ALL CATEGORY
Hutan Wanagama UGM Digunakan Sebagai Shelter Penanganan Covid
Yogyakarta, FNN - Rumah peneliti di Hutan Pendidikan Wanagama Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai digunakan sebagai shelter penanganan pasien positif COVID-19 bergejala ringan, Jumat (30/7) 2021. Pemanfaatan rumah peneliti Wanagama di Kecamatan Playen itu ditandai dengan penandatangan perjanjian kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan Fakultas Kehutanan UGM. "Ini kedua kalinya Wanagama digunakan sebagai shelter. Sebelumnya untuk warga yang reaktif 'rapid test', saat ini yang ditempatkan adalah yang sudah betul-betul positif COVID-19," kata Dekan Fakultas Kehutanan UGM Dr Budiadi dalam pernyataan di Yogyakarta, Jumat. Ia mengatakan UGM berusaha semaksimal mungkin untuk menyumbangkan sumber daya yang dimiliki bagi penanganan COVID-19. Pemanfaatan rumah peneliti Wanagama sebagai shelter itu, kata dia, diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah daerah dalam menangani pasien dan menekan angka kematian. "Di sini isolasi bisa maksimal karena tidak berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan lingkungannya lebih sehat. Mudah-mudahan jika diisolasi di sini lebih cepat sembuh karena kondisinya mendukung," katanya. Menurut dia shelter Wanagama memiliki kapasitas sebanyak 51 tempat tidur. Selain kamar isolasi, menurut Budiadi, terdapat kopel khusus instalasi gawat darurat (IGD) yang dilengkapi dengan konsentrator oksigen, serta ruangan khusus bagi tenaga kesehatan. Bupati Gunungkidul Sunaryanta menyebutkan bahwa shelter Wanagama menjadi satu dari sejumlah tempat isolasi yang dikelola oleh pemerintah kabupaten. Keberadaan shelter terpadu, menurutnya, menjadi penting mengingat jumlah kasus di Kabupaten Gunungkidul masih cukup tinggi. "Kerja sama ini sangat penting bagi kami. Meski beberapa hari ini menurun, namun jumlah yang isolasi mandiri masih cukup tinggi, sekitar 2.500 orang," katanya. Dengan berada di shelter terpadu, kata dia, kondisi pasien yang melakukan isolasi mandiri dapat terpantau dan lebih cepat mendapat penanganan. Harapannya tidak ada lagi masyarakat yang meninggal ketika melakukan isolasi mandiri di rumah dan terlambat dibawa ke rumah sakit. "Mudah-mudahan dengan cara-cara yang diambil oleh pemerintah dengan bekerja sama dengan para stakeholder, di samping vaksinasi yang terus didorong, tidak lama lagi kasusnya mulai turun," kata Sunaryanta. Sedangkan Direktur Hutan Pendidikan Wanagama Dr Dwiko Budi Permadi menyatakan shelter ini dikelola oleh Dinas Kesehatan serta Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul, dan saat ini menampung delapan pasien konfirmasi bergejala ringan. Hutan Pendidikan Wanagama selama ini digunakan sebagai tempat praktikum dan penelitian bagi mahasiswa maupun dosen Fakultas Kehutanan UGM. Namun, mengingat kondisi pandemi yang belum mereda dan pemberlakuan kebijakan PPKM, aktivitas praktikum mahasiswa di Wanagama untuk sementara ditiadakan. Ia menjelaskan aktivitas penelitian nantinya dapat tetap dilakukan di luar area rumah penelitian, dengan sejumlah pengaturan untuk mencegah penularan COVID-19. "Untuk riset masih dilakukan di luar area rumah peneliti. Untuk praktikum mengikuti kebijakan PPKM dan fakultas," demikian Dwiko Budi PermadPermadi. (sws)
AQL Bagikan Tabung Oksigen Gratis Bagi Pasien Isoman
Jakarta, FNN - Lembaga kemanusiaan Ar-Rahman Quran Learning (AQL) Peduli kembali membagikan oksigen medis gratis kepada pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau Jabodetabek. "Saat-saat pasien COVID-19 yang terpapar, menentukan hidup atau mati. Sedekah satu oksigen menyelamatkan satu nyawa," ujar Direktur AQL Peduli Firman Fabi, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat. Pembagian oksigen gratis ini sebagai lanjutan setelah sebelumnya AQL telah memenuhi kebutuhan pasien isoman di Jakarta, beberapa pekan lalu. Kali ini, AQL mampu menyuplai 800 tabung oksigen