OPINI

Neo-Sishankamrata

Neo-Sishankamrata adalah ruh perjuangan dan formulasi ampuh dalam menggalang perlawanan rakyat, untuk melakukan bela negara secara fisik dan nyata. Kalau perlu dengan senjata. Oleh: Raden Baskoro Hutagalung, Forum Diaspora Indonesia SAYA yakin kita semua sudah sepakat dan paham bahwa negara kita saat ini dalam bahaya besar menuju failed state. Negara kita hari ini hampir penuh dikuasai oligarki politik dan oligarki ekonomi. Pergeseran kekuasaan dan kedaulatan atas nama rakyat dan demokrasi Pancasila, hanya simbolis semata. Sejatinya, rezim ini hanyalah proxy boneka dari sebuah kekuatan besar oligarki yang berkolaborasi dengan kekuatan elit global baik dari barat maupun timur. Di mana orientasi dan opportunity negara di selenggarakan dengan sebesar-besarnya untuk kepentingan oligarki. Dan, sudah tepat sebenarnya, inilah yang disebut era Neo-Kolonialisasi, dengan menggunakan kombinasi cara Neo-Liberalisasi dan Neo-Komunisme dalam mendegradasi kedaulatan negara kita dari semua sisi. Kita bisa melihat dan menganalisis dampak Neo-Kolonialisasi ini dalam kehidupan Asta Gatra bangsa kita. Dari segi ideologi, bagaimana rapuhnya Pancasila dan nilai KeTuhanan Yang Maha Esa saat ini. Pergeseran navigasi dan kebijakan negara sangat jauh panggang dari api. Agama dan Pancasila yang seharusnya jadi arah kiblat bangsa, saat ini justru dibentur-benturkan. Secara ideologis, bangsa kita saat ini sudah sangat super sekuler dan liberalis. Menjauhkan hegemoni pengaruh Agama dan nilai moralitas dari kehidupan bernegara. Dan, menjadikan legitimasi sosial opini sabagai legitimasi yuridis pemerintahan. Sehingga banyak terjadi post truth dalam bentuk logical fallacy, yang mengaburkan segala bentuk kejahatan negara menjadi sebuah pembenaran absolute. Kebenaran objectif bisa dikalahkan oleh keyakinan subjectif yang ditopang kekuasaan melalui aparat hukum. Degradasi dan neo-kolonialisasi ini juga merambah dalam hal ekonomi, politik, sosial budaya, dan Hankam. Ketimpangan ekonomi dan penguasaan sumber daya nasional oleh segelintir orang adalah bentuk fakta nyata hari ini. Hutang berkedok investasi adalah kanker ganas yang secara bertahap melumpuhkan sendi-sendi penting kedaulatan negara. Karena hutang dan investasi dari negara luar dapat mendikte kebijakan dalam negeri kita. Secara sumber daya alam yang melimpah, serta populasi dan luas bentang negara kita yang luar biasa strategis secara geografis, sebenarnya tidak ada alasan negara kita bisa punya hutang sampai sebesar 7200 triliun, apalagi kalau digabung hutang swasta 6000 triliun rupiah. Jadi, wajar tingkat pengangguran terus meningkat, kemiskinan bertambah, daya beli masyarakat melemah, nilai tukar rupiah hancur-hancuran, tapi di satu sisi sumber daya alam dan perkebunan kita dieksploitasi serta dinikmati hanya oleh segelintir orang. Ironisnya lagi, dalam laporan LHKPN 2021, telah terjadi kenaikan laporan hasil kekayaan para pejabat tinggi negara ini dengan drastis. Ini sangat miris sekali. Belum lagi kalau kita berbicara penegakan hukum, serbuan budaya asing, Narkoba, LGBT, yang merusak generasi muda kita. Jangankan itu, TNI-POLRI yang seharusnya menjadi garda terdepan penjaga kedaulatan dan tumpah darah bangsa Indonesia, saat ini justru berbalik menjadi alat kekuasaan. Skandal besar Sambo Cs, serta kriminalisasi dan pembunuhan yang mereka lakukan pada para ulama dan aktifis, sungguh hampir tidak ada bedanya dengan cara VOC dan Belanda ketika menjajah nusantara. Dan ini yang seharusnya segera menyadarkan kita semua. Kalau sudah terjadi Neo-Kolonialisasi, Neo Komunisme dan Neo Liberalisme, kenapa kita juga tidak segera menggelorakan Neo-Sishankamrata kita? Yaitu Menggelorakan kembali Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta. Karena Sishankamrata kita ini telah teruji dan terbukti mengusir penjajah yang saat itu begitu kuatnya dan juga berhasil memerdekan negeri ini dari Penjajahan gaya baru Oligarki. Dengan Sishankamrata ini bangsa kita bisa buat malu tentara Sekutu pada perang 10 November 1945 di Surabaya. Dengan Sishankamrata para pejuang kita dapat mengalahkan sekutu pada perang Palagan Ambarawa. Dengan Sishankamrata kita dapat membuat kejutan serangan umum 1 Maret dan operasi Trikora yang membuat malu Belanda hingga akhirnya kecut dan berunding dengan para pejuang kita. Sishankamrata ini telah teruji dapat memobilisasi semua sumber daya nasional yang dimiliki bangsa kita untuk melawan raksasa penjajah. Kultur budaya bangsa kita, yang militan dan berdarah pejuang mesti digelorakan kembali. Seluruh lapisan masyarakat harus disadarkan kembali, bahwa negara kita saat ini sudah berada di bibir jurang kehancuran. Semua jalan perbaikan melalui jalur linear konstitusional sudah dikunci dan di rekayasa melalui peraturan dan perundangan yang mereka buat sendiri. Hukum justru jadi alat kekuasan. Penegak hukum juga justru jadi centeng kekuasaan. Agama dan Pancasila yang seharusnya menjadi patokan nilai moralitas kebangsaan, sudah diframing buruk dengan stigma radikalisme dan intoleran. Lalu apa lagi ? Neo-Sishankamrata adalah cara ampuh untuk melawan Neo-Kolonialisasi, Neo-Liberalisasi dan Neo-Komunisme akut yang sedang menyerang bangsa kita dari luar dan dalam. Neo-Sishankamrata adalah ruh perjuangan dan formulasi ampuh dalam menggalang perlawanan rakyat, untuk melakukan bela negara secara fisik dan nyata. Kalau perlu dengan senjata. Neo-Sishankamrata ini harus melibatkan semua aspek dan unsur rakyat. Baik itu dari TNI, Polri, Ulama, Aktifis, Buruh, Mahasiswa, Petani, Pedagang, Guru, Nelayan, hingga pelajar. Semua harus bahu-membahu bersama bagaimana untuk menghentikan rezim ini berbuat zalim dan seenaknya. Dan musuhnya sudah jelas yaitu para oligarki, elit global, yang menggunakan tangan-tangan proxy bonekanya yang sengaja diberi fasilitas dukungan untuk dapat merebut tampuk kekuasaan. Mereka itulah para pengkhianat bangsa yang menjual harga dirinya kepada penjajah oligarki. Neo-Sishankamrata adalah solusi dari kondisi kita saat ini. Bangkit atau Punah… Merdeka! Australia, 16 September 2022. (*)

