktober 2021. Dalam laporannya, Harwatiningrum menyampaikan pada 2 Oktober 2021 lagu "Aku Papua" dinyanyikan oleh Michael Jakarimilena, Nowela Elizabeth Auparay, dan Edo Kondologit saat pembukaan PON XX Papua. Harwatiningrum selaku ahli waris mengaku hingga saat ini pihak penyelenggara belum meminta izin atas penggunaan lagu tersebut saat pembukaan PON edisi Ke-20 di Stadion Lukas Enembe. Menanggapi laporan yang masuk melalui laman https://pengaduan.dgip.go.id/ tersebut, DJKI tengah melakukan penelusuran dan konfirmasi kepada pihak-pihak yang terlibat yaitu ahli waris, penyelenggara PON, publisher lagu Aku Papua hingga lembaga manajemen kolektif (LMK) yang menaungi Franky Sahilatua selaku pencipta. Sebagai informasi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dalam suatu ciptaan terdapat dua hak eksklusif yaitu hak moral dan hak ekonomi. Hak moral merupakan hak yang melekat abadi pada diri pencipta kekayaan intelektual dan tidak dapat dihapus atau dihilangkan. Hak ini memberikan yang bersangkutan untuk mencantumkan nama maupun mengubah hasil karyanya. (ant, sws)
Sukmawati Soekarnoputri Akan Menjalani Ritual Pindah Agama dari Islam ke Hindu
Jakarta, FNN -- Putri Presiden Proklamator Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri akan menjalani ritual pindah agama dari agama Islam ke Hindu. Pelaksanaan ritual tersebut, akan digelar di Kawasan Sukarno Center Heritage di Bale Agung Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, pada Selasa (26/10) mendatang. "Iya benar itu. Acaranya di Bali pada tanggal 26 Oktober-November 2021, Minggu depan," kata Kepala Sukarno Center di Bali Arya Wedakarna sekaligus penanggung jawab acara, saat dihubungi Jumat (22/10) seperti dikutip CNN Indonesia. Ia mengatakan, bahwa dirinya ditunjuk oleh Sukmawati untuk membantu mengatur upacara Sudhi Wadhani atau upacara pengukuhan serta pengesahan ucapan atau janji seseorang yang secara tulus ikhlas dan hati yang suci menyatakan menganut Agama Hindu. "Jadi, kita bantu dan persiapan sudah baik dan nanti tinggal pelaksanaan saja. Tetapi, secara prinsip dari upacara Sudhi Wadhani kita namakan kembali ke Agama Hindu," ujarnya. Selain itu, pihaknya juga menyampaikan pindahnya Sukmawati Soekarnoputri ke agama Hindu sudah melalui proses persetujuan dengan keluarga. "Baik itu, keluarga putra-putri beliau yang utama dan juga saudara-saudara beliau. Ibu Megawati, Ibu Rachmawati almarhum, Bapak Guntur. Semuanya berproses jadi tinggal acara saja seperti itu," ujarnya. Kembali ke Agama Leluhur Ia juga menerangkan, pindahnya Sukmawati ke Agama Hindu merupakan haknya untuk bisa kembali ke agama leluhurnya. Karena, menurutnya nenek Sukmawati yakni Ida Ayu Nyoman Rai Srimben asal Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, dan beragama Hindu. "Karena nenek beliau Nyoman Rai Srimben asal Singaraja juga seorang Hindu. Jadi, beliau (Sukmawati) juga menginginkan tempatnya bukan di Jakarta tapi di Bali. Tapi, di Bali harus di balai agung adalah tempat leluhur beliau yaitu Ibunda Bung Karno Nyoman Rai Sirimben," ujarnya. Ia juga menyatakan, perpindahan Sukmawati ke Agama Hindu sudah melalui proses yang panjang. Dia menuturkan selama ini Sukmawati suka berdiskusi dengan para pendeta, biksu dan pemangku serta suka membaca kitab suci Hindu. "Kalau saya sebagai saksi perjuangan beliau. Melihat beliau itu sepertinya kok selama ini suka dengan Hindu dengan Bali. Selalu minta datang ke Pura-pura, udah puluhan tahun ini dan suka membaca kitab suci Hindu. Suka berdiskusi dengan para biksu para pendeta-pendeta, pemangku kami," ujarnya. Penista Agama Sukmawati pernah dilaporkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya atas dugaan tindak pidana penistaan agama karena membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Presiden RI Pertama Soekarno. Sukmawati dilaporkan oleh warga bernama Ratih Puspa Nusanti yang merupakan salah