gratis kepada masyarakat, terutama kepada pasien COVID-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri di Jabodetabek. Menurut Firman, oksigen medis menjadi kebutuhan yang sangat vital saat ini, utamanya bagi mereka yang memiliki gejala sesak napas. Pada kondisi itu, mereka harus mendapatkan bantuan oksigen medis guna membantu pernapasan. "Dari sini kami melihat bahwa oksigen sangat dibutuhkan, bahkan mereka bagaimana mencarinya itu sulit untuk mendapatkannya. Karena itu kami bekerja sama dengan beberapa tempat pengisian oksigen," kata dia. Firman memastikan pendistribusian oksigen tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. Skema pembagian tabung oksigen dilakukan dengan memberikan sebuah kupon kepada masing-masing warga. Satu kupon untuk satu tabung. Meski dalam sistem kupon, pihaknya memastikan tidak akan kehabisan. Tim akan mengusahakan semua warga mendapatkan oksigen. "Bagaimana jika ada yang membawa dua hingga tiga tabung? Kami akan dahulukan terlebih dulu yang sudah antre, setelah itu jika memang masih ada kami isikan kembali. Kurang lebih seperti itu teknisnya, supaya pembagian ini juga merata, jangan sampai ada yang bawa banyak, tetapi yang sudah ngantre dan membawa satu tidak kebagian," ujarnya. (sws)
Polda Metro Tangkap Penyulap APAR Jadi Tabung Oksigen
Jakarta, FNN - Penyidik Polda Metro Jaya menangkap seorang pria berinisial WS lantaran menyamarkan dan menjual alat pemadam api ringan (APAR) sebagai tabung oksigen. "Alat pemadam kebakaran yang biasanya diisi dengan CO2 atau serbuk-serbuk untuk memadamkan kebakaran tetapi dengan upaya tersangka ini untuk mencari keuntungan mengubah tabung ini, kemudian diisi dengan oksigen," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat. Yusri mengungkapkan kasus ini terbongkar saat polisi melakukan patroli siber dan menemukan menemukan akun Facebook atas nama Erwan02 yang dicurigai menjual tabung oksigen yang tidak sesuai standar. Polisi kemudiam memesan tabung oksigen yang dijual WS untuk diperiksa dan didapati bahwa tabung tersebut adalah APAR yang dicat menyerupai tabung oksigen. Hal yang meyakinkan penyidik adalah pada badan tabung terdapat tulisan CO2 dan PMK (pemadam kebakaran). Yusri menjelaskan tabung yang diperuntukkan untuk oksigen mempunyai spesifikasi khusus dan lebih tebal untuk alasan keamanan. Tabung yang tidak sesuai standar berpotensi meledak apabila dipaksakan untuk diisi dengan oksigen. "Karena ketebalannya berbeda, ini bisa meledak dan bisa membahayakan," ujarnya. Atas temuan tersebut polisi kemudian melakukan penangkapan terhadap WS selaku pemilik akun dan penjual tabung oksigen palsu tersebut. Tersangka WS ditangkap pada 27 Juli 2021 di rumahnya di kawasan Tangerang. Yusri menyebut aksi itu dilakukan pelaku untuk mencari keuntungan dengan memanfaatkan melonjaknya permintaan oksigen baik dari rumah sakit maupun masyarakat. "Pengakuan sudah 20 tabung dia jual, tapi kami masih mendalami," tambahnya. Atas perbuatannya, tersangka WS dijerat dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 113 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan dengan ancaman 10 tahun penjara. (mth)
ICW Belum Terima Somasi Resmi Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Jakarta, FNN - Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut belum menerima somasi resmi dari Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko terkait tuduhan kedekatan Moeldoko dengan produsen obat Ivermectin. "Hingga saat ini ICW belum menerima somasi resmi dalam bentuk tertulis dari pihak Moeldoko. Jadi, kami tidak mengetahui poin-poin apa saja yang menjadi keberatan," kata anggota Divisi Hukum ICW Kurnia Ramadhana di Jakarta, Jumat, 30 Juli 2021 Pada Kamis (29/7), penasihat hukum Moeldoko, Otto Hasibuan melayangkan somasi terbuka terhadap ICW maupun kepada peneliti ICW Egi Primayogha. Otto menyebutkan, apabila ICW tidak dapat membuktikan bahwa Moeldoko terlibat dalam peredaran