OPINI
Orang Kaya Semakin Kaya, Orang Miskin Bertambah Banyak: Bukti Gagal Wujudkan Adil dan Makmur
Oleh: Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) IRONI Indonesia. Rakyat masih terjajah. Setidaknya, dalam bidang ekonomi, yang dikuasai dan dinikmati oleh kaum ‘borjuis’ oligarki. Mereka menguasai sumber kekayaan alam dan sumber ekonomi lainnya. Pandemi COVID-19 bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, pandemi merupakan bencana bagi kebanyakan masyarakat. Mereka dicekam ketakutan, kehilangan sanak saudara serta kerabat, dan banyak dari mereka kehilangan mata pencaharian. Di lain sisi, pandemi COVID-19 merupakan ‘kesempatan’ menambah kekayaan bagi segelintir orang ‘borjuis’ oligarki. Pertama, pandemi digunakan sebagai alasan untuk menambah defisit APBN dalam jumlah sangat besar. Defisit APBN 2020 mencapai hampir Rp956 triliun, dan defisit APBN 2021 mencapai Rp784 triliun. Artinya, nilai proyek yang dibiayai APBN meningkat drastis, baik terkait proyek bantuan sosial maupun proyek atas nama pemulihan ekonomi nasional, seperti Kartu Prakerja, Infrastruktur termasuk IKN, Kesehatan termasuk PCR, Sektor Keuangan, dan lainnya. Proyek-proyek tersebut tentu saja sangat menguntungkan bagi ‘borjuis’ oligarki yang mengerjakan proyek-proyek tersebut, dan membuat mereka menjadi tambah kaya. Kedua, pandemi membuat kebijakan moneter global menjalankan kebijakan suku bunga rendah dan quantitative easing membuat harga komoditas seperti mineral, batubara, minyak sawit dan komoditas perkebunan lainnya naik tajam. Hal ini membuat kekayaan ‘borjuis’ oligarki penguasa tambang dan perkebunan meningkat tajam. Menurut berita di CNBC 13/12/2022, kekayaan salah satu raja Batubara Indonesia dengan luas konsesi mencapai 81.265 hektar, Low Tuck Kwong, naik Rp148 triliun dalam satu tahun, atau naik 4 kali lipat dibandingkan 2021. Melalui Batubara, Low Tuck Kwong menjadi orang nomor 2 terkaya Indonesia, naik dari peringkat 30, dan kemudian peringkat 18 pada tahun 2021. Luar biasa. Pandemi telah membawa ‘borjuis’ oligarki berhasil menambah kekayaannya dengan jumlah yang sangat tidak normal. Negara sebagai pemilik kekayaan alam hanya mendapat sebagian kecil saja. Ketika ‘borjuis’ oligarki berpesta pora, rakyat sebaliknya menahan derita. Pajak naik. Harga pangan naik. Harga minyak goreng melonjak. Yang lebih mengenaskan, harga BBM, Pertalite dan Solar, juga dinaikkan. Cara menaikkan harga BBM sangat tidak manusiawi. Melalui ‘propaganda’ informasi yang akhirnya terbukti tidak benar. Katanya, subsidi mencapai Rp500 triliun. Bahkan Rp700 triliun. Yang semuanya terbukti tidak benar. Hasilnya mengenaskan. Jumlah penduduk miskin naik, di tengah orang kaya semakin kaya, di tengah Pendapatan Negara melonjak tajam, naik sekitar 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, subsidi BBM dipangkas, membuat kemiskinan meningkat. Jumlah penduduk miskin menurut BPS naik 200.000 orang dalam 6 bulan, dari 26,16 juta orang pada Maret 2022 menjadi 26,36 juta orang pada September 2022. Garis kemiskinan menurut BPS mempunyai pendapatan di bawah Rp487.908 per orang per bulan. Sangat rendah, termasuk kemiskinan absolut. Sedangkan garis kemiskinan menurut Bank Dunia, dengan pendapatan di bawah Rp1,1 juta per orang per bulan mencapai 167,8 juta orang pada 2021. Atau mencapai 60,7 persen dari populasi. Dengan kenaikan harga pangan dan BBM, angka kemiskinan ini sepertinya akan bertambah lagi. Kondisi ini jelas sangat tidak adil. Kemakmuran hanya milik kaum ‘borjuis’ oligarki. Sedangkan kebanyakan rakyat tetap miskin, atau dimiskinkan. Bukti pemerintah gagal mewujudkan Adil dan Makmur seperti diperintahkan konstitusi dan Pancasila. (*)
Emha Menggoyang Jokowi Sebagai Fir'aun
Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih TRAGIS benar kehidupan dan otoritas hak-hak rakyat terpenjara sistem yang buruk, yang tak bermodal kesalehan sosial, demokratis untuk tegaknya daulat rakyat, ber-\'good governance - melayani rakyat\' & berkeadilan, berubah seperti kehidupan di zaman Fir\'aun. Firaun penguasa yang bengis, kejam dan nekad mengaku sebagai Tuhan. Dari musabab tafsir mimpinya oleh para ahli nujum, dia perintahkan algojonya membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Sebab dalam mimpinya, Firaun melihat kobaran api yang datang menghampiri dari arah Baitul Maqdis. Api tersebut membakar kota Mesir dan melahap seluruh bagiannya. Allah SWT, telah memberikan sinyal awal petaka untuk makhluk yang lemah, bodoh bersikap sombong, angkuh dan kejam terhadap sesama manusia, dikendalikan oleh para ahli nujum, seenaknya akan membunuh manusia. Kisah Raja Firaun menyimpan banyak pelajaran bagi setiap orang. Firaun dikenal sebagai pemimpin zalim dengan kuasa yang sangat besar dan kuat. Dia menganggap dirinya adalah Tuhan yang wajib dihormati dan minta disembah seluruh rakyatnya. Firaun tak segan memerangi Nabi Musa AS yang merupakan utusan Allah SWT. Skenario cantik dari Allah SWT, justru Musa menjadi anak angkatnya yang pada akhirnya akan memusnahkan Fir\'aun Asiyah istri Fir\'aun dialah yang menemukan tubuh Nabi Musa AS yang dihanyutkan orang tuanya dalam keranjang. Asiyah menolak aturan membunuh anak laki laki tersebut dan memilih tetap merawat bayi yang ditemukannya. Siapapun yang dikenal sebagai penguasa kejam berubah menjadi diktator mengabaikan bahkan menganggap