ALL CATEGORY

Departemen Luar Negeri AS Kena Serangan Siber

Washington, FNN - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat baru-baru ini terkena serangan siber. Pemberitahuan tentang potensi pelanggaran serius telah dibuat oleh Komando Siber Departemen Pertahanan. Menurut tulisan wartawan Fox News di Twitter, Sabtu (21/8), belum jelas kapan pelanggaran itu ditemukan. Akan tetapi, diyakini telah terjadi beberapa pekan lalu. Ia menambahkan, misi Departemen Luar Negeri yang sedang berlangsung untuk mengevakuasi warga Amerika dan pengungsi sekutu dari Afghanistan "tidak terdampak." Tanpa mengonfirmasi insiden apa pun, salah satu sumber mengatakan kepada Reuters, Departemen Luar Negeri AS tidak mengalami gangguan yang signifikan dan operasi mereka tidak terhambat dengan cara apa pun. "Departemen serius bertanggung jawab mengamankan informasi dan terus melakukan sejumlah langkah guna memastikan informasi terlindungi. Demi alasan keamanan, kami tidak pada posisi membahas karakteristik atau ruang lingkup dari dugaan insiden keamanan siber apa pun saat ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS melalui pernyataan. (MD).

Waspadai Komplikasi Akibat Seringnya Swab Hidung dan Nasopharing

Tanjung Pinang, FNN - Meski secara umum dianggap aman, tes usap hidung dan nasopharing (test swap) bukannya tanpa risiko. Individu yang melakukan tes swab dengan pelatihan minimal, memiliki risiko cedera yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang dilakukan oleh nakes yang terlatih. “Beberapa kasus menunjukkan kemungkinan cedera intrakranial ketika tes tidak dilakukan dengan tehnik dan prosedur yang benar,” ungkap Dr. dr. Hisnindarsyah, dokter di sebuah rumah sakit di Tanjung Pinang. Komplikasi yang timbul antara lain, kebocoran CSF, ensefalokel, dan meningitis. Di sisi lain, lanjutnya, meningkatnya permintaan untuk swab ini berpotensi mengakibatkan kurangnya pasokan praktisi yang berpengalaman dalam melakukan tes ini. Tingginya test swap hidung dan nasopharing yang dilakukan saat ini, membuat komplikasi yang jarang terjadi, menjadi lebih besar resiko angka kejadiannya, sebanding dengan tingkat populasi terperiksa. Semakin sering swap hidung dan nasopharing dilakukan, semakin besar potensi terjadinya jejas atau trauma berupa iritasi mukosa, meningkatnya resiko terjadi injury atau luka, resiko inflamasi. Dan, kerusakan jaringan. “Terutama di basis cranii atau cibriformis. Apalagi jika dikerjakan pada kurun waktu yang berdekatan,” kata Dokter alumni Universiti Sains Malaysia, Kubang Kerian. Karena resiko ini, tindakan untuk melakukan tes antigen dan PCR sebagai syarat perjalanan yang bertujuan untuk melakukan pembatasan mobilisasi kegiatan masyarakat, merupakan hal yang perlu dipertimbangkan matang. Baik oleh pembuat policy maupun penumpang. “Saya cuma bisa bilang: Waspada dan hati hati,” ujar Dokter Hisnindarsyah mengingatkan. (mth)