anggota Koordinator Bela Islam (Korlabi). Sekretaris Jenderal Korlabi, Novel Bamukmin mengatakan, Ratih merasa nabinya dibandingkan dengan Soekarno, maka dia melaporkan putri Soekarno itu ke polisi. "Korlabi mendampingi (melapor ke polisi) agar tidak terjadi gejolak di masyarakat," kata Novel Bamukmin, pada Sabtu, 16 November 2019. Ratih menyertakan video terkait laporan terhadap Sukmawati. Video itu juga telah beredar di media sosial, seperti Youtube. Dalam salah satu video, Sukmawati tampak berdiri di atas mimbar dan berbicara menggunakan pengeras suara. Berikut cuplikan ucapannya: "Mana lebih bagus Pancasila sama Al Quran? Gitu kan. Sekarang saya mau tanya ini semua, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad, apa Insinyur Sukarno? Untuk kemerdekaan. Saya minta jawaban, silakan siapa yang mau menjawab berdiri, jawab pertanyaan Ibu ini," ujar Sukmawati Soekarnoputri. Sebelumnya Sukmawati juga dilaporkan ke polisi karena ucapannya. Pada 2018, Sukma pernah dilaporkan karena puisi bertajuk 'Ibu Indonesia' yang dibacakannya dalam acara '29 Tahun AnneAvantieBerkarya di Indonesia FashionWeek 2018'. Dalam puisi itu, Sukmawati membandingkan azan dengan kidung dan cadar dengan konde. Sejumlah pihak menganggap puisi Sukma tersebut telah menistakan ajaran Islam. Tak tanggung-tanggung, ada 30 laporan dilayangkan ke Polda dalam kasus ini. Menanggapi banyaknya laporan tersebut, Sukmawati pun menggelar konferensi pers. Ia meminta maaf atas puisinya itu karena telah menimbulkan kontroversi di masyarakat dan dianggap melecehkan agama Islam. "Saya mohon maaf lahir batin kepada umat Islam Indonesia, khususnya bagi yang merasa tersinggung dan berkeberatan dengan puisi Ibu Indonesia," kata dia sambil menyeka air matanya di Warung Daun Cikini pada Rabu, 4 April 2018. Polisi resmi menghentikan kasus dugaan penistaan agama yang memperkarakan Sukmawati pada 17 Juni 2018. (sws dari berbagai sumber)
Anies for President, Itu Semacam Fait Accompli
Oleh Ady Amar *) ANIES Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, memang terbiasa bekerja dengan aturan. Dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi, ia tampak sebagai politisi beradab. Tak mengenal kamus grusa-grusu sebagai pilihan dalam langkah-langkahnya. Semua dilakukan serba terukur, layaknya penjahit pakaian, yang tidak mentolerir kesilapan sekecil apapun. Langkah Anies itu penuh perhitungan. Karenanya, selalu berjalan pada norma keadaban, yang justru saat ini sulit bisa ditemukan apalagi dipilih politisi jadi model, itu rasanya mustahil. Anies tetap memakai pola yang sudah dianggap usang, berlama-lama menyelesaikan pekerjaan yang dihadapi, seolah tanpa sedikitpun mau mempersiapkan sejak dini posisi berikutnya, yang sebenarnya ia punya kans bisa sampai pada jabatan lebih tinggi (presiden). Infrastruktur yang dipunya untuk memuluskan jalan menuju ke sana tidak dipakainya. Anies seolah asyik dengan pekerjaan yang tengah dihadapinya saat ini, dan abai dengan persiapan yang seharusnya sudah dimulainya. Bagi politisi yang berebut kekuasaan, sikap yang dipilih Anies itu seperti orang yang mengabaikan jabatan lebih tinggi yang sedang menanti. Hanya berasyik masyuk dengan tugas yang ada, itu dianggap sikap lamban. Bagi politisi lain, kesempatan selagi menjabat itu dimanfaatkan sebaik mungkin, tapi itu tidak pada Anies. Sikap Anies itu seolah bermain di zona aman, dan itu memang tidak salah. Tapi jika orang lalu menganggap itu sikap "jual mahal", yang tidak seharusnya, itu pun tidak patut disalahkan. Setidaknya itu yang disampaikan beberapa pengamat, bahwa saat sudah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur (2022), maka Anies sudah tidak lagi menjadi sumber berita, bahkan pemberitaan tentangnya akan jauh berkurang. Elektabilitasnya dimungkinkan akan menurun... itu sebenarnya yang mestinya jadi perhatian. Akhirnya Muncul Deklarasi Adalah La Ode Basir