sampah suara rakyat yang memiliki kekuasaan sah atas negara - wajar kena stigma sebagai penguasa berwatak Fir\'aun. Berani kritik beda pendapat dan membantah penguasa berisiko dikriminalisasi, tangkap dipenjara kalau perlu dibunuh. Cak Nun (Emha Ainun Najib) dalam satu ceramahnya di Surabaya tanggal 9 Januari 2023 menyebut secara tegas Jokowi adalah sebagai Fir’aun, lalu Luhut Binsar Panjaitan (LBP) sebagai Hamman, dan Antony Salim serta 10 naga disebut sebagai Qorun.. Firaun juga ditopang oleh pejabatnya yang congkak dan gemar menakuti rakyat (Haman), ditopang para Qorun. Orang-orang yang gemar menumpuk harta dan kaum Balam, akibat korupsi yang sudah merambah di semua lini pejabat negara dari atas sampai bawah. Sindiran Firaun terhadap Joko Widodo oleh Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, wajar-wajar saja lantaran ciri-ciri Firaun dan para pengikut, serta para penopangnya terdapat pada rezim saat ini, tidak perlu ada yang tersinggung kalau P Jokowi merasa dalam kepemimpinannya telah berada di jalan yang benar. Ciri-ciri Fir\'aun menurut Al Quran adalah penguasa yang sombong dan congkak, melampaui batas, meremehkan rakyat, memecah dan mengadu domba rakyat dan tidak peduli dengan rakyatnya yang sebagian sedang hidup dalam kesulitan-kesulitan yang nyata. Sebagaimana diketahui, Fir’aun itu selama ini dipahami sebagai penggambaran seorang raja lalim yang jahat. Lalu Hamman adalah sebagai penasihat utama Fir’aun dan sekaligus sebagai pelaksana proyek pembangunan menara yang digunakan Fir’aun. Sementara Qorun adalah orang kaya raya yang serakah. Kekuasaan dan kekuatan Firaunis berusaha semaksimal mungkin untuk tetap langgeng, dan gemar menindas rakyat dengan kebijakan dan keputusannya. Sudah jelas ada batasan kekuasaan dua periode masih merekayasa untuk perpanjangan jabatan bahkan jangan;-jangan ingin kekuasaan seumur hidup. Makanya dalam ajaran Jawa orang sombong, angkuh dan ingkar atas amanah kekuasaan untuk kebaikan justru mendatangkan kerusakan, akan: Kesandung ing Rata Kebentus ing Tawang: Tersandung di jalan yang yang rata dan terbentur udara kosong. Datangnya dari langit, ahirnya seperti Fir\'aun akan dihancurkan oleh Nabi Musa AS, semua berada dalam kekuasaan dan skenario-Nya. Prof. Din Syamsudin mengatakan: \"Ketika manusia sudah tidak ada yg mau melakukan amar ma\'ruf nahi mungkar maka alam akan bertindak\". Sentilan dan goyangan Emha tidak lain adalah bentuk amar makruf nahi mungkar. Dengan harapan yang kena semburannya segera menyadari dan kembali ke jalan yang benar, jangan terus merusak dan membawa rakyat tsenantiasa dalam kesedihan, kesusahan dan negara terus meluncur kearah kehancurannya. ****
China vs Indonesia
Oleh M Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan KEKHAWATIRAN terjadinya masalah sosial dari kedatangan dan keberadaan TKA kerja asal China di Indonesia mulai terbukti. Kasus konflik di area smelter PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) Morowali Utara telah menewaskan dua orang tenaga kerja masing masing untuk TKA China dan Tenaga Kerja Indonesia. Bangunan dan kendaraan banyak yang terbakar atau hancur. Sebab terjadinya konflik berdarah ini belum jelas. Ada berita soal perundingan yang macet, TKI dipukuli atau disiksa, tuntutan aksi yang tidak dipenuhi hingga kesenjangan gaji TKA China dan TK Indonesia. Apapun sebabnya maka faktor arogansi TKA China memang kuat. Maklum pabrik itu \"milik\" mereka. Investor sebagai \"owner\". TKA China adalah anak emas investor. Kritik atas \"banjir\" nya TKA China sudah sejak lama. Kekhawatiran bukan hanya persoalan kesenjangan sosial atau budaya tetapi juga politik dan keamanan. Kedaulatan negara yang dapat tergerus. Rezim \"lapar\" investasi membuka peluang bagi penjajahan baru. China adalah teman dekat rezim. Jokowi menyapa Xi Jinping sebagai \"Kakak Besar\". Luhut Panjaitan menjadi Duta investasi China. PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) merupakan perusahaan nikel yang dimiliki oleh pengusaha tambang asal China Tony Zhou Yuan. Kemenaker sudah didesak untuk melakukan tindakan hukum dan sanksi berat kepada PT GNI karena perusahaan ini dinilai melakukan banyak pelanggaran antara lain tidak memiliki peraturan perusahaan, kontrak bagi pekerjaan yang berstatus tetap, pemotongan upah, PHK sepihak serta keselamatan kesehatan karyawan. Masalah TKA China jangan dianggap remeh oleh Pemerintah. Sentimen publik sangat kuat. Bagai api dalam sekam yang sewaktu-waktu dapat membakar. Bisa saja dimulai konflik antar karyawan. Pada aspek yang lebih luas, kesenjangan sosial ekonomi dan kiprah politik warga keturunan juga perlu mendapat perhatian. Tidak ada sama sekali pengendalian dan pengaturan. Jumlah TKA China dalam catatan resmi Kemenaker \"hanya\" sebesar 40 ribu lebih. Itu adalah TKA terbanyak di Indonesia. Jepang urutan kedua dengan jumlah yang tidak terlalu signifikan. TKA China ternyata bukan hanya tenaga ekspert tetapi juga buruh kasar. Ini persoalan besar di tengah tingginya angka pengangguran kaum pribumi. Konflik berdarah di Morowali jangan semata disalahkan pekerja atau karyawan pribumi lalu diproses hukum, TKA China yang mungkin menjadi penyebab bahkan membunuh juga patut diproses hukum. Jika penanganan tidak adil maka persoalan menjadi tidak selesai. Berbuntut panjang dan tuntutan pengungkapan fakta independen dapat mengemuka. Urusan nikel sebenarnya Indonesia kena semprot WTO. Kalah gugatan dari Uni Eropa dalam Dispute Settlement Body WTO. Jokowi Banding dan berargumen serius untuk membela. Entah kepentingan bangsa atau China. Kini terjadi peristiwa berdarah di area smelter PT GNI Morowali. Bukan Indonesia lawan Uni Eropa tetapi Indonesia lawan China. China Vs Indonesia. Elemen bangsa Indonesia seharusnya tidak menjadi pembela atau budak China. Meski tidak perlu berprinsip go to hell China. Bandung, 18 Januari 2023