Ivermectin maka kliennya meminta ICW mencabut pernyataannya. Selain itu, meminta maaf kepada Moeldoko secara terbuka melalui media cetak dan media elektronik. Otto mengancam, jika tidak bersedia meminta maaf secara terbuka, maka akan melapor kepada yang berwajib. "Akan tetapi, kami juga menegaskan bahwa kerja-kerja pemberantasan korupsi, terutama dalam hal pengawasan, tidak akan berhenti karena adanya isu tersebut," ucap Kurnia sebagaimana dikutip dari Antara. Kurnia menegaskan, penelitian yang dihasilkan oleh ICW adalah bagian dari fungsi pengawasan masyarakat terhadap jalannya proses pemerintahan, termasuk di dalamnya para pejabat publik. "Selain itu, ini pun bukan kali pertama, sejak ICW berdiri, mandat organisasi memang sepenuhnya didedikasikan untuk memastikan penyelenggaraan pemerintahan terbebas dari praktik korupsi, kolusi, maupun nepotisme," ujar Kurnia. ICW sebelumnya menyebut Moeldoko dalam jabatannya sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) punya hubungan dengan PT Noorpay Nusantara Perkasa, yaitu mengadakan program pelatihan petani di Thailand. PT Noorpay sahamnya dimiliki oleh Sofia Koswara sebagai Wakil Presiden PT Harsen Laboratories, produsen Ivermectin yang disebut-sebut sebagai salah satu obat COVID-19. Egi mengungkapkan jejaring itu diduga mencari keuntungan di tengah krisis pandemi lewat relasi politik. Apalagi putri Moeldoko, yaitu Joanina Rachman adalah pemegang saham mayoritas di PT Noorpay Nusantara Perkasa. Koalisi masyarakat sipil meminta untuk mencabut somasi tersebut. "Moeldoko selaku Kepala Staf Kepresidenan harus mencabut somasi dan mengurungkan niat untuk melanjutkan proses hukum terhadap ICW," kata salah satu perwakilan koalisi, Muhammad Isnur. Ia meminta agar Moeldoko menghormati proses demokrasi, yaitu kritik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ICW. Moeldoko diharapkan lebih fokus pada klarifikasi terhadap temuan-temuan dari penelitian tersebut. (MD).
Kasus Sembuh dari COVID-19 di Sulteng Cetak Rekor, Terbanyak di Poso
Palu, FNN - Pusat Data dan Informasi (Pusdatina) COVID-19 Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat penambahan kasus sembuh harian di Sulteng mencapai rekor tertinggi yaitu 426 orang. "Hari ini 426 pasien COVID-19 dinyatakan telah sembuh berdasarkan hasil tes usap sehingga secara secara kumulatif total pasien yang sembuh di Sulteng berjumlah 15.791 orang," katanya di Kota Palu, Jumat malam. Ia menerangkan pasien COVID-19 yang sembuh terbanyak berada di Kabupaten Poso yaitu 112 orang, disusul 82 orang di Sigi, 80 orang di Parigi Moutong (Parimo), 63 orang di Tolitoli, 58 orang di Banggai, 22 orang di Kota Palu, tujuh orang di Kabupaten Banggai Laut (Balut) dan dua orang di Buol. Mereka yang sudah sembuh telah diizinkan pulang, namun harus menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan dan penyebaran COVID-19 secara ketat agar tidak kembali terpapar. Sementara itu 643 orang terkonfirmasi positif COVID-19 hari ini meliputi 156 orang di Palu, 94 orang di Poso, 84 orang di Tolitoli, 82 orang di Banggai, 53 orang di Tojo Una-Una (Touna), 44 orang di Morowali, 40 orang di Morowali Utara, 35 orang di Sigi. Selanjutnya, 24 orang di Donggala, 10 orang di Parimo dan Buol, delapan orang di Banggai Laut dan tiga orang di Banggai Kepulauan. Secara kumulatif, ia mengatakan total pasien yang terkonfirmasi COVID-19 sampai saat ini berjumlah 22.403 orang. Selain itu, Haris mengatakan 25 pasien COVID-19 masing-masing sembilan orang di Parimo, lima orang di Poso, empat orang di Banggai, tiga orang di Tolitoli, dua orang di Morowali dan Palu dinyatakan meninggal dunia hari ini. "Sehingga total pasien COVID-19 yang meninggal dunia sampai saat ini berjumlah 595 orang. Adapun 5.992 pasien COVID-19 saat ini menjalani karantina secara mandiri maupun di pusat pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah setempat. Mari kita doakan agar mereka semua sembuh," ucapnya. Ia meminta masyarakat mendukung tim pengawas dinas kesehatan kabupaten dan kota di Sulteng yang melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19. Selain itu, warga diimbau menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan dan penyebaran COVID-19 secara ketat. "Pencegahan yakni dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas di luar rumah. Langkah tersebut sangat penting dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran dan penularan COVID-19 di Sulteng," katanya. (mth)