Menyingkap Sikap AS dan Cina Ihwal G30S 1965 Lewat Bahasa

Artinya, istilah pengikut Sukarno yang digunakan oleh Cina sejatinya hanya bentuk pelecehan bahwa meskipun nasionalis dan anti imperialisme, secara ideologis tetap dipandang musuh dalam jangka panjang. Oleh: Hendrajit, Pengkaji Geopolitik dan Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) KALAU saya baca-baca lagi beberapa dokumen, baik dari pemerintah Amerika maupun Cina terkait jelang September 1965, ada beberapa frase menarik yang mengisyaratkan sikap dasar mereka dalam memandang Indonesia pada 1965. Kalau merujuk pada beberapa dokumen dari pihak AS dan Inggris, keduanya selalu menekankan polarisasi antara komunis versus \"orang-orang kita\" yang mereka istilahkan dengan sebutan \"Our Local Army Friend\". Tanpa memilah terdiri apa-apa saja ragam ideologinya. Pokoknya anti komunis berarti sekutu AS dan Inggris. Titik. Adapun pemerintah Cina, maupun Partai Komunis Cina, rada unik memang. Selalu mengedepankan istilah Angkatan Darat (Sebagai Representasi Sayap Kanan dan Pengikut Sukarno) yang tentunya mereka maksud orang-orang berhaluan nasionalis atau sosialis namun berjiwa nasionalis, tetapi non komunis atau malah anti komunis. Klasfikasi pemerintah Cina/PKC ini nampak jelas ketika mereka membuat laporan intelijen misalnya dengan mengatakan: “Di dalam tubuh PKI, ada penyusupan dari unsur-unsur angkatan darat dan pengikut Sukarno. Atau sebaliknya: Di dalam tubuh angkatan darat ada penyusupan dari kader-kader PKI dan pengikut Sukarno”. Meski ini kesannya sepele dan nggak penting, ini menggambarkan penyikapan dan kebijakan strategis baik Blok Barat maupun Cina dalam situasi genting jelang September 1965 maupun pasca 1965. Dalam hal AS/Inggris, polarisasi antara komunis versus anti komunis sebagai dasar kebijakan luar negerinya, maka jelas menyingkirkan kekuatan komunis merupakan sasaran antara untuk menggalang kekuatan anti komunis untuk menggulingkan dan melumpuhkan fron nasiona yang bersimpulkan Sukarno dengan dalih membasmi komunis. Sedangkan frase dari pemerintah Cina/PKC, dengan membedakan antara frase \"Pengikut Sukarno\" dan Komunis, maka hal itu tersirat memandang kelompok-kelompok nasonalis non komunis baik di kalangan militer maupun sipil, hanya sekadar sekutu taktis. Artinya, istilah pengikut Sukarno yang digunakan oleh Cina sejatinya hanya bentuk pelecehan bahwa meskipun nasionalis dan anti imperialisme, secara ideologis tetap dipandang musuh dalam jangka panjang. Dalam beberapa surat Menlu Cina kala itu, Marsekal Chen Yi, kepada pejabat tinggi PKC dan pemerintahan Cina, maupun dengan para pemimpin komunis negara lain, sempat menggambarkan Bung Karno sebagai mediator sayap kanan dan sayap kiri. Ini secara jelas menggambarkan bahwa Cina sejak dari awal memang lebih cenderung mencoba memperalat Sukarno daripada benar-benar memandang presiden pertama RI tersebut sebagai sekutu ideologis terpercaya. Sehingga dalam salah satu surat Chen Yi pasca September 1965 yang bermuara pada kegagalan Gerakan 30 September 1965, sempat berucap: “Mungkin lebih baik Sukarno digulingkan saja. Selama ini dia mediator sayap kanan dan sayap kiri. Tapi sekarang situasi sudah berubah”. Demikian yang berhasil saya olah berdasarkan studi yang dilakukan oleh Taomo Zhou, seorang mahasiswa program doktor dari Universitas Cornell, dalam sebuah monograf berjudul “Tiongkok dan G30S”, yang terangkum dalam buku suntingan Kurasawa Aiko dan Matsumura Toshio, bertajuk “G30S dan Asia, Dalam Bayang-Bayang Perang Dingin”. (*)