Morowali Membakar Asap, Mengobar Senyap
Oleh Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Ebiet Ghofur Ade pernah bersenandung kisah derita orang-orang yang terusir dan tergusur. Digambarkannya dengan tangis tersembunyi, ada amarah tersekat dalam rongga dada. Berkecamuk duka haru biru, jiwa-jiwa yang terpinggirkan. Seperti itulah Morowali Sulawesi Tenggara, mewakili perasaan rakyat Indonesia yang terhempas dari harga diri dan kehormatan, yang terbuang dari kemakmuran dan keadilan. Bukan hanya tergusur, rakyat kerap mengalami perampasan hak-hak mendasar dalam hidupnya. Negara kaya sumber daya alam dan berlimpah sumber daya manusia, terbiasa melumuri rakyat dengan derita dan nista pada kesehariannya. Keringat, darah, dan nyawa yang menghidupi nasionalisme dan patriotisme, harus dibayar dengan penindasan dan kebiadaban di sepajang zaman kemerdekaan negerinya. Terutama kemerdekaan untuk bangsa asing yang mewujud kolonialisme dan imperialisme modern, nikmat memperkosa kemolekan Indonesia. Bersama jongos lokal yang setia, penjajahan kembali berjaya di kekinian Nusantara. Nikel, minyak, gas, sawit dan emas serta pelbagai rahmat Tuhan yang melengkapi kemerdekaan negara bangsa Indonesia. Tak tersentuh dan mustahil dirasakan manfaatnya oleh kebanyakan rakyat. Amanat terabaikan, meski tersirat dan tersurat direkomendasikan Pancasila dan UUD 1945. Republik menjadi lahan subur bagi bangsa asing, namun menjadi lahan gersang bagi rakyat pribumi. Terjebak utang karena ambisi kerakusan materi, ramah dan santun melayani bangsa asing, namun beringas pada rakyatnya sendiri. Menjadi bangsa kuli di atas bangsa kuli, sistem dan perilaku kekuasaan sukses menjadikan bangsa asing bangga, bahagia, dan sejahtera. Rakyat tetap bergumul dengan kemiskinan, didera derita panjang dalam hamparan kekayaan negerinya. Eksploitasi manusia atas manusia dan eksploitasi bangsa atas bangsa, kokoh, dan angkuh bertengger di bumi Pancasila. Dalam penjajahan gaya baru berwajah kapitalis dan komunis gaya baru pula, oligarki beserta ternak-ternaknya menyeringai. Memamerkan taring tajam dan siap memangsa, mencabik-cabik kedaulatan rakyat. Kejahatan begitu sempurna dan lengkap dalam rezim kekuasaan. Dengan kekuatan modal korporasi, politisi bersama birokrasi menggunakan uang, jabatan, dan senjata menjadi mesin pembunuh paling efektif bagi kebanyakan rakyat yang lemah. Melumpuhkan konstitusi sembari membungkam demokrasi, membuat rezim kekuasaan menjadi semakin korup, bengis, dan menjadi psikopat tirani. Kerusuhan Morowali Sulawesi Tenggara yang melibatkan pekerja dan warga lokal dengan TKA Cina, bagaikan menyadarkan publik, bahwasanya pemberontakan sosial tak pernah mati betapapun gegap-gempitanya penindasan menggongong. Cacing yang lemah dan melata pun akan menggeliat saat terinjak. Rakyat seakan memberi sinyal, \"silent majority\" kini mulai bersuara. Mulai ada denyut dan detak bahasa di tengah kesunyian kepasrahan. Gemercik api mulai menjalar tertiup angin kegelisahan dan kegundahan. Kata-kata kesadaran kritis dan perlawanan yang tak pernah terucap, perlahan mulai mewujud aksi. Pikiran tak lagi mencerahkan dan bahasa tak lagi menyadarkan. Hanya tindakan yang bisa disampaikan mewakili rasa. Anarkis yang mengakhiri akumulasi frustasi, menjadi alat komunikasi paling hakiki. Seperti mengulang episode revolusi saat melawan kolonialisme dan imperialisme, rakyat mulai mendobrak konstitusi. Menjebol dan membangun, memandang hukum feodal akan menjadi penghalang perubahan, seperti kata Bung Karno yang menjadi pegiat revolusi. Tragedi Morowali di tengah masifnya kebiadaban bernegara, perlahan menjadi mukadimah yang mengakhiri kejumudan rakyat. Tak sekadar tergusur dari kekayaan lahannya, rakyat juga tergusur dari negara kesejahteraan. Warga Morowali bagai membakar asap yang sudah membumbung tinggi seantero negeri. Mengobar panas suhu rakyat yang dingin dalam kesunyian. Asap sudah mengepung jantung dan membelenggu denyut nadi kehidupan rakyat. Membuat rakyat sesak napas, sulit dan tak mampu lagi bernapas menghirup udara kemerdekaan yang sesungguhnya. Bukan api yang menyebabkan asap. Namun asap beracun yang menyembur dari kerusakan penyelenggaraan negara. Asap hitam mengepul syahwat kekuasaan rezim, yang memicu api perlawanan dan pemberontakan rakyat terindas. Pada akhirnya, semua hanya bisa melihat dan menunggu apa yang akan terjadi kelak pada rakyat, negara, dan bangsa Indonesia. Dalam keheningan dan terpinggirkan dari suara mayoritas atas tirani minoritas. Gejolak suara-suara yang selama ini bungkam pada kerinduan akan kemakmuran dan keadilan sosial, kini mulai berbisik nyaring dan keras. Terutama ketika Morowali, membakar asap mengobar senyap. *) Dari pinggiran catatan labirin kritis dan relung kesadaran perlawanan. Bekasi Kota Patriot, 17 Januari 2023/24 Jumadil Akhir 1444 H.