Gubernur Apresiasi "Serbuan Vaksin" TNI AL di Pelabuhan Tanjungkalian
Mentok, Babel, FNN - Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman memberikan apresiasi kepada Pangkalan TNI Angkatan Laut setempat atas keberhasilan dalam menggelar "serbuan vaksin" COVID-19 di Pelabuhan Tanjungkalian, Mentok. "Kegiatan vaksinasi berjalan cukup rapi, teratur dan sesuai protokol kesehatan sehingga para peserta vaksin dari kelompok warga maritim terlayani dengan baik dan proses berjalan lancar," katanya saat mengunjungi Pelabuhan Tanjungkalian, Mentok, Jumat. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk warga pesisir dan para pekerja yang bergerak di bidang kemaritiman di lingkungan Pelabuhan Tanjungkalian Mentok tersebut, merupakan vaksinasi kedua yang dilaksanakan Pos Angkatan Laut Mentok jajaran Pangkalan TNI AL Babel bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, RSUD Sijiran Setason, dan puskesmas. Gubernur Erzaldi menyampaikan terima kasih kepada warga maritim yang antusias untuk melaksanakan vaksinasi terlebih kepada TNI AL Pangkalan Babel dan Dinas Kesehatan yang telah menyelenggarakan vaksinasi tahap dua tepat waktu sesuai ketentuan urutan yang mendaftar. Dalam kunjungan perdana di Bangka Barat, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Babel Kolonel (P) Fajar Hernawan mengatakan kegiatan "serbuan vaksinasi" masyarakat maritim sebagai tindak lanjut perintah KSAL Laksamana TNI Yudo Margono dalam rangka mempercepat program pemerintah terkait dengan vaksinasi COVID-19 guna memutus mata rantai penyebaran virus di daerah itu. "Kabupaten Bangka Barat masuk dalam PPKM level 4 tentunya hal ini menjadi perhatian kita bersama, kami mengimbau masyarakat di daerah ini, khususnya yang berada di Pelabuhan Tanjungkalian sebagai pintu masuk warga dari Palembang tetap patuh dan disiplin menjalankan protokol kesehatan 5M agar kembali ke zona hijau," kata dia. Ia menjelaskan pelaksanaan vaksinasi tahap dua yang digelar di Pelabuhan Tanjungkalian menggunakan vaksin Sinovac, diikuti warga berusia 18 tahun ke atas sebanyak 356 orang. Dalam "serbuan vaksinasi" tersebut, tim vaksinator didukung sebanyak empat orang dari Bidang Kesehatan Lanal Babel, yaitu satu dokter dan tiga tenaga kesehatan, sedangkan dari RSUD Sijiran Setason tujuh orang yang terdiri atas dua dokter dan lima tenaga kesehatan, sedangkan dari Puskesmas Mentok 11 orang terdiri atas satu dokter dan 10 tenaga kesehatan. Kegiatan yang digelar di kawasan Pelabuhan Tanjungkalian tersebut mendapatkan perhatian dan dikunjungi langsung Gubernur Babel, Kapolda, Danrem 045/Gaya, Danlanal, Bupati dan Wakil Bupati Bangka Barat, Kepala KKP Pangkalpinang, dan sejumlah pejabat forkopimda setempat. (mth)
MAKI Temukan Dugaan Pemotongan Insentif Nakes COVID-19
Serang, FNN - Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) menemukan adanya dugaan pemotongan atau penyelewengan terhadap insentif tenaga kesehatan (nakes) penanganan COVID-19 di salah satu rumah sakit di Kota Serang. Kordinator MAKI Boyamin Saiman di Serang, Kamis mengatakan, pihaknya sudah melakukan investigasi atas adanya pengaduan terhadap dugaan pemotongan insentif nakes tersebut. Hasil investigasi tersebut selama dua hari di salah satu rumah sakit dj Kota Serang, ada indikasi kuat dugaan pemotongan ataupun penyelewengan honor nakes tersebut. "Minggu kemarin saya dapat pengaduan ada dugaan pemotongan, penyunatan. pengurangan atau apapun