Kekerasan Pascakudeta Berlanjut, Myanmar Tangkap Dua Jurnalis Lagi

Naypyitaw, FNN - Pemerintah militer Myanmar telah menangkap dua wartawan lokal dalam kasus terbaru tindakan keras terhadap media sejak kudeta 1 Februari, seperti disampaikan oleh televisi milik militer Myanmar, Sabtu (21/8). Kolumnis untuk situs berita Frontier Myanmar serta komentator di radio Voice of America, Sithu Aung Myint, dan seorang pekerja lepas yang bekerja untuk layanan berita BBC Burma, Htet Htet Khine, ditangkap pada 15 Agustus, menurut berita yang disiarkan Myawaddy TV. Sithu Aung Myint didakwa dengan tuduhan penghasutan dan penyebaran informasi palsu pada unggahan media sosial, yang menurut laporan Myawaddy, dinilai telah mengkritisi junta, mendesak orang-orang untuk bergabung dalam aksi mogok, dan mendukung gerakan-gerakan oposisi yang dilarang. Sementara Htet Htet Khine, ia dituduh telah menyembunyikan Sithu Aung Myint, yang telah dianggap sebagai seorang buronan tersangka kriminal. Khine juga dituduh bekerja untuk dan mendukung pemerintah bayangan Myanmar, Pemerintah Persatuan Nasional. Sebuah organisasi internasional nirlaba, Reporters Without Borders (RSF), mengatakan pada Sabtu bahwa kedua jurnalis itu ditahan "tanpa komunikasi" dan penahanan mereka tidak sah. "Kami mengutuk keras kondisi penahanan mereka yang sewenang-wenang, yang mencerminkan kebrutalan yang dilakukan junta militer terhadap wartawan," kata Daniel Bastard, kepala RSF untuk kawasan Asia-Pasifik. Situasi di Myanmar masih dipenuhi dengan ketidakstabilan dan penentangan terhadap pemerintahan junta. Sudah lebih dari 1.000 orang tewas di negara itu, menurut penghitungan dari sebuah kelompok aktivis yang telah melacak pembunuhan oleh pasukan keamanan Myanmar. Pihak militer Myanmar, yang telah mencabut izin dari banyak outlet berita, mengatakan bahwa mereka menghormati peran media tetapi tidak akan mentolerir pelaporan berita yang diyakini salah atau mungkin menimbulkan keresahan publik. Pada Juli, sebuah laporan oleh Komite Perlindungan Jurnalis menyebutkan bahwa penguasa Myanmar telah secara efektif mengkriminalisasi jurnalisme independen. Human Rights Watch telah mendesak pemerintah militer Myanmar, yang telah menangkap 98 wartawan sejak melakukan kudeta, agar berhenti menuntut awak media. Sebanyak 46 wartawan yang ditangkap itu masih ditahan hingga akhir Juli. (mth)

Anggota DPR: KKP Perlu Fokus Kembangkan Pupuk Hayati dari Rumput Laut

Jakarta, FNN - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin menyatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu fokus dalam mengembangkan pupuk hayati dari rumput laut yang merupakan komoditas yang banyak ditemukan di berbagai daerah. "Saya berharap, KKP serius mengembangkan pupuk hayati dari rumput laut dan limbah perikanan sebagai alternatif menyelesaikan persoalan pupuk nasional, baik pupuk subsidi maupun nonsubsidi," kata Andi Akmal Pasluddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu. Akmal meneruskan, berdasarkan dari beberapa kajian yang ada di kampus-kampus, rumput laut yang banyak terdapat di wilayah Indonesia dapat diolah jadi gula hingga bioetanol. Selain ramah lingkungan, lanjutnya, olahan rumput pengganti pupuk kimia ini juga diproduksi dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan dan melimpah. "Ketika ini sudah terealisasi, kita semua berharap pada upaya ini akan memberikan manfaat dan peningkatan ekonomi nasional sehingga daya beli masyarakat di kalangan petani dan nelayan dapat meningkat di kemudian hari," ucapnya. Akmal menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia yang belum menjadi negara yang mampu mengoptimalkan potensi alam ini untuk melayani kebutuhan dunia. Hal itu, ujar dia, terbukti dari banyaknya hasil olahan produk makanan yang berbahan baku rumput laut malah dipasok oleh sejumlah negara seperti Jepang dan Thailand yang juga masuk di pasar ritel modern di Indonesia. “Saat ini, anggaran pupuk subsidi yang dialokasikan pemerintah sekitar Rp20 triliunan. Bahkan pernah mencapai Rp34 triliun. Itu pun hanya memenuhi sekitar 34 persen kebutuhan pupuk nasional. Terobosan pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan ini, bila mampu dilakukan akan menghemat uang negara yang begitu signifikan," paparnya. Sebelumnya, KKP melalui peneliti Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) telah menciptakan formula pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut dan limbah perikanan, hingga meraih penghargaan Satyalancana Wira Karya. Pada peringatan HUT RI ke-76 pada tahun 2021 ini, peneliti Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan KKP Jamal Basmal dianugerahi tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI Joko Widodo, yang diserahkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, bersama para pegawai KKP lainnya, termasuk dari BRSDM. Penghargaan tersebut diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya dalam memberikan darma baktinya yang besar kepada negara dan bangsa Indonesia sehingga dapat dijadikan teladan bagi orang lain. Jamal dinilai berhasil menciptakan formula pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut dan limbah perikanan yang memiliki keunggulan sebagai zat pemacu tumbuh yang dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman dan mampu menghindarkan dari hama sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia, memperbaiki kualitas tanaman, serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Menurut Jamal, pupuk hayati berbasis rumput laut akan memberikan manfaat dan peningkatan ekonomi antara lain membuka peluang bisnis pupuk hayati dengan menggunakan bahan baku rumput laut dan limbah pertanian lainnya serta menggunakan konsorsium mikroba untuk menjamin ketersediaan unsur hara N-P-K dan melindungi tanaman dari hama dan patogen lainnya. “Diharapkan nantinya produk pupuk hayati yang ramah lingkungan dapat mensubstitusi pupuk kimia. Bahan baku rumput laut yang digunakan untuk produksi pupuk hayati bisa menggalakkan budidaya rumput laut di kalangan petani rumput laut," ujar Jamal. (mth)