OJK Penyidik Tunggal Kejahatan Keuangan Sebagai Solusi Cerdas (Bag-2)
Oleh Kisman Latumakulita – Wartawan Senior FNN KEJAHATAN yang terjadi di industri keuangan mana saja di muka bumi bukanlah sebagai kejahatan yang biasa-biasa saja. Pada umumnya disebut dengan kejahatan kerah putih (white collar crime). Namun ada juga yang menyebut kejahatan di sektor keuangan ini dengan kejahatan yang sangat luar biasa (extra ordinary crime). Tingkat kerusakan dari kejahatan white collar crime atau extra ordinary crime bisa mengganggu stabilitas ekonomi nasional sebuah negara. Kejahatan kelompok ini juga hampir dipastikan melibatkan ahli-ahli akuntansi dan pembukuan laporan keuangan. Sangat sulit untuk bisa diketahui atau dideteksi masyarakat umum. Penegak hukum juga tidak mudah untuk mendeteksi kejahatan kelompok ini sejak dini. Para penegak hukum seperti penyidik kejaksaan, kepolisian serta KPK (gabungan penyidik dari jaksa dan polisi) umumnya juga kesulitan. Kejahatan akuntansi tidak mudah untuk bisa dideteksi sejak dini. Penyidik kejaksaan, kepolisian dan KPK biasanya baru melakukan penyelidikan jika dampak dari kejahatan akuntansi sudah meluas. Sudah merugikan masyarakat dalam jumlah yang besar. Menyembunyikan kejahatan akuntansi melalui rekayasa laporan keuangan rutin atau pembukuan tahunan pasti dilakukan dengan sangat rapi. Terlihat seperti tidak ada masalah yang menimpa perusahaan. Apalagi kalau kita tidak punya keahlian akuntansi untuk membacanya. Untuk bisa mendeteksinya kejahatan akuntansi sejak dini, sangat butuh sumber daya manusia yang punya kemampuan dan keahlian akuntansi di atas rata-rata. Paling kurang punya kemampuan atau kebiasaan untuk membaca neraca laporan keuangan. Tidak cukup untuk mereka para penegak hukum yang biasa-biasa saja. Skandal rekayasa laporan pembukuan yang terjadi pada Enron baru diketahui tahun 2001. Kasus Enron sangat mengguncang bursa saham Amerika Wall Street. Kasus besar yang menimpa Enron ini melibatkan perusahaan akuntansi terbesar dunia, yaitu Arthur Andersen. Padahal Arthur Andersen adalah satu lima perusahaan akuntansi terbaik dan terbesar dunia. Tiga perusahaan akuntansi lainnya adalah Ernst & Young, Deloitte & Touche, Pricewaterhouse Coopers (Pwc) dan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG). Skandal Enron yang terjadi 2001 itu, sebagai kejahatan akuntansi terbesar di dunia. Kasus ini berakibat perusahaan gas alam dan energi terbesar di Amerika yang berkantor pusat di Houston Texas itu bangkrut untuk selamanya. Perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang dibangun oleh Arthur E. Andersen tahun 1913. Ketika itu perusahaan mempekerjakan 85.000 karyawan di seluruh dunia. Akibat skandal Enron, Arthur Andersen yang menyandang predikat sebagai perusahaan akuntansi terbaik dan tertua di dunia itu tutup. Perusahaan akuntansi yang berkantor pusat di Chicago, Illinois itu tutup untuk selama-lamanya. Padahal penerimaan Arthur Andersen tahun 2001 adalah U$ 9,3 miliar dollar. Arthur Andersen dinyatakan bersalah oleh Securities and Exchange Commission (SEC), karena merekayasa pembukuan keuangan Enron. Rekayasa keuangan Enron yang dilakukan perusahaan akuntansi yang mempekerjakan 85.000 karyawan di seluruh dunia itu nyaris sempurna. Kejadian tahun 1997, namun baru diketahui awal 2001. Kejahatan yang dilakukan Arthur Andersen untuk Enron adalah menampilkan data penghasilan yang tidak sebenarnya. Melakukan modifikasi neraca keuangan untuk memperoleh penilaian kinerja keuangan yang positif. Persekongkolan Enron dan Arthur Andersen adalah menerapkan praktek akuntasi yang dikenal dengan mark to market accounting. Pencatatan aset tidak didasarkan pada nilai bukunya, tetapi nilai pasar. Praktek akuntansi model ini barakibat pada Enron mempublikasikan keuntungan berdasarkan proyeksi bisnis. Bukan berdasarkan profit yang sebenarnya. Setelah membeli perusahaan pembangkit listrik Portland General Electric Corporation tahun 1997 senilai U$ 2 miliar, di laporan keuangan, pendapatan Enron meningkat drastis. Pendapatan Enron yang semula hanya U$ 2 miliar, meningkat menjadi U$ 7 miliar masih di tahun yang sama. Dampaknya Enron memposisikan diri sebagai perusahaan gas dan listrik terbesar di Amerika. Tidak puas dengan membeli perusahaan lain. Ambisi Enron makin menjadi-jadi dengan membentuk unit usaha Enron Online (EOL) pada oktober 1999. EOL adalah unit usaha Enron yang bertugas memasarkan produk energi Enron secara online melalui website. Dampaknya, hanya dalam waktu singkat EOL berhasil melakukan transaksi sebesar U$ 335 miliar pada tahun 2000. Laporan keuangan Enron menjadi kinclong. Kondisi ini semakin mengaburkan publik, karena rencana ambisius Enron membangun jaringan elektronik broadband yang berkecepatan tinggi (high speed broadband). Untuk proyek ini, Enron merogok kas ratusan juta dollar. Dampaknya, walaupun keuntungan belum tampak di