Keren Ning Imaz

Oleh Ady Amar | Kolumnis  TIDAK banyak sebelunya yang kenal Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra, biasa dipanggil Ning Imaz. Ning itu sebutan yang biasa dikenal di kalangan pesantren khas Nahdliyin. Ning itu istri kiai muda, atau gus. Maka, ning punya kedudukan istimewa. Khususon Ning Imaz, yang tidak sekadar istri dari kiai muda, tapi juga seorang hafidzah. Ia juga ustadzah lebih pada ilmu tafsir. Tidak banyak yang tahu tentang Ning Imaz, kecuali kalangan Nahdliyin, terkhusus di kalangan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Karenanya, ia sampai perlu digebuk Eko Kuntadhi, buzzer yang kerap mencela sampai tingkat fitnah segala pada beberapa ulama ternama. Ustadz Abdul Shomad dan Ustadz Adi Hidayat pun pernah dicelanya. UAS dan UAH tentu lebih populer dibanding Ning Imaz. Jadi Eko persis tahu tentang keduanya. Dan siap saat \"mengganyangnya\". UAS difitnahnya saat akan tampil dakwah di Madura. Katanya, warga Madura akan menolak UAS datang ke Madura, seperti Singapura menolaknya. Ternyata tidak demikian, safari dakwah UAS disambut antusias warga Madura. Sedang UAH difitnah korupsi dana Palestina. Katanya, yang direrima Rp 30 miliar, tapi yang disalurkan ke Palestina Rp 14,3 miliar. Memang UAH menyalurkan lewat MUI senilai itu. Tapi lewat saluran lain, tentu Eko tidak tahu. Eko asal mangap menghina UAH. Umat ribut, dan Eko yang memang sementara ini kebal hukum tenang-tenang saja. Tapi Ning Imaz pastilah tidak dikenal Eko dan gerombolannya, yang ikut me-mention hinaan Eko itu. Tidak mungkin Eko berani kalau tahu Ning Imaz itu berlatar belakang nahdliyyin, yang memang punya hubungan \"silaturahim\" yang baik, kalau tidak mau disebut hubungan intim. Maka, murkalah para petinggi NU, baik struktural maupun yang berlatarbelakang pesantren. Semua menyayangkan ocehan Eko itu, yang menghina seorang ustadzah berlatar belakang nahdliyyin.  Tidak terkecuali sang suami, Rifqil Muslim Suyuthi, akrab dipanggil Gus Rifqil, yang juga selaku pengajar di Ponpes Lirboyo, yang marah. Pengurus PW Ansor DKI Jakarta, dan pengurus PB NU pun juga menyayangkan sikap Eko itu. Mereka minta Eko meminta maaf. Ya, minta maaf saja, itu sudah cukup. \"Saya sudah meminta maaf via WA pada suaminya.\" Tambahnya, saya tidak cermat, hanya bercanda,\" kata Eko. Eko Kunthadi jadi manusia yang bisa berbuat apa saja. Seperti tidak ada yang bisa memenjarakan atas ujaran kebencian dan fitnah yang ditebarnya. Eko seperti manusia terlindungi, tidak tersentuh hukum. Maka tingkahnya jadi banyak polah. Kasus Ning Imaz ini bukan sekadar Ning Imaz, tapi lebih dari itu. Penghinaan atas Surat Ali Imran ayat 14. Bisa dinilai narasinya lebih kurang ajar dari kasus Ahok yang lalu. Ning Imaz dilecehkan, dan kawan-kawan nahdliyyin menunjukkan kemarahan, meski tampak kemarahan setengah hati. Kemarahan minimalis. Dicukupkan hanya permintaan maaf saja, itu sudah cukup. Sedang materi penghinaan Surat Ali Imran ayat 41 tidak disentuh dalam kemarahan. Seolah membela dicukupkan hanya untuk Ning Imaz, sedang ayat Tuhan tidak lalu jadi perlu dibela. Tapi tidak pada Ning Imaz yang memang keren. Saat nahdliyyin lainnya ribut agar Eko meminta maaf padanya. Ning Imaz malah punya pandangan sendiri tentang permintaan maaf itu. Karenanya, permintaan maaf jika itu ingin diberikan, katanya, itu lebih pantas ditujukan pada umat Islam yang disakit hati dengan agamanya dihina. \"Minta maafnya jangan ke saya. Ke Imam Ibnu Katsir. Ke umat se-Indonesia yang sakit hati agamanya dihina-hina,\" ucapnya melalui akun Twitternya. Eko Kuntadhi memang super kurang ajar. Dan jika suatu saat umat Islam menyerangnya, itu bukan sekadar emosi kemarahan. Tapi lebih pada pembelaan atas ayat Tuhan yang dihina-lecehkan. Saat Ning Imaz menyampaikan tausiahnya berkenaan dengan Surat Ali Imran ayat 41, merujuk pada Tafsir Ibnu Katsir. Katanya, kelak di surga kehidupan laki-laki dan perempuan muslim itu berbeda. Katanya, orientasi kenikmatan laki-laki di surga kelak adalah perempuan. Sedang perempuan orientasinya adalah perhiasan. \"Makanya nanti hadiahnya bagi laki-laki di surga adalah bidadari. Tapi tidak pada perempuan. Perempuan kenikmatan di surga nanti bukan laki-laki. Makanya di surga nanti tidak ada bidadara, tidak ada. Perhiasan, perempuan itu menyukai perhiasan,\" ujar Ning Imaz, yang lalu dilabeli \"tolol\" oleh Eko. Dalam statusnya, Eko Kuntadhi mengunggah video berjudul, \'Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan\' merujuk video tausiah Ning Imaz. Ayat Tuhan dilecehkan dengan disebut cuma sekadar selangkangan. Astaghfirullah. Ning Imaz--seperti juga pendapat \"Ning Imaz\"--tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dibela. Ning Imaz tampaknya tidak menghendaki untuk dibela. Tapi jika kata maaf yang dimintakan, itu sebaiknya tidak untuk dirinya. Tapi untuk Imam Ibnu Katsir dan umat (Islam) se-Indonesia yang merasa agamanya dihinakan. Ning Imaz memang keren, tanpa sadar ia mengoreksi atau bahkan mempermalukan pendukungnya sendiri yang seperti cari panggung \"menyerang\" Eko Kuntadhi ala kadarnya. Belum sampai maqam membela agama yang dinistakan. Setidaknya itu yang tampak. Konon, besok Eko Kuntadhi akan sowan menemui Gus Rifqil dan Ning Imaz di Ponpes Lirboyo untuk meminta maaf langsung padanya. Kalau tidak datang, maka PW NU Jawa Timur akan melaporkan Eko ke kepolisian. Hanya cukup minta maaf pada Ning Imaz dan keluarga, atau Ning Imaz akan tetap tampil keren. Meminta pada Eko agar permintaan maafnya itu setidaknya pada umat Islam se-Indonesia, tidak penting untuk dirinya. Maka, kisah pelecehan agama oleh Eko Kuntadhi ini entah akan berakhir seperti apa. Meski banyak yang menduga akan berakhir saling bermaafan sambil berpelukan layaknya kawan yang lama tak bertemu. Selesai. (*)