Intelektual Yang Melelahkan

Oleh Fauzul Iman (Rektor UIN Banten 2017-2021) SOSOK intelktual dari Jepang yang bernama Prancis Fukuyama merasa kelelahan setelah mempertaruhkn ideologi intelektualnya berkolobrasi dengan Presiden Amerika Serikat, George Bush untuk memporakporandakan Irak lewat peperangan biadab. Perang yang paling banyak memusnahkan peradaban menelan nyawa umat manusia saat itu. Fukuyama dengan bukunya yang berjudul Trust: Social Verture and Creation of Prosperity telah menunjukkan sikap trust-nya keluar dari perilaku neokonsertvatif Bush yang sangat ganas menghancurkan peradaban Irak. Fukuyama dengan penuh penyesalan menyatakan bahwa perang ala Bush telah membawa malapetaka dunia. Integritas Fukuyama ini selayaknya menjadi renungan kuat terhadap persoalan yang banyak menimpa di Indonesia dalam situasi pandemi yang belum kunjung padam. Renungan itu terutama pada pemerintah sendiri yang telah membuat kebijakan berhadapan dengan para kaum intelektual yang memberikan masukan dan atau kritik strategis yang disampaikannya. Sejak pandemi korona mulai lahir terjadi semacam kekalutan yang menandai para pejabat negara mengaku belum pengalaman dalam menangani pandemai korona. Sementara saat korona mulai merebak di negara-negara lain bulan Desember 2019, para pejabat Indonesia memandang remeh seraya menyatakan virus korona tidak bakal terjadi di Indonesia. Kenyataannya setelah sebulan kemudian korona menyerbu Indonesia dan banyak menelan korban rakyat. Sejak itu baru pemerintah dengan cepat bercampur sedikit panik berupaya menangani pandemi Covid-19 dengan cara memberlakukan PSBB. Cara ini mulai menuai kritik dari para komponen intelektual yang menginginkan untuk diadakan lockdown dari pada PSBB yang tidak cukup kuat mengatasi pandemi dengan efektif. Sementara Gubernur DKI Anies Baswedan dan beberapa bupati daerah lebih cenderung memilih cara lockdown. Dari sinilah awal munculnya ketidakkekompakan antara pemerintah pusat dan daerah yang membuat kritik dari berbagai kalangan bermunculan termasuk dari rakyat biasa. Pemerintah terkesan memandang angin lalu terhadap kritik yang datang dari berbagai elemen itu. Kebijakan terus berjalan dengan kebijakan lain seakan tidak dipandangnya sebagai masukan positif. Kebijakan lain di situasi pandemi yang teramat sensitif dengan tidak mempertimbangkan sama sekali kondisi psikologi umat. Pemerintah justru mengajukan Rancangan Haluan Ideologi Pancasila (HIP), UU Minerba dan Omnibus Law UU Cipta kerja. Kaum intelektual yang mengkritik keras kali ini lebih besar lagi, tidak hanya dari tokoh kaliber perseorangan tapi juga suara lantang datang dari Ketua Umum PB NU dan Ketua Umum PP Muhamadiyah. Baru setelah pimpinan ormas besar itu turun gunung, Rancangan Undang-undang HIP ditunda pembahasannya hingga sekarang. Para tokoh sedikit gembira, namun tetap dengan umatnya mewaspadai dan terus mengawasinya agar tidak dibahas kembali apalagi diundangkan dengan cara sembunyi-sembunyi oleh komplotan konspirasi pemerintah dan DPR RI. Di samping itu Undang HIP dicurigai umat Islam merupkan upaya penyelundupan kembali ideologi komunis oleh oknum Pemerintah dan DPR. Kaum intelektual baik perorangan maupun yang diwakili tokoh ormas Islam, LSM dan lain lain, tampaknya masih kecewa berat karena Undang-undang Cipta Kerja/Omnibus Law dan Minerba yang tetap disahkan oleh DPR dan diberlakukan dengan begitu cepat. Undang-undang yang ditengarai memberikan karpet merah kepada pengusaha asing dan oligarki itu telah memicu kemarahan masif dari kaum intelektual. Tidak kurang