itu namanya, atas honorarium tenaga kesehatan yang menangani COVID-19. Anggaran ini bersumber dari APBN melalui Kementerian Kesehatan dan disalurkan ke rumah sakit," kata Boyamin Saiman kepada wartawan. Ia mengatakan, bahwa aduan tersebut mengenai sistem pemberian honorarium nakes itu dimasukkan ke rekening masing-masing nakes. "Para nakes ini awalnya disuruh buat rekening atas nama masing- masing nakes. Akan tetapi buku tabungan dan ATM-nya tidak dikasihkan ke para nakes," kata Boyamin. Belakangan diketahui, kata dia, pada bukan Juli ini buku tabungan dan ATM diberikan, sehingga setelah di cek di rekening masing-masing diketahui uang yang masuk dan keluar. Menurutnya, honorarium nakes yang masuk tersebut diperkirakan untuk waktu enam bulan lalu, sekitar Desember 2020 sampai Mei 2021 atau antara Januari 2021 sampai Juni 2021. Rata-rata uang yang masuk sekitar antara Rp20 juta sampai 50 juta, tergantung posisi dan jabatan masing-masing nakes. "Jadi ketika nakes itu mengecek ke bank saldo yang tertera itu masing-masing antara Rp8 juta sampai Rp25 juta. Sehingga mereka bisa mengambil uang antara Rp7 juta sampai Rp25 juta," kata Boyamin. Dengan demikian, kata Bonyamin, nakes yang honorariumnya Rp50 juta hanya bisa mengambil antara Rp20 juta sampai Rp25 juta dan yang honornya Rp20 juta sampai Rp30 juta, hanya bisa mengambil antara Rp8 juta sampai Rp10 juta. Atas temuan dugaan pemotongan tersebut, pihaknya langsung melaporkan ke Polda Banten. Adapun dugaan pelanggarannya apa, nanti Polda Banten yang akan merumuskan untuk proses tindaklaniutnya. "Apakah ini dugaan pelanggaran Undang-undang perbankan karena adanya pengurangan saldo yang tidak terecord atau dugaan pelanggaran lain. Tapi nyatanya para nakes tersebut hanya bisa mencairkan sejumlah saldo terakhir," kata Boyamin. (sws)
Kota Gorontalo Akan Terapkan PPKM Level 4
Gorontalo, fnn - Pemerintah Kota Gorontalo segera menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4. Kenaikan dari level 3 ke level 4 tersebut, hanya berselang tiga hari dari Instruksi Mendagri Nomor 26 tahun 2021. "Memang untuk Instruksi Mendagri No.26/2021 bahwa PPKM di Kota Gorontalo level 3. Namun, hingga kini kasus baru COVID-19 di kota sudah mencapai 37,13 orang per 100 ribu penduduk. Begitu juga dengan kematian meningkat tajam, rata-rata ada 7 orang perpekan," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Yana Yanti Suleman, saat rapat evaluasi Gubernur Gorontalo dengan unsur Forkopimda, wali kota, camat dan lurah yang berlangsung daring, Jumat. Menurutnya peningkatan ke level 4 patut diwaspadai oleh semua pihak. Indikator paling tinggi yakni kondisi rawat inap yang berada di level 4 yakni 37,4 orang per 100 ribu penduduk. Hal itu berarti ada 74 orang yang dirawat perpekan, jika total jumlah penduduk kota 200 ribu orang. Sementara itu, tingkat hunian rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di Kota Gorontalo juga sudah berada di angka yang mengkhawatirkan. Di Rumah Sakit Aloei Sobe dari total 118 tempat tidur, sudah terisi 102 unit diantaranya. "Begitu juga di rumah sakit Otanaha. Dari total 37 tempat tidur, sudah 27 yang terisi atau 79,4 persen. Penting bagi kita mengaktifkan plan B, untuk penambahan gedung baru khusus penanganan COVID-19," ungkapnya. Wali Kota Gorontalo Marten Taha menilai aparaturnya sudah melaksanakan upaya-upaya preventif. Ia mengungkapkan, sejak Senin pekan ini pihaknya sudah mengambil langkah membuat posko di pasar. "Di pasar sudah ada posko, selain sosialisasi masker di situ juga kami gunakan untuk vaksinasi. Tempat-tempat makan masih buka, tapi sudah tidak melayani makan di tempat," katanya. Ia mengajak semua pihak untuk turun bersama melakukan pemantauan. Menurutnya, kerumunan dan penangan protokol kesehatan di Kota Gorontalo sudah terkendali. (mth)
BNNP Sumbar Ungkap Pengiriman Narkoba Melalui Jasa Ekspedisi