pembukuan, namun harga saham Enron di bursa saham Wall Street meningkat drastis dari US 9 menjadi menjadi U$ 40 per saham. Bahkan naik lagi menjadi U$ 90,56 per saham. Enron lantas mendapat pujian setinggi langit dari media massa Amerika dan Eropa. Majalah FORTUNE memuji Enron sebagai perusahaan Amerika yang paling Inovatif selama enam tahun berturut-turut (one of the most admired and innovative companies in the world). Namun kejahatan laporan keuangan Enron yang sangat kreatif, rapih, dan sistematis sejak tahun 1997 itu mulai terkuak di akhir 2001. Pada 30 November 2001 Enron di Eropa melaporkan kebangkrutannya. Lalu dua hari kemudian, Enron yang di Amerika mengajukan permohonan perlindungan akibat bangkrut. Kasus Enron merupakan kebangkrutan perusahaan dengan aset terbesar di Amerika. Sekitar 4.000 karyawan kehilangan pekerjaan. Tuntutan kepada direksi dan pemegang saham Enron dimulai enam tahun kemudian, yaitu 2002. Namun rancangan kejahatan keuangan Enron sudah dimulai sejak 1997. Kasus Enron sebagai contoh bahwa kejahatan akuntansi pembukuan tidak mampu untuk dideteksi sejak dini oleh para penyidik sekaliber Federal Bureau of Investigation (FBI) sekalipun. Masalah terlalu rumit dan njelimet (sophisticated and maticulous). Kejahatan laporan keuangan yang melibatkan Enron dan Arthur Andersen ini tidak cukup untuk dipahami penyidik yang biasa-biasa saja. Diperlukan penyidik yang punya kemampuan di atas rata-rata. Penyidik yang mengerti akuntansi. Mampu membaca neraca pembukuan rugi-laba. Paham tentang proyeksi bisnis berdasarkan nilai pasar. Proyeksi bisnis berdasarkan nilai buku (book value), sebab sangat berdampak terhadap pergerakan harga saham di pasar modal (capital market). Untuk mendapatkan para penyidik dengan kualifikasi seperti ini hanya adanya di pasar modal, institusi perbankan, asuransi, multifinance dan dana pensiun. Mereka ini terbiasa membaca laporan keuangan tahunan atau triwulan. Mengerti proyeksi bisnis berdasarkan market value. Memahami proyeksi bisnis berdasarkan book value. Kini sebagian besar dari mereka ada dan berkumpul di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sangatlah cerdas, tepat dan rasionil bila pembuat norma hukum (Pemerintah dan DPR) kini mempercayakan OJK sebagai penyidik tunggal kejahatan di industri keuangan. Kejahatan di industri keuangan berbeda antara langit dengan bumi dengan kejahatan tindak pidana pencucian uang (money loundering). Bersambung.
PKI Korban Kejahatan TNI?
Oleh: Radhar Tribaskoro - Presidium KAMI PERISTIWA 1965 dalam pandangan sejarah kita adalah pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh PKI kepada kekuasaan pemerintahan yang sah. Pemberontakan dimanapun menimbulkan perang sipil. Di dalam perang berlaku hukum dibunuh atau membunuh. Itu sebabnya setiap perang melahirkan tragedi. Adanya tragedi tidak identik dengan pelanggaran HAM. Pesawat-pesawat pembom Amerika sewaktu PD II pernah meluluh-lantak kota-kota di Jerman, ribuan penduduk sipil mati. Apakah AS dituntut melanggar HAM? Anggapan adanya pelanggaran HAM dalam Peristiwa 1965 mengaburkan fakta tentang \"pelaku-korban\". Bagaimana bisa dibilang \" PKI adalah korban\", padahal senyatanya mereka adalah pelaku pemberontakan? Itu sama saja dengan menulis sejarah baru: PKI adalah korban kejahatan TNI. Setelah para anggota PKI direhabilitasi dan dikompensasi, maka dalam waktu dekat PKI pun akan direhabilitasi dan dikompensasi. PKI akan disahkan menjadi partai baru. Ini adalah konsekuensi \"PKI adalah korban\". Konsekuensi logis selanjutnya adalah menghukum para pelaku kejahatan HAM. Kalau nanti hal ini tidak dilakukan maka hal itu adalah karena kebaikan hati PKI sebagai korban. PKI kemudian menjadi pahlawan. Inikah yang kita inginkan? Bandung, 15 Januari 2023
Makzulkan Jokowi Palsu
Oleh Sugeng Waras - Purnawirawan TNI AD Akibat penusukan, lukaku masih basah, jahitanku belum siap dibuka, tapi otakku sudah sanggup berpikir dengan jernih! Meskipun tidak seluruh jalannya persidangan ijazah palsu Jokowi bisa saya ikuti, namun dari analisis pengumpulan keterangan dan pengamatan persidangan di PN Solo, dapat saya tarik kesimpulan bahwa persidangan yang seharusnya mudah dan terang benderang menjadi sulit, rumit, berbelit-belit dan amit amit. Menjijikkan ! Marilah kita bersama-sama berangkat dari \"Bekerja dengan data, bicara dengan fakta\". Sejak awal sudah membingungkan, para saksi tidak bisa secara tegas melihat atau membuktikan ijazah asli Jokowi, malah menyimpang jauh, para saksi hanya bersaksi bahwa Jokowi pernah menjabat Walikota Solo, Gubernur Jakarta dan Presiden RI, yang berasumsi tidak mungkin bisa menduduki jabatan- jabatan itu tanpa memiliki persyaratan ijazah asli. Dengan tidak kuatnya kesaksian ini, semestinya hakim berpikir perlunya menghadirkan ijazah asli Jokowi, bukanya berpanjang-panjang, berliuk-liuk mencari masalah lain. Saya mengajak seluruh