lantangnya tokoh ormas dari Muhamadiyah, NU, dan para buruh/pekerja lemah yang paling merasa banyak menelan korban kerugian turut mengkritik dengan pedas dan keras. Tokoh/pemikir nasionl dari berbagai latar belakang pun tidak tanggung-tanggung secara personafikasi turut mengkritik dengan terang- terangan atas kecerobohan pemerintah dan DPR RI dalam membuat kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat itu. Tokoh kaliber seperti Dien Syamdudin, Kwik kian Gie, Busyro Muqaddas, Said Akil Siraj, Said Didu, Rizal Ramli, Faisal Basri, Rocky Gerung, Didik Rachbini, para aliansi guru besar, dekan dan dosen se-Indonesia yang dipimpin oleh Prof Dr Susi Dwi Hardijanti. Bahkan terakhir aliansi guru besar yang dipimpin oleh Prof Dr Azyumardi Azra telah mendesak KPK agar tunduk pada rekomendasi ambudsman yang menyatakan telah terjadi maladministrasi pada praktek TWK yang dilakukan KPK terhadap 70 para pegawainya. Presiden dalam hal ini terlihat membiarkan kondisi terburuk KPK dan dituduh melakukan upaya pelemahan lembaga anti-rasuah tersebut. Kritik publik yang diwakili para intelektual kaliber semakin menguat dengan berdirinya Organisasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia yang didirikan Prof Dien Syamsuddin. Koalisi berlanjut melakukan diklarasi dimulai dari Jakarta hingga ke daerah. Lagi-lagi pemerintah menggagalkan diklarasi koalisi itu dengan dalih mengganggu PSBB dengan kerumunan tak legal. Beberapa tokoh koalisi dituduh melalukan makar yang berujung ditangkapnya tiga tokoh koalisi yaitu Jumhur Hidayat, Anton Permana, dan Syahganda Nainggolan. Bahkan yang paling mengherankan dan sungguh sangat zalim, Dien Syamsuddin sebagai pimpinan koalisi yang sangat terkenal sebagai pejuang moderasi agama-agama di dunia kerap dibully dan dituduh sebgai tokoh radikal dan diusulkan agar dipecat dari Ketua Majelis Amanah ITB. Tokoh- tokoh lain yang terkenal paling kritis seperti Refly Harun, Said Didu, Rocky Gerung, Fadli Zon dan lain-lain juga tak luput dari serangan bully para buzzer dan kerap dilaporkan ke Bareskrim dengan tuduhan melakukan tindak pidana. Kondisi negara yang makin represif dan kurang memberikan kebebasan kepada suara kaum intelektual ini, membuat Kwik Kian Gie tokoh intelektual/Pakar ekonomi PDIP bernasib mengalami kelelahan intelektual seperti Francis Fukuyama. Bedanya Fukuyama mengalami kelelahan intelektual di tengah neo-konservatif Presiden Bush yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan lewat perang Irak. Kwik Kian Gie mengalami kelelahan intelektual berhadapan dengan pemerintah, yang menurutnya represif menghalangi kebebasan intelektual dalam menyampaikan pendapat, pikiran, dan keritik. Kwik tidak ingin lagi bicara mengkritik pemerintah karena takut dengan para buzzer yang suatu saat gampang melaporkannya ke polisi. Dalam jangka pendek, kondisi kelelahan kaum intelektual ini boleh jadi menguntungkn pemerintah karena status quo akan tegak abadi dengan mempertahankan stabilitasnya dengan penuh kesemuan. Namun dalam waktu jangka panjang, bukan tidak mungkin, akan tumbuh otoritarianisme baru dari pemerintah dengan makin leluasa membuat kebijakan baru yang selalu merugikan rakyat. Terbukti sampai hari ini pemerintah masih tetap membuat kebijakan barunya dengan memasung peran kebebasan intelaktual untuk dipercaya memimpin Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lembaga riset ini justru dikomandoi oleh Megawati, Dewan Pembina BPIP dan pimpinan partai politik terbesar yang sangat dicurigai bertendensi melakukan intervensi kepentingan. *)