Revolusi Bjorka = Revolusi Rakyat?

  Mengapa yang disasar itu Indonesia? Bisa jadi, karena Bjorka sangat peduli dengan keadaan Indonesia yang sedang carut-marut karena salah kelola dari para pejabat korup. Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Forum News Network (FNN) BANYAK pertanyaan muncul sejak Bjorka berhasil meretas dan menyebarkan data pribadi pejabat pemerintah Indonesia. Siapakah dia? Atau siapa orang di balik “boneka” Bjorka? Benarkah dia tinggal di Polandia? Kebocoran data pribadi ini kembali mencuat setelah Bjorka membocorkan data figur-figur di pemerintahan sejak awal September 2022. Lewat akun Twitter @bjorkanism, Bjorka mempublikasikan data pribadi, mulai Menteri Komunikasi dan Informatika Jhonny G Plate dan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Termasuk juga Menteri BUMN Erick Thohir. Dalam bocoran data itu muncul informasi pula bahwa Luhut maupun Erick ini belum melakukan vaksin Booster (ketiga). Padahal, mereka mewajibkan pelaku perjalanan harus sudah melakukan vaksin Booster. Ironis bukan? Rakyat Indonesia dikejar-kejar supaya divaksin Booster. Sehingga, dibuatlah peraturan “Wajib Booster” untuk pelaku perjalanan jarak jauh dengan kereta api maupun pesawat. Kalau belum, wajib tes PCR. Rakyat sendiri tidak berani melakukan protes, apalagi perlawanan atas semua kebijakan pemerintah melalui Menteri Luhut ini. Rakyat menurut saja maunya pemerintah. Termasuk pemberlakukan PPKM level 1 seluruh Indonesia. Kemunculan Bjorka di jagat dunia maya Indonesia yang kemudian diberitakan berbagai media mainstream Indonesia seolah telah mewakili “perlawanan” atas kebijakan pemerintah Presiden Joko Widodo yang selalu sewenang-wenang itu. Bjorka pun mengajak rakyat Indonesia malakukan Revolusi. Sebelumnya, Bjorka mengklaim telah memegang 679.180 dokumen berukuran 40 MB dalam kondisi terkompresi dan 189 MB sebelum dikompresi. Beberapa contoh dokumen yang dibocorkan juga ikut dipublikasikan oleh Bjorka dalam situs breached.to. Pada 6 September 2022, Bjorka juga diduga membocorkan dan menjual 105 juta data kependudukan. Bjorka mengklaim data itu meliputi NIK, kartu keluarga atau KK, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, dan usia. Dr. Syahganda Nainggolan dari Sabang Merauke Circle, menulis bahwa pesan-pesan Bjorka menjadi hidup di dunia nyata setelah berbagai media mainstream memberitakan kemunculan Bjorka ini. Di dunia maya, kehadiran Bjorka sudah dibahas berhari-hari dengan total puluhan juta viewers, baik di Tiktok, YouTube, Tweeter, dlsb. Jadi sangat penting bagi kita untuk mengulas kehadiran Bjorka ini. Bjorka, mengklaim memiliki data-data antara lain, data Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo; memiliki data 1,3 miliar pelanggan seluler, memiliki data pembunuh Munir, data pemilih KPU, data Menkominfo, memiliki data Erick Tohir dan Puan Maharani. Bjorka yang anti kenaikan BBM, di tweeter, “Apa kabar Bu Puan Maharani? Bagaimana rasanya merayakan ulang tahun ketika banyak orang memprotes harga BBM tepat di depan kantor anda?” Dia mengancam akan membongkar dan terus membongkar data-data ini. Saat Menteri Kominfo menyepelekan Bjorka, diberitakan Bjorka membocorkan data pribadi sang menteri di sebuah situs terkait Bjorka. Alasan dari pombocoran informasi adalah dia melihat keadaan Indonesia sudah terlalu parah. Semua orang-orang yang bersuara memberikan kritik disingkirkan. Tuntutan Bjorka adalah satu, sekarang saatnya Revolusi. Dan, Bjorka yakin dengan kemampuannya menghancurkan rezim yang zalim. Syahganda menilai ini masuk akal dalam era sekarang, di mana di tangan satu gadget, semua sistem data pembangkit listrik, data trafik lalu lintas, data perbankan dll, bisa digenggam dan dikacau-balaukan. Jika benar Bjorka adalah kekuatan baru dalam dunia “Big Data dan Internet of Things”, yang mampu melakukan Revolusi melalui dunia maya, maka kita tentu akan sungguh-sungguh masuk pada era baru. Hacker Bjorka melalui akun twitternya @bjorkanism buka suara dan memberikan alasan kenapa dirinya melakukan peretasan ke pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah, Bjorka menganggap bahwa negara ini sudah terlalu lama dijalankan secara sewenang-wenang dan tanpa perlawanan. Bjorka menyebut bahwa banyak hal yang salah dilakukan oleh pemerintah, contohnya seperti kritik yang dilakukan pada pemerintah, namun ditutup secara permanen. “Those who criticize are permanently removed in the wrong way. various ways have been done, including the correct way. Did it work? So i chose to be a martyr to make a change by slapping their face.” “(Berbagai cara telah dilakukan, termasuk dengan cara yang benar. Apakah itu berhasil? Jadi, saya lebih memilih menjadi martir untuk membuat perubahan dengan menampar wajah mereka),” tuturnya dalam akun twitter @bjorka, Ahad (11/9/2022). Dengan twit satirenya itu, Bjorka juga mengajak masyarakat turut memakai \'Topeng Bjorka\' untuk ikut dalam revolusinya. “Let\'s join the protest using bjorka\'s mask wherever you are. it\'s time for a revolution,” kutip @bjorkanisme, Ahad (11/9/2022). Memang, belum bisa dipastikan apakah akun twitter @bjorkanism merupakan akun twitter milik orang yang telah melakukan peretasan data kebocoran ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Bjorka merupakan sosok yang saat ini menghebohkan dunia internet dan membuat pemerintah Indonesia ketar ketir. Bahkan, selain peretasan data Kemenkominfo, Bjorka mengklaim telah mengakses