bangsa ini untuk berpikir komprehensif praktis, agar pikiran, tenaga, waktu dan biaya ini tidak tersita oleh masalah ini. Saudara-saudaraku, masya Alloh, sadarlah, barangkali kita tidak merasakan, namun waspadalah penderitaan yang akan dirasakan oleh anak cucu kita kelak sebagai akibat setidaknya dari 23 kebijakan pemerintahan Jokowi yang benar benar memanjakan TKA dan menindas rakyat sendiri. Banyak masalah lain yang tengah dihadapi bangsa ini. Maka dengan tetap memperhatikan asas praduga tak bersalah, jika tuntutan diarahkan kepada kepemilikan ijazah palsu, bersegeralah persidangan mengarah pada penuntasan masalah tersebut. Dan jika kepemilikan ijazah palsu Jokowi terbukti, akan berlanjut persidangan atau proses hukum berjalan sebagaimana mestinya. Ini sebagai jalan tepat dan lurus dalam menegakkan kebenaran dan keadilan hukum yang tak pandang bulu Jangan dikembangkan dan dibelokkan tentang penanganan seharusnya apakah pencemaran nama baik, martabat bangsa dan negara, penanganan oleh polisi, jaksa, hakim bahkan DPR. Jika ini dirunut habislah waktu untuk memakzulkan Jokowi, disusul membludaknya peserta orang-orang WNI non-pribumi yang siap mendukung kelompok Oligarki dalam perebutan Pilpres 2024 nanti. Oleh karenanya, sekali lagi, tolong hakim jangan mempertontonkan permainan sandiwara yang tidak lucu ini, agar bangsa ini kembali pada jati diri bangsa yang beradzab dan bermartabat. Jika toh kelak terbukti kepemilikan ijazah palsu, tidak berlebihan jika Presiden Jokowi layak dimakzulkan, demi tegaknya hukum dan martabat bangsa Indonesia. Bandung, 15 Januari 2023.
Jokowi's Idol atau Jokowi's Doll?
Oleh M Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan Di awal tahun politik 2023 mata rakyat mulai tertuju pada sikap atau tingkah figur sang Presiden. Secara konstitusional Presiden Jokowi harus mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2024 nanti. PDIP tidak setuju penambahan atau perpanjangan periode masa jabatan. Megawati dan Jokowi seperti yang kurang akur. Menarik ucapan Ketum PDIP Megawati bahwa status kepresidenan Jokowi ditentukan oleh PDIP \"Pak Jokowi itu ya ngono loh, mentang-mentang. Lah iya padahal Pak Jokowi kalau ga ada PDI Perjuangan juga duh kasihan dah\", seru Megawati yang mengklaim cantik dan kharismatik. Meski dikasihani tapi Pak Jokowi masih mencoba menunjukkan eksistensi dan kejumawaannya. Untuk perpanjangan periode tetap menjadi opsi melalui desain dukungan relawan. Pemulihan ekonomi pasca covid 19 dan gonjang-ganjing atau demoralisasi KPU dapat menjadi alasan. Ketika perpanjangan dirasakan terlampau berat, maka Jokowi terpaksa memainkan peran sebagai \"king maker\". Dalam permainan itu ada idola (idol) ada pula boneka (doll). Beberapa figur politik dimainkan atau dipermainkan bak \"idol\" maupun \"doll\". Ganjar Pranowo sebagai pemain \"rambut putih\", \"sesama Jateng\" serta \"pelanjut blusukan\" dapat menjadi idola sekaligus boneka. Jokowi dan oligarki butuh figur yang mudah dikendalikan dan berfungsi sebagai pengaman pasca berkuasa. Ganjar menjadi pilihan, meski banyak kelemahan bakal tonjokan lawan. Prabowo Subianto bukan Jokowi\'s idol tetapi sangat mungkin untuk menjadi Jokowi\'s doll. Lewat isu pasangan Prabowo-Jokowi yang dilambungkan, Prabowo berbunga-bunga seakan direstui Jokowi. Padahal mantan lawan politiknya ini sedang menjadi boneka kayu yang diayunkan untuk kemudian dibanting dan dimasukkan kotak. Yang terbaru mainan Jokowi adalah Yusril Ihza Mahendra. Betapa tersanjungnya atas \"dukungan serius\" yang sesungguhnya \"palsu\" akibat syarat disuruh cari partai PT 20 %. Tidak mudah untuk PBB yang non-parlemen. Yusril calon korban tipu mentah-mentah. Gede rasa dan kepala akan kemampuan jika menjadi Presiden. Setelah didukung Jokowi ia menyatakan \"Saya tahu apa yang bisa dikerjakan jika menjadi Presiden\" sambil menyoroti kebanyakan orang yang hendak menjadi Presiden tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Bermodal pernah menjadi penulis pidato dan latar belakang akademis yang mumpuni, Yusril sesumbar. Jokowi rupanya sedang mencari teman untuk bersama-sama hancur dengan berupaya memerankan diri sebagai \"king maker\". Menjadi penentu. Tetapi disadari atau tidak nasib sebenarnya sedang menuju sekarat menghadapi ajal kekuasaan. Para boneka merasa bahagia didukung Jokowi lalu bersandar habis. Lupa bahwa bersandar pada sesuatu yang rapuh itu berisiko yakni jika sandarannya runtuh, maka ia pun ikut jatuh. Nah, para Jokowi\'s idol sesungguhnya merupakan Jokowi\'s doll. Ya idola ya boneka. Boneka India eh Cina yang tidak cantik dan tidak kharismatik. Bandung, 15 Januari 2023
Terhadap Kekuasaan Tirani dan Otoriter Tidak Ada Kompromi dan Jalan Tengah
Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih \"Rotten fish from its head (ikan busuk dari kepalanya). Stop jadi jongos ekonomi dan politik (Prof Daniel M Rasyid). Cepat atau lambat rakyat dengan caranya sendiri-sendiri pasti akan bangkit melawan. \"When justice fails, public opinion takes over. When the law is lost in the extremes of legalism, or bends under the weight of money, mobs begin to burn and murder.” (Ketika keadilan gagal, opini publik mengambil alih. Ketika hukum tersesat pada kejumudan Undang-Undang atau bengkok karena uang, massa mulai akan membakar dan membunuh). Saat ini tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan Indonesia, pintunya hanya People Power - Revolusi atau Kudeta oleh Rakyat. Setiap kudeta bisa bermakna Ilegal. Hanya satu kudeta yang legal, yaitu kudeta dalam rangka menegakkan kedaulatan rakyat. Dalam rangka menggulingkan tirani. Adalah hak rakyat untuk mengubah atau menghentikan pemerintahan tirani, dan mengganti dengan pemerintahan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Karena, karakter pemimpin tirani tidak bisa diterima untuk memimpin bangsa yang merdeka. Pilihan bagi penguasa yang legitimasi politiknya semakin rendah, maka tak ada pilihan bagi penguasa selain mengoperasikan kekuasaannya dengan: 1. Manipulasi politik melalui propaganda politik dan agitasi politik untuk maksud pencitraan politik; 2. Mobilisasi politik melalui: (a) suap politik (uang, barang, jasa, pangkat, jabatan, dan sek); (b) koersi politik (pembunuhan karakter dan penghilangan nyawa). Kesalahan tidak akan berubah karena perjalanan waktu (Muhammad Abduh). Proses pembenaran waktunya hanya sesaat. Cepat atau lambat akan menghantam balik pelakunya ketika kebenaran sudah menyeruak ke permukaan. Gerakan besar mengembalikan negara kepada kiblatnya sesuai tujuan negara seperti tertulis dalam pembuatan UUD 45 adalah mutlak harus diperjuangkan dalam keadaan dan cuaca makin gelap. Inilah momentum tokoh nasional secepatnya melakukan konsolidasi guna terhimpun sebuah kekuatan besar hingga mampu melakukan gerakan perubahan besar dan mendasar untuk menyelamatkan Indonesia. Maka jika benar-benar menghendaki perubahan, tak ada lagi pilihan selain penggantian Presiden dengan kekuatan people power, sebagai pintu perubahan dan perbaikan. Menghadapinya kondisi seperti ini Jangan Naif: \"Terhadap kekuasaan yang telah berubah menjadi tirani dan otoriter tidak boleh ada kompromi dan tidak boleh ada jalan tengah.\" (*)
Sentilan Megawati pada Jokowi, Itu Kode Keras: Jangan Jadi Kacang Lupa pada Kulitnya
Oleh Ady Amar - Kolumnis MEGAWATI Soekarnoputri menunjukkan digdayanya pada HUT ke-50 PDI Perjuangan, di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun hadir dalam peringatan itu. Jika biasanya Jokowi menghadiri undangan partai lain tampak digdaya, tapi tidak kali ini, padahal \"di rumah sendiri\". Presiden Jokowi dibuat seperti mati kutu dihunjam sentilan Megawati dalam pidato panjangnya. Jokowi cuma ternganga atau melongo dengan mulut sedikit terbuka. Tidak tertawa, tidak juga merengut. Memaksa mulut tetap terbuka, seolah sabar jika pun mau dikecilkan. Seperti biasanya, Megawati bicara sesuka-sukanya. Maka dari mulutnya itu bisa kelucuan dimunculkan, bisa pula nada ketus. Enteng saja narasi keluar dari mulut, seperti tanpa mikir yang disasarnya itu bakal sakit hati, ia tak peduli. Saya coba nukil pidatonya, yang \"menjewer\" Jokowi, meski dengan gaya sentilan dan narasi campur aduk dengan bahasa Jawa. Dinukil utuh tanpa ada yang ditambah pun dikurangi, apalagi diedit. Biar tetap aroma Megawati tak hilang. Pak Jokowi kuwi koyo ngono lho. Mentang-mentang. Lha iyo padahal Pak Jokowi kalau nggak ada PDI Perjuangan, aduh kasihan dah loh. (sambil Megawati tertawa dan kedua tangannya tepuk tangan. Dan diikuti tepuk tangan membahana mereka yang hadir). Lho legal formal loh, beliau jadi presiden tuh, nggak ada kan ini. Legal formal diikuti terus kan sama saya aturannya. Aturan mainnya. Ya dulu maaf, siapa sih yang tahu Jokowi. Lho iyolah. Ketika pada mulai nanya, Ibu mau nyalonin siapa ya, Entar aja.. Acara yang dihadiri ribuan kader PDIP itu, dibuat seperti tidak formal. Megawati memperlihatkan digdaya kebesarannya. Boleh bicara apa saja sesukanya. Bahkan selaku ketua umum partai, ia seolah sedang me- roasting presiden, yang memang jauh hari sang presiden ini disebutnya sebagai petugas partai. \"Roasting\" yang menimbulkan derai tawa. Entah tawa karena memang lucu, atau tawa basa-basi sepantasnya, agar hati sang ketua umum riang gembira. Setiap bicara Megawati tampak menikmati dengan teramat percaya diri. Meluncur dari mulutnya puja-puji akan dirinya, bahwa ia cantik, pintar, dan kharismatik, tanpa sedikit pun rasa risih melilitnya. Berharap ada tepuk tangan dan derai tawa membahana dari yang hadir, buatnya itu sudah cukup. Memaksa tertawa, memang tidak sesulit memaksa menangis. Memaksa orang lain harus menangis, itu bukan perkara mudah. Itu masalah hati yang terlatih karena sentuhan kasih sekian lama. Memaksa menangis itu mengingatkan pada