Eduversal Kembali Gelar Kompetisi Matematika Daring Tingkat Nasional

Jakarta, FNN - Eduversal Indonesia kembali menyelenggarakan kompetisi matematika daring tingkat nasional atau Eduversal Mathematics Compettion (EMC) yang diselenggarakan pada 6 November 2021. “Ini merupakan pelaksanaan EMC ketiga. EMC pertama kali diselenggarakan pada 2019, dengan sistem bauran dan menggabungkan daring dan luring yang diikuti 3.200 siswa dari seluruh Indonesia,” ujar Direktur Eduversal, Dwi Prajitno Wibowo, di Jakarta, Ahad. Kompetisi itu diharapkan dapat menarik minat siswa untuk semangat berkompetisi sekaligus lebih membumikan peran Matematika dalam setiap aspek kehidupan. Tema EMC 2021 itu adalah Lets Have in Our Path. “Sejatinya Matematika adalah bahasa universal yang digunakan oleh seluruh negara di dunia. Matematika menjadi jembatan bagi seluruh bidang keilmuan agar saling berkomunikasi satu sama lain.” kata Dwi. Dwi menambahkan EMC 2021 diselenggarakan secara daring mengingat kondisi pandemi COVID-19. Pendaftaran EMC 2021 dibuka mulai tanggal 21 Agustus sampai tanggal 29 Oktober 2021. Seluruh proses pendaftaran dan pelaksanaan ujian EMC diselenggarakan dalam satu platform, yaitu https://kompetisi.net/ . Setiap peserta hanya bersaing dengan peserta lain di tingkatan kelas yang sama, sehingga peserta junior tidak perlu takut menghadapi peserta senior. Tahun ini EMC akan dibuka untuk kelas 4 SD/MI sampai kelas 12 SMA/MA. Sementara itu, perwakilan dari Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbudristek, Ade Supriatna mengatakan pihaknya bersyukur EMC dapat mengakomodasi jumlah pendaftar yang begitu besar. “Kami berupaya agar siswa dapat terus berkarya dari rumah dan pantang menyerah dalam kondisi pandemi saat ini. Sehingga, peran orang tua sangat penting sebagai pendamping anak-anak untuk belajar daring,” kata Ade. Ade menambahkan Kemendikbudristek akan menyiapkan mekanisme kolaborasi agar lomba di luar Puspresnas, juga mendapatkan pengakuan pemerintah dari jalur prestasi. Sehingga para juara dan talenta muda termasuk EMC untuk masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan agar perkembangan mereka terus terpantau. Koordinator Program EMC 2021, Ridwan Sumitro mengatakan EMC 2021 merebutkan hadiah hingga ratusan juta rupiah. Dalam setiap tingkatan kelas akan dipilih 10 pemenang. Hadiah peringkat pertama, mendapatkan medali emas dan uang tunai Rp4.000.000, peringkat dua mendapatkan medali perak dan uang tunai Rp2.000.000, peringkat tiga mendapatkan medali perunggu dan uang tunai Rp1.000.000, peringkat empat mendapatkan uang tunai Rp500.000, dan perangkat lima hingga 10 masing-masing mendapatkan uang tunai Rp250.000. Ridwan mengatakan peserta lomba tidak perlu pusing kalau lawannya akan berlaku curang, karena secara teknis sangat sulit untuk berbuat curang, sebab kamera peserta harus aktif, soal yang diacak, tidak dapat kembali ke soal berikutnya, lama pengerjaan yang dapat dimonitor, serta soal yang menantang atau bertipe HOTS. Ridwan menambahkan selain kegiatan kompetisi, EMC 2021 juga diiring dengan webinar untuk guru dan orang tua, webinar untuk siswa, tryout matematika untuk umum, serta kegiatan Math Day yang berisi lomba-lomba ringan terkait matematika yang seru dan menyenangkan. (mth)

Glorifikasi Objektifikasi Perempuan dalam Film "Selesai"