dokumen rahasia milik Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikirimkan ke Presiden Jokowi. Nama \'Bjorka\' muncul terkait peretasan data dari Indonesia sejak Agustus lalu. Kemunculannya, termasuk pernyataan-pernyataannya, diketahui lewat situs forum breached.to. Selebihnya, sosoknya tentu saja masih misterius. Bjorka mengatakan, dirinya telah menjual sebanyak 105 juta data milik WNI yang berasal dari KPU. Ia juga mengklaim telah mempunyai 1,3 miliar data registrasi SIM card prabayar Indonesia, yang terdiri atas NIK, nomor telepon, operator seluler, hingga tanggal registrasi. Bjorka membocorkan data Menkominfo Johnny G Plate, dirinya mengancam membobol data MyPertamina hingga mengklaim telah membocorkan dokumen rahasia Presiden Jokowi. “The next leak will come from the president of Indonesia (kebocoran selanjutnya akan datang dari Presiden Indonesia),” dikutip dari akun Twitter Dark Tracer, Sabtu (10/9/2022). Bagaimana reaksi netizen atas kehadiran Bjorka? Di sinilah menariknya. Ada yang mengelu-elukannya, tapi tak sedikit pula menganggap tindakan hacker ini tidak tepat dan malah akan merugikan masyarakat sendiri.Pada trending topic Twitter Indonesia Sabtu (10/9/2022) pagi misalnya, Bjorka bertengger di urutan teratas. Tercatat sudah ada lebih dari 17 ribu tweet yang membahas isu ini. Banyaknya tweet yang membahas info yang disebar Bjorka ini membuktikan, masyarakat sangat haus akan informasi yang jujur dan tidak penah bohong. Makanya, ketika Bjorka hadir, langsung mendapat respon positif netizen.  “Fakta bahwa netizen Indonesia bahkan tidak marah sama Bjorka dan malah ikut tertawa memperlihatkan betapa kita sudah lelah dengan ketidak-mampuan pemerintah,” komentar seorang netizen.“Mudah-mudahan Bjorka atau hacker (yang) lain bakal bocorin data dana pemerintah, supaya mereka bertindak cepat. Privasi rakyat gak berharga buat mereka,” kata yang lain.Ketidakjujuran pemerintah selama ini, justru membuat Bjorkan akhirnya bisa “melawan” dengan leluasa. Informasi inilah yang sepertinya ditunggu-tunggu oleh netizen yang haus akan kebenaran, tapi tak sanggup melawan. Siapa sebenarnya Bjorka? Yang jelas, dua pemuda nyaris jadi korban karena dituding sebagai Bjorka. Akun instagram @voltcyber_v2 menuding Bjorka ini berasal dari Cirebon dengan nama Muhammad Said Fikriyansah. Said yang akrab disapa Arif itu, dikutip Kompas.com, Kamis (15/09/2022, 07:15 WIB), tinggal beralamat di Gang Kebantengan, Desa Klayan, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Namun Arif membantah dirinya bukanlah seorang Bjorka yang selama ini dituduhkan. “Intinya, buat kalian semua yang mengira saya Bjorka, saya bukan Bjorka. Saya tegaskan saya bukan Bjorka,” tegas Arif. Pemuda 17 tahun ini mengaku masih syok atas kejadian yang menimpanya. Ia tak pernah menyangka akan mendapatkan tuduhan seberat ini, yakni sebagai seorang pembobol data rahasia negara. Arif menceritakan, informasi yang mengguncangnya itu datang pada dirinya sejak Selasa pagi (13/9/2022). Dia tidak sadar, tiba-tiba dalam waktu singkat, banyak orang menghubungi di akun instagram @muhammadsaidfikriyansah. Mereka menghubungi untuk menanyakan kebenaran perihal hacker. Paling banyak di antara mereka menuduh dirinya sangat membahayakan. Bahkan kolom komentar akun Arif banjir kata-kata kasar berupa cacian, makian, dan berbagai macam tuduhan. “Di hari itu (Selasa), akun saya sempat di-hack. Tiba-tiba aplikasi keluar, dan berubah namanya menjadi anonim. Saya tidak bisa masuk dan mengakses. Kejadian itu sekitar pukul 14.00 WIB sampai sekitar pukul 17.00 WIB,” ujar Arif. Arif masih beruntung, tidak sampai “ditangkap” oleh polisi. Seorang pemuda di Kabupaten Madiun diamankan Tim Cyber Mabes Polri. Pemuda berinisial MAH (21), diduga sebagai hacker Bjorka yang telah meretas sejumlah data. Dari informasi yang dihimpun detikJatim, MAH yang merupakan warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, diamankan sekitar pukul 18.30 WIB, Rabu (14/9/2022). MAH kemudian dibawa Tim Cyber ke Mapolsek Dagangan untuk menjalani pemeriksaan. MAH menjalani pemeriksaan hingga sekitar pukul 01.30 WIB dan mendapat pengamanan dari Polres Madiun. Semudah itukah Tim Cyber Mabes Polri menemukan seorang di balik Bjorka? Karena menurut klaim Bjorka, dirinya tidak akan pernah bisa ditemukan di mana lokasinya. Ini menunjukkan, betapa tingginya tingkat teknologi IT yang dipakai Bjorka sehingga sulit menemukan jejaknya. Untuk menjadi Bjorka itu setidaknya tahu, alat-alat atau perangkat IT yang dimiliki pemerintah Indonesia serta kelemahannya. Itu yang pertama. Kedua, dia memiliki alat-alat atau perangkat IT untuk melumpuhkan alat-alat atau perangkat yang dimiliki pemerintah Indonesia. Ketiga, orang yang berada di balik Bjorka itu biasa digunakan jasanya oleh lembaga sandi internasional. Dan, keempat, dia ini punya jaringan intelijen dunia. Sehingga jangan heran kalau Bjorka bisa beroperasi di mana saja di dunia ini. Dari Polandia, Amerika Serikat, Rusia, Ukraina, China, Taiwan, atau mungkin di Indonesia? Tapi, yang jelas, Bjorka mengaku berada di Warsawa, Polandia. Mengapa yang disasar itu Indonesia? Bisa jadi, karena Bjorka sangat peduli dengan keadaan Indonesia yang sedang carut-marut karena salah kelola dari para pejabat korup. Makanya, Bjorka mengajak rakyat untuk melakukan Revolusi Rakyat! Apakah Bjorka orang Indonesia atau asing? Bisa jadi orang Indonesia, atau bisa juga orang asing yang sangat peduli bangsa Indonesia. (*)