Padang,, FNN - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat mengungkap kasus pengiriman narkoba jenis ganja kering dari Sumatera Utara ke Kabupaten Padang Pariaman menggunakan salah satu jasa ekspedisi. Kepala BNNP Sumbar Brigjen Pol Khasril Arifin dalam jumpa pers di Padang, Jumat, mengatakan dalam kasus ini pihaknya menangkap Febri Antoni (27) sebagai penerima paket tersebut. Paket barang haram itu masuk ke wilayah Sumbar saat melewati pemeriksaan Bea Cukai Padang dan melakukan koordinasi dengan BNNP Sumbar. "Paket ini dibungkus dalam sebuah plastik berisikan baju dan kardus kecil dengan lakban berisikan ganja seberat 74,36 gram," kata dia. Ia mengatakan pengungkapan kasus ini dilakukan pada Sabtu (24/7). BNNP Sumbar dan Bea Cukai mendapatkan informasi ada pengiriman narkoba melalui jasa ekspedisi. Petugas langsung mendatangi ekspedisi tersebut dan ditemukan paket yang dicari sehingga dilakukan pemeriksaan. "Kita menemukan batang, daun kering yang dibungkus, dan ternyata narkoba jenis ganja. Kita lakukan pengembangan kemana lokasi barang ini akan dikirim, ternyata tujuan Pasar Sago Nagari Koto Dalam, Kecamatan Pasar Sago, Kabupaten Padang Pariaman," kata dia. Ia mengatakan pihaknya langsung mengembangkan kasus ini dan berkoordinasi dengan BNNP Sumatera Utara. Menurut dia, memang banyak pengiriman narkoba dari Medan menuju sejumlah daerah menggunakan jasa ekspedisi. "Di Sumbar sudah ada sejumlah kasus serupa ditemukan dan salah satu upaya kita adalah edukasi jasa ekspedisi di daerah ini dan meminta mereka menyediakan alat detektor untuk memeriksa barang yang akan dikirim melalui ekspedisi mereka," katanya. Pelaku disangkakan Pasal 114 ayat 1jo Pasal 111 ayat 1 jo 127 ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman maksimal pidana kurungan 20 tahun dan denda Rp10 miliar. (mth)
Bukan Cuma Dahlan Iskan Yang Pusing!
by Zainal Bintang Jakarta FNN - Nama Akidi Tio mendadak menjadi trending topic. Menjadi pembicaraan hangat semua media mainstream, baik cetak, televisi, dan juga online. Apalagi media sosial (medsos). Meskipun sudah almarhum pada usia 89 tahun 2009, masih patuh menyumbang untuk kemanusiaan. Itu terlihat ketika wakil keluarganya memegang sebuah styrofoam ukuran sedang dengan tulisan huruf kapital kata-kata: “Sumbangan Untuk Penanggulangan Covid-19 dan Kesehatan di Palembang-Sumsel. Dari Bapak Akidi Tio Dan Keluarga Besar sebesar Rp. 2 Triliun”. Angkanya yang mencengangkan. Seperlima APBD 2021 Propinisi Sumatera Selatan yang jumlahnya Rp. 10.5 triliun. Apalagi dengan APBD 2021 Kota Palembang hanya hanya Rp. 4.3 triliun. Juga masih jauh lebih besar dibanding jumlah dana yang dikumpulkan oleh Media Group pimpinan Surya Paloh bersama Yayasan Sukma ketika terjadi Tsunami di Aceh akhir 2004 yang hanya berhasil mengumpulkan kurang lebih Rp. 138 miliar. Itupun sudah sempat heboh. Dalam pemberitaan KOMPAS.com, Senin (26/7/2021), tertulis begini: “Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel) mendapat bantuan dana hibah sebesar Rp 2 triliun untuk penanggulangan Covid-19 dari pihak yang mengatasnamakan keluarga almarhum Akidi Tio. Hibah itu diserahkan melalui Polda Sumsel yang prosesinya pada Senin (26/7/2021). Ini terungkap melalui akun media sosial resmi Humas Polda Sumsel. “Kapolda Sumsel Irjen Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri S, MM., menerima hibah/CSR dari keluarga alm. Akidi, Senin (26/7) bertempat di ruang Rekonfu Mapolda Sumsel,” tulis akun facebook Humas Polda Sumsel dalam unggahannya. Penyerahan Hibah/CSR disaksikan Gubernur Propinsi Sumsel H. Herman Deru, Dandrem 004 Gapo Brigjen TNI Jauhari Agus Suraji S.I.P., S.sos., Kadinkes Lesty Nurainy Apt, M.Kes. Penyerahan Hibah dalam rangka penanganan Covid-19 di Propinsi Sumatera Selatan”. Dana hibah atau CSR? Bukankah CSR itu berarti tanggung jawab sosial perusahaan? Artinya, itu kewajiban yang diperlakukan menurut UU. Mengenai perusahaan membangun desa setempat, hal ini terkait dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility (TJSL). TJSL tidak hanya mengenai kegiatan yang dilakukan perusahaan, dimana perusahaan ikut serta dalam pembangunan ekonomi masyarakat setempat. Tetapi juga terkait kewajiban perusahaan dalam melestarikan lingkungan. TJSL itu terpatri dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PP 47/2012). Mungkin yang lupa dipertanyakan para awak media di Palembang kepada Gubernur, bahwa, jika sekiranya sumbangan itu adalah dana hibah dari CSR, maka bidang usaha yang mana milik almarhum yang terkena beban CSR itu? Tentu yang bisa menjelaskan hal ini adalah pakar keuangan dan perpajakan. Saya bukan ahlinya. Siapa Akidi Tio? Menjadi jelas, setidaknya bagi saya setelah membaca artikel di kanal Youtube pribadi “disway” asuhan DI (Dahlan Iskan) mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN). Judul tulisan “Bantuan 2 T”, disiarkan Rabu, 28 Juli 2021. Saya kutipkan disini potongan tulisan perintis kerajaan media “Jawa Pos Group” itu, tentang siapa almarhum Akidi Tio. Berikut ini petikan dialog DI dengan Prof. Dr. Hardi Darmawan, wakil dan sekaligus dokter keluarga almarhum. "Resminya bantuan itu nanti untuk kapolda, gubernur, atau Pemprov Sumsel?" tanya saya”. "Ke Kapolda Sumsel Pak Eko Indra Heri," ujar Prof Hardi. “Siapa yang menentukan bahwa bantuan itu untuk Kapolda Sumsel? Apakah atas arahan Prof Hardi?" tanya saya lagi. "Bukan arahan saya. Itu langsung keinginan keluarga. Untuk diberikan ke Kapolda," jawab Prof Hardi. "Bantuan itu nanti bentuknya uang kontan, cek, atau transfer? Atau berbentuk bantuan bahan makanan?". “Bentuknya uang. Akan ditransfer besok," jawab Prof Hardi kemarin sore. Berarti hari ini”. "Apakah boleh ditransfer ke rekening Polda? Juga apakah boleh dikirim ke rekening pribadi Kapolda?" tanya saya sambil mengingatkan aturan yang ada. “Masih diatur. Mungkin disiapkan rekening khusus”. Pengusaha yang menyumbang Rp 2 triliun itu, meninggal tahun 2009 lalu. Saat itu Tio berusia 89 tahun. Berarti 101 tahun hari ini. Beliau meninggal akibat serangan jantung. Makamnya juga di Palembang”, tulis DI. Tulisan itu diposting hari Rabu, 28 Juli 2021 jam 04.40. Setelah saya baca, karena penasaran, maka jam lima pagi lewat sepuluh menit, saya kirim pesan WhatsApp kepada bung DI. “Selamat pagi bung DI. Sebagai wartawan kawakan, mengapa anda tidak meminta dari Prof. Hardi Darmawan, identitas salah seorang atau semua tujuh orang anak almarhum Akidi Tio yang misterius itu? Between, tulisan anda "2 T" cukup menggoda. Menggoda untuk mengetahui: (1). Bagaimana reaksi Pusat Pelaporan Analisa dan Transaksi Keuangan (PPATK). Karena ada peraturan pembatasan transfer untuk uang kartal, hanya diperbolehkan 100 juta saja. (2). Bagaimana reaksi Menteri Keuangan yang lagi nafsu berburu sumber pajak/Wajib Pajak baru? Trims. Salam sehat selalu”. Saya menutup pesan itu. Terkait pertanyaan saya, mengapa DI tidak minta alamat dan nomer kontak seluruh tujuh anak almarhum Akidi Tio, akhirnya DI membalas WA saya pada sore hari jam 15.38 Wib dengan menulis: “tentu saja saya minta ke beliau ha ha”. Saya balas lagi : “tentu saja saya percaya anda melakukannya”. Akhirnya, Kamis 29/07/21) DI kembali menulis di kanal “disway” judulnya: “Pusing 2T”. Saya sarankan, lebih baik lagi jika pembaca yang budiman mau membaca sendiri tulisan itu secara lengkap di internet. Namun, saya kutipkan bahagian tengah tulisan itu. DI menulis, “sayangnya tidak ada penjelasan rinci dari ahli waris Akidi Tio. Pokoknya: menyumbang kapolda Rp 2 triliun. Saya tidak tahu apakah akan ada dokumen yang menyertai transfer dana itu. Yang jelas tidak ada dokumen apa pun yang ditandatangani Selasa lalu”. Lanjutan tulisan DI, “hari itu, Selasa siang lalu, dikira hanya ada acara rutin di ruang rapat lantai 3 Polda Sumsel. Wartawan tulis tidak boleh naik ke lantai 3. Hanya fotografer yang diizinkan. Wartawan menunggu di lantai bawah, menunggu para pejabat itu turun untuk diwawancarai secara door stop”. Pada