Jakarta, FNN - Film "Selesai" (2021) garapan sutradara sekaligus musisi Tompi menuai kritik. Film berdurasi 83 menit itu dianggap merendahkan perempuan dan menormalkan perselingkuhan. Anggapan itu tidak salah. Di tengah kesadaran masyarakat global tentang kesetaraan, film yang bercerita tentang perselingkuhan di dalam rumah tangga Broto Hadisutedjo (Gading Marten) dan Ayudina Samara (Ariel Tatum) ini malah terang-terangan mengobjektifikasi perempuan dan mengeksploitasinya secara seksual. Objektifikasi perempuan terlihat jelas dalam banyak adegan. Bukan hanya terjadi di seputar pemeran utama tetapi juga di peran pendukung. Salah satu adegan yang mengindikasi hal ini adalah ketika Bambang (Imam Darto), pacar Yani (Tika Panggabean) yang merupakan pembantu Ayudina, menjadikan majikan pacarnya sebagai objek fantasi seksual. Ayudina yang saat itu tengah menelepon di halaman belakang rumah, diintip oleh Bambang yang menyelundup ke kamar Yani. Ia pun lantas bermasturbasi sambil melihat Ayudina yang sedang menelepon. Entah apa yang mengharuskan adegan ini ada, alih-alih menjadikannya sisipan komedi dalam film, yang ada justru pelecehan terhadap perempuan. Candaan-candaan bernada seksual dalam film ini terbilang cukup banyak yang sayangnya tidak menambah nilai apa-apa untuk film tersebut, tidak humor tidak juga sensual. Candaan tersebut justru membuat film ini seperti komedi tengah malam yang pernah ditayangkan di salah satu tv swasta. Sementara perilaku misoginis ditunjukan saat Broto terus-menerus menyalahkan istrinya atas apa yang terjadi dalam hubungan mereka. Broto tidak merasa bersalah atas perselingkuhan yang ia lakukan dengan Anya (Anya Geraldine). Ia malah berlagak detektif dengan menuding istrinya melakukan hal yang sama. Ia bahkan menggunakan jasa peretas untuk mengetahui aktivitas ponsel Ayudina. Saat indikasi menguat, Broto justru lebih murka dari kemarahan Ayudina sebelumnya. Kejahatan yang diterima oleh Ayudina tidak hanya dari suaminya, mertuanya yang menjadi alasan Ayudina bertahan dalam hubungan toksik tersebut tanpa disadari juga ikut menghakiminya. Saat Ayudina dicurigai melakukan perselingkuhan, sang mertua (Marini Soerdjosoemarno) malah menyidang keduanya, dia meminta Dimas (Farish Nahdi), adik Broto yang dituduh menjadi selingkuhan Ayudina tanpa menghadirkan Anya yang menjadi selingkuhan Broto. Ibu mertua juga secara paksa memeriksa ponsel Ayudina sementara ponsel Broto, tak diusik sama sekali. Rengekan Ayudina yang meminta keadilan sang mertua sebagai "hakim" pun tak digubris. Penghakiman juga ditunjukkan secara simbolik dari komposisi dan blocking dalam adegan Ayudina menangis dan duduk di tangga, dia meratap dan berkata : "pada akhirnya aku akan selalu sendiri". Dia menjadi satu-satunya karakter yang posisinya di bawah, sementara semua orang, baik Broto, Dimas, Anya, Yani, dan ibu mertuanya hanya berdiri, melihat dia menangis tanpa ada satupun yang prihatin dengannya. Tak sampai disitu, karakter Anya muncul dalam perspektif visual untuk memuaskan pandangan lelaki. Anya direpresentasikan sebagai perempuan manja yang tidak pintar. Karakter Anya dikenalkan lewat adegan hubungan intimnya dengan Broto di dalam mobil. Minim porsi, Anya kemudian hanya muncul sesekali dengan adegan yang lagi-lagi tidak lucu untuk sebuah sisipan komedi. Anya misalnya melakukan sambungan video-call dengan Broto yang menari tanpa busana. Di lain adegan, Anya menelepon Broto di kamar mandi sambil bilang kalau "dia tak pernah pakai celana dalam". Ada juga adegan Anya yang hanya pakai handuk bersama Broto. Rangkaian adegan ini dapat memperkuat stigma bahwa perempuan yang menjadi selingkuhan adalah perempuan yang hanya dapat