Masalah Nilai Tukar dan Ambruknya Keuangan BUMN Energi

Oleh: Salamuddin Daeng, Pengamat ekonomi politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) COBA dipikirkan sebentar, perusahaan BUMN energi kita, sebagian besar biayanya dalam Dollar Amerika, sementara semua pendapatannya dalam rupiah. Apa gak tekor? Akhirnya yang terjadi biayanya terus melonjak naik sementara pendapatannya cenderung menurun. Bukan hanya menurun secara nominal dalam rupiah, tapi jeblok jika diukur dalam dolar. Loh kok diukur dalam dolar? Tentu saja, karena kalau belanja lagi tentu dengan dolar. PLN misalnya beli batubara dengan dolar, semua dipatok dalam dolar. Bahkan peraturan tentang harga batubara DMO dalam dolar. Bukankah mata uang rupiah adalah alat pembayaran satu-satunya yang sah di Indonesia? Lah kok bisa perusahaan energi belanja di dalam negeri beli bahan bakar batubara pake dolar dan ditetapkan melalui peraturan resmi? Ini pelanggaran UU mata uang. Makar batubara pada negara. Pemerintah sejak dulu mematok harga batubara DMO, dari jaman SBY harga DMO berkisar 50-70 dolar per ton batubara. Dulu PLN  bayarnya seton Rp 400 ribu-560 ribu per ton batubara karena harga 1  dolar Rp 8000. Sekarang ini bayarnya Rp 900 ribu sampai Rp 1 juta seton. Biaya PLN naik dua kali lipat. Itu baru beli bahan bakar primer yang merupakan bagian paling besar dalam belanja PLN. Belum belanja lain-lain, belanja peralatan listrik, belanja tenaga ekspatriat, tim ahli keuangan, semua dibayar dengan dolar. Jadi biaya tambah mahal ya? Berbanding terbalik dengan pendapatan. Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar membuat pendapatan langsung terjun bebas. Pertama pendapatannya dalam rupiah yakni hasil jual listrik yang dibayar dengan rupiah. Semua pendapatan PLN dalam rupiah. Kalau diukur dengan dolar pendapatan PLN yang tadinya cuma terjun ke dalam got, sekarang terjun ke dalam jurang. Nah lebih parah lagi ketika bayar utang dalam mata uang asing yang dalam jumlahnya sudah besar, makin melambung. Ketika memeriksa kantong yang isinya rupiah untuk membayar kewajiban dalam dolar, isi kantong langsung kering. Nasib PLN beda tipis dengan Pertamina, beli dengan dolar, jual dengan rupiah, beli minyak mentah dan BBM dengan dolar, dapatnya rupiah. Belinya dengan harganya naik dua kali lipat, dapatnya turun dua kali lipat. Apes memang bisnis seperti ini. Beda tipisnya di mana dengan PLN? Pertamina masih bisa ekspor minyak mentah dan gas dengan pendapatan dolar, atau bisnis penyewaan kapal Pertamina untuk pengiriman ke luar negeri dibayar dolar. Pertamina juga masih jual minyak dari hulu ke kilang dibayar dolar. Tapi ini jualan di dalam rumah sendiri. Tak ada gunanya dihitung. Jeruk makan jeruk. Ketika pengumanan pendapatannya, kadang malu juga kita mendengarnya. Katanya untung besar, naik melonjak katanya. Tapi begitu merogoh kantong buat belanja lagi dan bayar utang, semua langsung kering dan terpaksa ditutup utang lagi. Ini yang naggung dosa siapa ya BUMN energi kita ini? Apa menjadi tumbal BI yang doyan mainin dolar? (*)