pemimpin Korea Utara di masa lalu, Presiden Kim Il-Sung, kakek dari Presiden Korea Utara saat ini, Kim Jong-Un. Kim Jong-Un menjadi presiden menggantikan sang ayah Kim Jong-Ill (meninggal 2011). Layaknya kerajaan saja jabatan presiden bisa dibuat turun-temurun, dari kakek, anak, lalu ke cucu. Sang anak Kim Jong Ill perlu memaksa rakyat agar menangis atas kepergian sang ayah, Kim Il-Sung. Tidak cukup dibuat hari berkabung nasional hingga beberapa hari. Tidak dicukupkan di situ, tapi rakyat pun dipaksa menunjukkan ekspresi kesedihan, dan itu dengan menangis. Saat rombongan jenazah diberangkatkan, seluruh rakyat di ibu kota negara berdiri berjejeran di pinggir jalan sambil menangis meraung-raung. Tentara mengawasi jika saja ada air mata yang tidak tampak keluar atau mata masih dilihat kering, maka tentara yang bertugas akan menghajarnya. Kesetiaan pada pemimpin tertinggi ditunjukkan lewat ekspresi kesedihan. Mengapa mesti bicara tentang pemimpin Korea Utara segala dalam menulis sentilan Megawati pada Jokowi. Jika muncul pikiran pembaca demikian, itu tidak salah. Bahkan jika muncul pikiran, seperti tidak fokus saja, saat menulis apa yang hendak ditulis, itu pun boleh dibenarkan. Tapi memilih gaya penulisan semacam ini, bisa jadi satu bentuk menyelami gaya pidato Megawati, yang seperti tidak fokus dengan apa yang ingin disasarnya. Bicara mesti berkelok-kelok, itu menjadi tidak efektif, tidak jelas akan berlabuh di mana omongan itu diarahkan. Pidato Megawati itu bisa dinilai oleh siapa saja jika ingin menilainya. Pengurus dan kader PDI-P pastilah menganggap gaya komunikasi sang ibu itu yang paling hebat, tak ada bandingnya. Tapi umum bisa menilainya dengan bermacam penilaian. Ada yang menyebut, itu cara komunikasi buruk. Membanggakan diri sendiri, umum biasa menyebut itu sebagai narsistik, bahkan bisa disebut dengan waham kebesaran. Mari kembali pada pidato Megawati, yang memunculkan canda tawa di sana-sini. Dan, itu karena tingkat kepercayaan diri sendiri yang tinggi. Menjadikan sikap terbiasa jika Megawati mesti memuji-muji diri sendiri dengan gaya centilnya. Bicara enjoy dengan mimik wajah bak sedang bermain teater. Tapi di balik canda Megawati yang seperti tidak serius, itu sebenarnya ada pesan kuat. Bisa disebut kode keras. Meski pesan disampaikan dengan gaya \"roasting\" yang mengundang gelak tawa. Sedang obyek yang disambar, dan itu Jokowi, dibuat ternganga tak mengira akan diperlakukan demikian, tidak cuma di depan ribuan kader PDI-P, tapi juga tersiar di semua media massa. Pesan tajam yang dihunjam Megawati, itu semacam mengingatkan \"agar kacang tak lupa pada kulitnya\". Mentang-mentang. Lha iyo padahal Pak Jokowi kalau ga ada PDI Perjuangan, aduh kasihan dah loh. Dalam makna yang lain, Pak Jokowi itu gak akan jadi presiden, kalau tidak didukung PDI-P. Jadi, Jokowi mesti ingat itu. Bahkan ditambahkan dengan nada ketus yang makjleb, Ya dulu maaf, siapa sih yang tahu Jokowi. Mengapa sampai Jokowi perlu diingatkan secara terbuka dengan gaya \"roasting\" segala, itu seperti jadikan Presiden Jokowi layaknya kambing congek. Jadi bahan tertawaan seisi penduduk negeri. Namun, bisa jadi Megawati sudah sering mengingatkan Jokowi secara diam-diam, tapi seperti tak muncul perubahan. Mengingatkan, agar jangan lebih mendengarkan orang lain dibanding mendengarkan sang ibu. Dan, pula jangan beri kuasa kepada orang lain ketimbang berbagi kuasa dengan sang ibu. Sikap Megawati itu lebih pada bentuk kegusaran, meski disampaikan dengan gaya canda. Semua menjadi mafhum, bahwa istana sudah tidak lagi di bawah kendali PDI-P. Ada kekuatan yang lebih besar \"mencengkeram\" Jokowi, dan itu dikesankan pada Luhut Binsar Panjaitan (LBP), yang disebut jadi kekuatan pengendali istana. Megawati tidak sekadar \"meroasting\" Jokowi, tapi bisa disebut sebagai tantangan terang-terangan pada LBP, demi menarik kembali Jokowi dalam kendalinya. Tentu itu bukan perkara mudah. Jokowi sudah jalan terlalu jauh bersama LBP, seperti sudah sulit untuk bisa ditarik kembali. Bahkan Jokowi pun berani melakukan pembangkangan, atau bisa disebut perlawanan. Dan, itu sudah ditampakkan. Jokowi terang-terangan meng-endorse calon presiden penggantinya kelak, seolah mendahului PDI-P. Lebih dari itu, Jokowi terkesan diam-diam memaksa PDI-P untuk menerima pilihannya. Konon istana pula yang memfasilitasi lahirnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB); Partai Golkar, PAN, dan PPP. Koalisi dibuat untuk \"menekan\" Megawati memberi tiket Capres pada Ganjar Pranowo. Jika tidak, maka tiket akan disediakannya lewat KIB. Setidaknya analisa kuat menyebutnya demikian. Karenanya, melihat \"roasting\" Megawati itu satu cara mengingatkan Jokowi, agar tidak nekat berhadap-hadapan dengannya (PDI-P), maka muncul narasi yang tidak sekadar ingin menertawakannya, tapi kode keras mengingatkan: agar tak jadi kacang, yang lupa pada kulitnya. (*)