menonjolkan kecantikan dan tubuhnya saja. Sayang sekali film ini menjadi cacat karena hal-hal tersebut, padahal di awal cerita pengalaman dan pikiran Ayudina sebagai perempuan yang mengalami pernikahan yang tidak sehat sudah ditonjolkan. Dia mengibaratkan hubungan pernikahan seperti roti lapis yang membutuhkan selai untuk merekatkan keduanya, namun salah satu rotinya sudah busuk. Film yang ditulis oleh Imam Darto itu memiliki satu latar tempat dan hanya mempunyai satu fokus permasalahan ini sayangnya tidak memiliki kedalaman dialog. Dalam waktu 86 menit, penonton tidak dapat menemukan alasan mengapa Broto mempertahankan hubungannya dengan Ayudina dan mengapa dia berselingkuh dengan orang yang sama hingga berkali-kali. Apa yang diceritakan dalam film bisa jadi merefleksikan realita kehidupan berumah tangga. Banyak pasangan yang mencoba bertahan dalam hubungan yang tidak sehat, dan sering kali perempuan menjadi korban dan mendapat stigma buruk saat memilih bercerai. Catatan Tahunan Komnas Perempuan melaporkan kasus kekerasan terhadap perempuan paling menonjol selama 2020 adalah kekerasan di ranah personal atau KDRT yaitu sebanyak 6.480 kasus. Kekerasan terhadap istri menempati peringkat pertama sebanyak 3.221 kasus. Bentuk kekerasan paling menonjol adalah kekerasan fisik, kekerasan seksual, psikis dan ekonomi. Lalu apakah untuk menunjukkan film berpihak pada perempuan lantas ceritanya harus memenangkan tokoh perempuan sementara tokoh pria harus terkena azab? Tidak juga. Sutradara boleh saja mempertahankan alur cerita ini asalkan membuang unsur-unsur yang mengobjektifikasi perempuan dan menambahkan rasa empati ke dalam film. Sebutlah film ini adalah karya yang menganut nilai seni untuk seni, namun nyatanya "Selesai" tidak seindah itu. Film ini hanyalah produk kitch layaknya karya-karya sutradara asal Amerika, Wes Anderson. Hal itu jelas terlihat dari pemilihan warna-warna cerah dan senada di dalam film ini. Film menggunakan pencahayaan hangat seperti yang ada di film-film Anderson. Sayangnya pencahayanya cenderung oranye, hal itu membuat penonton sulit mengetahui dimensi waktu dalam film itu, apakah pagi, siang, sore atau malam. Tak hanya perkara dimensi waktu, penonton juga kebingungan dengan lini waktu dalam film ini, apakah semua kejadian ini terjadi dalam waktu satu hari, dua hari, atau jangan-jangan seminggu. Plot cerita maju-mundur di awal film dalam film ini juga mengingatkan dengan plot film "The Grand Budapest Hotel". Beberapa adegan juga dijaga kesimetrisannya, sayangnya di beberapa frame kesimetrisan yang harusnya presisi ini justru menghasilkan ketidaksempurnaan. Misalnya adegan saat Broto, Ayudina, dan Yani berkumpul di dapur. Demi mempertahankan komposisi yang simetris, sutradara memilih membiarkan tubuh pemeran terpotong kamera. Bukannya estetik, adegan itu malah mengganggu mata. Padahal bisa saja sutradara memilih lensa yang lebih lebar atau merapatkan jarak antar pemain. Untuk tata suara film ini menggunakan latar suara paradoks dengan musik ceria untuk adegan yang seharusnya tegang. Sebenarnya sah-sah saja untuk membuat backsound yang paradoks dengan adegan, namun dalam film ini peletakan suara itu seperti salah moment. Agar tak salah "treatment", Tompi bisa mencontoh film "Berbagi Suami" (2006) karya Nia Dinata untuk menerapkan latar suara yang paradoks. Dengan backsound seperti itu, Nia telah mengubah pengalaman penonton dalam melihat poligami, dari tragedi menjadi satir. Meski demikian film ini bukan tidak memiliki potensi untuk menjadi film bagus jika durasi film ini dipadatkan menjadi film pendek dengan dialog yang dalam dan fokus pada permasalah perceraian antara Broto dan Ayudina saja. (mth)