bahagian akhir DI bertutur, “saya juga ingin menghubungi Prof Hardi sekali lagi kemarin sore. Saya ingin bertanya apakah dana itu jadi ditransfer kemarin. Telepon saya itu di-reject. WA saya juga tidak dibalas, meski ada tanda sudah dibaca. Tapi saya tetap hormat. Sehari sebelumnya beliau telah banyak menjawab pertanyaan saya. Saya pun menghubungi Ibnu Holdun, wartawan Sumatera Ekspres yang telah ke rumah Heryanti. (Ini nama anak perempuan Akidi yang tinggal di Palembang, yang menghadiri upacara itu di Polda. Nama dan no Hp-nya rupanya berhasil juga diperoleh lantaran kegigihan seorang DI). Rumah itu, kata Holdun, kosong. Pagarnya ditutup dan dikunci”. “Rumah itu lebih bagus dari tetangga sekitar. Tetapi tidak mencerminkan rumah orang kaya raya. Lihatlah sendiri foto rumah itu di bagian lain tulisan ini. Saya menyadari masih begitu banyak pertanyaan di seputar sumbangan Rp 2 triliun ini. Akidi telah menampar begitu banyak konglomerat negeri ini. Dan ia tidak peduli. Ia sudah 11 tahun mati. Akidi telah lama meninggal dunia. Tapi namanya hidup kembali. Akidi telah mengalahkan orang-orang yang masih hidup menjadi seolah-olah sudah lama mati”. Beginilah humor getir ala DI. Saya sudah bersahabat baik dengan DI sejak tahun 1975. Kami sama-sama memulai karier sebagai wartawan, pencari dan penulis berita yang diburu dari lapangan, sebelum akhirnya berubah menjadi pemimpin media milik sendiri. Dalam kenyataannya, DI jauh lebih sukses. Dalam tulisannya yang berjudul “Ai Lap Yu Pul” diunggah Selasa (27 Juli 2021) yang mencoba melacak jejak Akidi Tio, Ilham Bintang (IB) pendiri “kerajaan” rumah produksi “Cek & Ricek” juga menghubungi tokoh Palembang Anwar Fuadi. Ternyata Fuadi pun sebagai tokoh yang luas pergaulan, tidak tahu sama sekali siapa itu keluarga Akidi Tio, kata IB yang juga Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat. Maka, DI dan IB gagal menggeledah tokoh masyarakat Sumatera Selatan untuk menggali lebih dalam, “siapakah gerangan sang dermawan yang baik hati dan rendah hati itu?” Dipastikan seluruh hati rakyat Indonesia sangat terharu, bangga dan bersyukur, ternyata masih ada manusia sederhana. Manusia yang sama sekali tidak dikenal atau dikenal di kalangan dunia persilatan pengusaha keturunan taipan kelas naga. Tetapi, berani untuk tampil beda. Meminjam istilah DI, “Akidi telah menampar begitu banyak konglomerat negeri ini. Dan Akidi tidak peduli. Akidi sudah 11 tahun mati lalu”. Pastinya, hari-hari ini, bukan cuma DI yang pusing. orang lain pun kebagian pusing. Ditandai berhamburan begitu banyak pernyataan di media yang saling bertabrakan. Salah satunya diberitakan di media, Kamis (29/07/2021), bahwa Kementerian Keuangan mengatakan “sumbangan almarhum pengusaha Akidi Tio sebesar Rp. 2 triliun sebagai penerimaan hibah negara”. Kamis, 29 Juli 2021, Media Indonesia menurunkan judul berita, “BI Angkat Bicara Soal Transfer Bantuan Covid-19 Rp. 2 Triliun”. Kepala Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, pihaknya tidak mengetahui perihal sumbangan untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan itu. "Kalau menyangkut perpindahan uang, mungkin saya masuk ke situ. Kalau soal sumbangannya itu sendiri, mohon maaf saya tidak tahu, tidak punya informasi tentang itu," kata Erwin saat diwawancarai Metro TV, Kamis (29/7/2021). Benarlah kata Kapolda Sumsel, "saya hanya makelar kebaikan saja. Terkait alokasi, nanti akan ada ahli-ahli yang lebih paham. Saya hanya membantu menyampaikan seperti dengan gubernur, pangdam, dan steakholder terkait lainnya," ujarnya seperti ditulis di Kompas.com. Pesan WhatsApp dari teman lama masuk ke Hp saya: Tolong bilangin kepada bung DI, bukan cuma dia yang pusing, seluruh republik sepertinya dibuat terbingung-bingung juga. Tetapi sambil berdoa semoga sumbangan itu cepat dicairkan oleh negara. Mudah-mudahan bung DI mau juga membaca tulisan ini. Penulis adalah wartawan senior dan pemerhati masalah sosial budaya.