Pendidikan Pemanusiaan

Pendidikan bermakna sebagai persemaian manusia baik harus mengajarkan budi pekerti. Budi mengandung  arti “pikiran, perasaan dan kemauan” (aspek batin); pekerti artinya “tenaga” atau ”daya” (aspek lahir). Oleh: Yudi Latif, Cendekiawan Muslim SAUDARAKU, detak jantung kehidupan bangsa bisa memompakan dua alunan emosi publik: cinta dan takut. Emosi cinta mengalirkan agama kasih sayang, perikemanusiaan, persatuan, kesetaraan, keadilan dan perdamaian. Emosi takut mengalirkan agama kebencian, permusuhan, pembelahan, dominasi, kesenjangan dan kekacauan. Manakala daya cinta pudar dari jiwa suatu bangsa, takut akan merajalela menghantui segala sendi kehidupan. Cita-cita kemuliaan dan kebahagiaan hidup bersama terjerembab jatuh ke lembah kebiadaban susah nestapa. Bagaimana hidup mulia bila beragama tak bisa susila. Berilmu tak bisa bijak. Berkuasa tak bisa rumeksa. Berharta tak bisa derma. Bagaimana hidup sentosa bila agamawan tak jadi teladan. Penguasa tak jadi penjaga. Sarjana tak jadi sujana, hartawan tak jadi peraharja. Bagaimana hidup damai bila iman tak bawa akhlak, ilmu tak bawa haluan, politik tak bawa tertib, ekonomi tak bawa sejahtera. Bagaimana hidup sungguh hidup, bila iman, ilmu, kuasa, dan harta tak bisa menghidupi hidup? Demi menumbuhkan nilai-nilai cinta itu, suatu negara memerlukan proses pembudayaan pendidikan bermakna. Suatu pendidikan dikatakatan bermakna kalau bisa menjadi ajang persemaian subur bagi pertumbuhan kehidupan baik. Sesuatu dikatakan baik kalau sesuai dengan tujuannya. Jam yang baik menunjukkan ketepatan waktu. Anjing yang baik menjaga tuannya. Manusia yang baik adalah manusia yang mampu mengembangkan kodrat keluhuran kemanusiaannya. Pendidikan bermakna sebagai persemaian manusia baik harus mengajarkan budi pekerti. Budi mengandung  arti “pikiran, perasaan dan kemauan” (aspek batin); pekerti artinya “tenaga” atau ”daya” (aspek lahir). Alhasil, pendidikan budi-pekerti mengupayakan bersatunya pikiran, perasaan dan kemauan  manusia yang mendorong kekuatan tenaga yang dapat malahirkan penciptaan dan perbuatan yang baik, benar dan indah. Singkat kata, pendidikan bermakna adalah pendidikan berkebudayaan yang bisa mengembangkan kemanusiaan seutuhnya. Suhu pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, secara tepat menyatakan, bahwa pendidikan adalah proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan belajar dari kehidupan sepanjang hidup. (*)

Rezim Jokowi Panik

Oleh Syafril Sjofyan | Pengamat Kebijakan Publik, Sekjen FKP2B, Aktivis Pergerakan 77/78 Rezim Jokowi diserang dan dipermalukan oleh seorang Hacker bernama Bjorka. Bjorka merupakan sosok yang menghebohkan warga internet (Netizen). Membuat pemerintah Indonesia kalang kabut. Rezim Jokowi Panik. Konon rapat kabinet lengkap sengaja diadakan untuk membahas “ulah” Bjorka.  Kementerian Kominfo menyatakan aparat sedang memburu Bjorka dengan ancaman UU ITE. Bjorka balik “meledek” dengan membocorkan data pribadi beberapa Menteri termasuk Jhoni Plate Menteri Kominfo. Bjorka adalah hacker yang mampu menerobos sistem keamanan komputer atau jaringan komputer. Meretas situs terutama situs Pemerintah diantaranya Kementrian Kominfo, Depdagri, KPU, BIN bahkan Istana, termasuk situs BUMN besar seperti Telkom dan Pertamina. Dia buktikan dengan menampilkan sample data yang dia retas dan jutaan data tersebut ditawarkan kepada yang berminat. Bjorka bukan becanda. Memberikan harga. Bisa saja membuktikan kemampuan dia yang luar biasa. Bjorka jadi trending topik. Netijen bersorak senang. BuzzerRP dan Influencer RP bengong. Para pendukung bayaran rezim tergagap-gagap tak berdaya. Jauh kemampuan mereka untuk sekadar menandingi. Kepanikan rezim Jokowi tergambarkan dari saling tuding antar-kelembagaan Negara. Kementerian Kominfo menyatakan bahwa keamanan terhadap serangan siber atas ruang digital bukan tupoksi mereka, menjadi domain teknis Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). BSSN lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Langsung pula menjawab. “Itu menjadi tanggung jawab bersama.” Bjorka juga mengklaim telah mengakses dokumen rahasia milik Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikirimkan ke Presiden Jokowi. Walaupun sudah dibantah oleh jubir BIN. Tapi siapa tahu. Kemampuan yang telah dibuktikan oleh sosok misterius itu. Bisa saja mencicil menunggu momen.  Inilah yang membuat panik rezim Jokowi.  Kepanikan juga bisa membuat pejabat menjadi dungu. Pihak Kominfo meminta agar masyarakat menjaga data pribadi masing-masing. Lho? Bagaimana reaksi Bjorka, yang entah dimana keberadaannya “…..so i chose to be a martyr to make a change by slapping their face“ saya memilih menjadi martir untuk membuat perubahan dengan menampar wajah mereka\" tuturnya via akun twitter@bjorka. Nah pandangan masyarakat? Kebanyakan malah mendukung. Tentunya bagi kalangan besar masyarakat yang sudah bosan dengan kebohongan para pemimpin. Terlebih melalui sosmednya  @Bjorka “mengajak” Revolusi. Rupanya tidak selamanya hacker identik dengan penjahat dunia maya. Ada kalanya jadi pahlawan. Dengan adanya fenomena @Bjorka. Semoga terjadi Perubahan di Indonesia.  Bandung, 14 September 2022.