BMKG Ingatkan Masyarakat Waspada Potensi Cuaca Eskstrem

Jakarta, FNN - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat atau petir, hujan es dan lainnya. Dikutip dari laman bmkg.go.id pada Ahad, BMKG juga meminta masyarakat untuk mewaspadai dampak yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin. BMKG mengingatkan masyarakat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem pada 22 Agustus dan 23 Agustus 2021. Selanjutnya pada 24 Agustus hingga 26 Agustus 2021, BMKG mengingatkan masyarakat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. BMKG menambahkan kondisi cuaca pada periode 20 Agustus hingga 26 Agustus 2021 cukup bervariasi. Wilayah Bali hingga Nusa Tenggara akan cenderung cerah berawan hingga berawan dengan potensi hujan intensitas sedang dan lebat yang bersifat lokal akan terjadi di sebagian wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara untuk wilayah Sumatera, sebagian besar akan berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Di wilayah Kalimantan akan dominan hujan ringan dengan potensi hujan sedang hingga lebat terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Potensi curah hujan yang cukup signifikan diperkirakan terdapat di sebagian besar wilayah Sulawesi bagian tengah, Maluku dan Papua. (mth)

UNJ Raih Rekor MURI pada Penutupan PKKMB 2021

Jakarta, FNN - Universitas Negeri Jakarta (UNJ) meraih Piagam Penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas rekor senam sendok kursi (Sensi) dengan peserta terbanyak yang dilakukan secara virtual oleh 6.433 mahasiswa baru UNJ. Penghargaan tersebut diberikan pada penutupan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) yang dilakukan secara bauran, yakni secara luring yang diselenggarakan di Cikarang, Jawa Barat, dan daring. “Pelaksanaan PKKMB UNJ 2021 dilakukan berdasarkan Surat Edaran Dirjen Dikti tentang Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru, untuk memberikan pemahaman pada mahasiswa baru agar lebih cepat beradaptasi dalam kehidupan kampus. Jumlah mahasiswa baru pada PKKMB UNJ 2021 sebanyak 6.433 mahasiswa,” ujar Ketua Pelaksana PKKMB UNJ 2021 yang juga Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNJ, Dr Abdul Sukur, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad. Penutupan PKKMB dihadiri oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir Helmi Basalamah MM dan Staf Khusus Kementerian Investasi dan Penanaman Modal, Pradana Indraputra ME, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Dr Carwinda, Dewan Penyantun UNJ, Prof Sylviana Murni. Penghargaan diberikan langsung oleh Manajer MURI, Awan Rahargo, dan diterima oleh Rektor UNJ Prof Dr Komarudin MSi. “Salah satu rangkaian kegiatan PKKMB UNJ 2021 menjadi atensi kami dimana UNJ melakukan senam virtual oleh peserta mahasiswa baru terbanyak di Indonesia” ujar Awan. Komarudin mengucapkan terima kasih kepada MURI yang kembali memberikan piagam kepada UNJ ketiga kalinya. Dalam sambutannya, Komarudin juga mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung kepada seluruh mahasiswa baru UNJ, kampus perjuangan, pusat pemikiran dan tanah peradaban. “Saudara merupakan mahasiswa pilihan dari sekian banyak calon mahasiswa yang berminat masuk UNJ. Untuk itu, harus mempunyai rasa bangga menjadi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta” jelas Komarudin. Komarudin berharap PKKMB dapat menambah pengetahuan, wawasan dan membentuk karakter kemahasiswaan UNJ yang tangguh, cerdas, inovatif dan kompetitif, sebagaimana peran sentral mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa. Terdapat tiga kunci penting untuk menjadi agen perubahan, yakni harus mampu menjadi juara dan teladan dalam bidang akademik, menjadi juara dan teladan dalam organisasi kemahasiswaan, dan menjadi juara dan teladan di keluarga, masyarakat dan bagi bangsa serta negara. (mth)

Putin dan Erdogan Sepakat Perkuat Koordinasi Masalah Afghanistan

Jakarta, FNN - Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Turki, Tayyip Erdogan, membahas situasi di Afghanistan selama pembicaraan melalui telepon dan sepakat untuk memperkuat koordinasi bilateral mengenai masalah Afghanistan. Hal itu disampaikan Kremlin dalam pernyataan pada Sabtu (21/8). Kedua presiden, Putin dan Erdogan, menekankan prioritasnya adalah upaya kontra-terorisme dan memerangi perdagangan narkoba, demikian disampaikan Kremlin. Militan Taliban menguasai Kabul pada akhir pekan lalu, dan hal itu telah membuat ribuan warga sipil dan sekutu militer Afghanistan melarikan diri ke tempat yang aman. Erdogan menyuarakan harapan untuk transisi yang lancar di Afghanistan dan menekankan pentingnya bagi Taliban untuk tidak mengulangi kesalahan sebelumnya dan menepati janji mereka dengan suatu pendekatan etnis yang inklusif. "Pemerintah baru yang akan dibentuk di Afghanistan harus inklusif dan mewakili keragaman rakyat Afghanistan," kata Erdogan kepada Putin menurut pernyataan yang dikeluarkan setelah panggilan telepon antara kedua presiden tersebut. Pada Rabu (18/8), Erdogan mengatakan Turki masih berniat untuk menjaga keamanan di bandara Kabul setelah para pejuang Taliban menguasai ibukota Afghanistan. (sws)