bersama 6 kawan lainnya, yang bisa jadi tidak tahan melihat langgam yang dimainkan Anies itu. Bergerak bak halilintar, menggebrak dengan deklarasi "Anies for Presiden", di Gedung Joang, Cikini, Jakarta Pusat pada Rabu (20/10). Kelompoknya itu menamakan diri Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera, disingkat ANIES. Deklarasi Anies Rasyid Baswedan for Presiden, itu dilakukan seakan tanpa perlu kulo nuwun pada Pak Anies. Tanpa banyak cingcong langsung action. La Ode Basir dan kawan-kawan, seakan tidak mau tertinggal dari relawan yang muncul lebih dulu mengusung Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. Tegasnya, "Kami anak-anak muda dari berbagai komponen siap mendukung Anies Rasyid Baswedan (menjadi) Presiden 2024." Katanya lagi, bahwa ia dan kawan-kawannya akan berkeliling Indonesia untuk menggaungkan Anies for Presiden, jelas La Ode Basir penuh semangat. Langkah La Ode Basir dan kawan-kawannya itu semacam gerakan fait accompli melawan sikap "hati-hati" dari Anies Baswedan dalam berpolitik. Anak-anak muda itu tampak tidak serantan melihat sikap jagoannya yang masih bermain pada tataran normatif: Maju kotanya dan bahagia warganya. Mereka ingin lebih dari itu, dan mencoba dengan caranya bergerak pada apa yang diyakininya. Anak-anak muda itu sedang mempersiapkan karpet merah untuk bisa dipijak Anies Baswedan pada waktunya. Adakah Dalangnya? Siapa sebenarnya La Ode Basir itu. Tidak banyak yang tahu. Tapi setidaknya nama itu pernah muncul sebagai relawan saat Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno maju pada Pilkada DKI Jakarta, 2017. Ia juga mantan Pengurus Pusat Dewan Masjid, yang diketuai H. Jusuf Kalla (JK). Konon ia juga bekerja di PT Bosowa, perusahaan milik keluarga JK. Tidak salah jika orang lalu menggatuk-gatukkan, bahwa La Ode Basir itu orangnya JK. Karenanya, Deklarasi Anies Baswedan for Presiden, itu lantas dihubungkan dengan JK, itu hal yang wajar. Itu karena hubungan Anies dan JK yang sudah dibangun sejak lama. Konon, yang mengajak Anies sebagai jubir pasangan Jokowi-JK pada Pilpres 2014, itu adalah JK. Dan karenanya, Anies diganjar sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, meski tidak lama ia dicopot Jokowi dengan alasan tidak jelas. Pencopotan Anies yang tentu mengecewakan Wapres JK. Tapi nasib mengantarkan Anies di tempat lain yang lebih pas. Ia akhirnya menjadi Gubernur DKI Jakarta, mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pilkada paling keras yang masih menyisakan gesekan cukup dalam, bahkan terasa hingga kini. Jika saat itu tampil La Ode Basir sebagai relawan pada Pilkada DKI Jakarta (2017), maka kehadirannya di sana bisa jadi juga atas "kemauan" JK. Ada tangan dan andil JK di sana. Maka, jika JK pun ada di balik deklarasi Anies for Presiden, itu pun benang merahnya nyambung, dan sah-sah saja. Sebagaimana orang bisa menghubungkan deklarasi relawan Ganjar Pranowo, yang dimotori juga para relawan yang saat itu memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amien (2019). Sah-sah saja jika orang lalu menghubungkan, bahwa ada Presiden Jokowi di balik Deklarasi Relawan Ganjar Pranowo. Bunyi-bunyian menuju 2024 sudah ditabuh, dan masing-masing menjagokan jagoannya. Tidak ada yang salah dengan kehadiran para relawan yang ambil inisiatif dengan deklarasi segala. Mempersiapkan jauh hari, agar pada saatnya publik mengenal dan memilih pasangan yang dihadirkan dengan baik. Kerja-kerja relawan mesti terukur, dan diharap bisa menaikkan elektabilitas jagoannya. Dengan demikian akan muncul lamaran partai-partai untuk mengusungnya sebagai kandidat Capres/Cawapres. Jalan menuju pencapresan masih panjang, dan memilih mempersiapkan jauh hari itu langkah yang semestinya, setidaknya itu yang dilakukan para relawan dengan deklarasi untuk jagoannya. Kita lihat saja efektifitas kerja-kerja mereka itu. Memang waktu yang menilainya. (*) *) Kolumnis