Jangan Sampai Bjorka Menutupi Mafia Sambo

Oleh Asyari Usman | Jurnalis Senior FNN  Dalam seminggu ini publik dihebohkan oleh Bjorka. Dia melakukan pembobolan data base tingkat tinggi Indonesia. Data tentang korespodensi dan data pribadi Presiden Jokowi, data pribadi Luhut Panjaitan, Erick Thohir, Menkominfo Johnny G Plate, Puan Maharani, dll, dibongkar oleh Bjorka. Bjorka juga meretas data KPU. Dia mengklaim punya 100 juta data KPU. Bahkan 1.3 miliar data SIMCard. Pokoknya, Bjorka membuat kehebohan besar. Dia juga membongkar siapa yang membunuh pegiat HAM, Munir Said Thalib.  Dia akan membongkar lagi data siapa pun yang dia anggap perlu dibeberkan. Bjorka mengatakan bahwa penguasa Indonesia tak akan bisa menemukan dirinya. Tak pelak lagi, ‘hacker’ yang mengaku bermukim di Polandia ini menyita perhatian media massa dan publik. Harus diakui, peretasan oleh Bjorka memang menyenangkan. Sebab, yang dia bongkar sejauh ini adalah data orang-orang penting yang berkuasa sewenang-wenang. Bjorka seolah menjadi bagian dari gerakan oposisi. Tapi, benarkah Bjorka bertindak untuk menolong rakyat sebagaimana dia katakan sendiri? Tidak sederhana persoalannya. Ada sebagian orang yang meragukan independensi Bjorka. Bahkan, ada yang meyakini dia berada di lingkaran kekuasaan. Yang jelas, bongkar data yang dilakukan Bjorka berhasil mengalihkan perhatian publik dari aspek kejahatan mafia yang diduga dilakukan oleh Ferdy Sambo. Kita yang semula berharap Kapolri akan menghancurkan kelompok mafia Sambo yang melindungi perjudian dan peredaran narkoba, sekarang menjadi gagal fokus disebabkan kehebatan Bjorka. Tindakan yang dilakukan oleh peretas ini memang gurih sekali. Enak dibaca dan menaikkan semangat juang untuk melawan kezaliman penguasa. Bjorka tampak berpihak ke publik yang melawan penguasa. Boleh jadi ini benar. Namun, belum tentu bagus bagi perjuangan untuk membersihkan Polri dari kelompok Sambo yang sangat kuat itu. Hari–hari ini perhatian publik pindah ke Bjorka. Karena memang orang senang data para penguasa zalim dibongkar. Tapi, pada saat yang bersamaan, perhatian ke kasus Sambo menjadi kendur. Ada kesempatan orang-orang Sambo untuk mengatur strategi. Para pengamat mengatakan jaringan mantan Kadiv Propam itu sudah terbangun luas dan kuat. Ulah Bjorka mengurangi tekanan terhadap pimpinan Polri. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mulai merasa santai. Padahal, jaringan Sambo diduga bekerja terus tanpa jeda. Listyo tidak sepatutnya memperlihatkan seolah tidak ada masalah genting di Polri.  Di tengah eforia Bjorka saat ini, Kapolri merasa lepas dari tekanan publik agar Polri dibersihkan tuntas. Itu tak boleh terjadi. Kapolri jangan menyia-nyiakan momentum yang sangat mahal ini. Seharusnya pimpinan Polri melihat pertarungan antara “good force” (kekuatan baik) melawan “evil force” (kekuatan jahgat) di era Sambo ini sebagai pertarungan hidup-mati. To kill or to be killed. Menyingkirkan atau disingkirkan. Listyo dan jenderal-jenderal yang baik semestinya berperan untuk menyingkiran yang bobrok, bukan disingkirkan oleh mereka. Kita tidak perlu ikut larut bersama peretasan Bjorka. Dia memang membuat para pejabat tinggi tampak tak berdaya bercampur dungu. Kurang tahu apakah tontonan ini menyenangkan atau menyakitkan. Tapi, jangan sampai tindakan Bjorka menutupi mafia Sambo. Kondisi di Kepolisian sangat buruk. Kapolri Listyo Sigit perlu diberi semangat dan kawalan agar dia tidak pura-pura membersihkan institusi ini dari praktik-praktik tercela.[]

Presiden Jokowi, Mundurlah Saat Ini Juga!

Mencermati dan menghitung kalkulasi politik yang sedang dan terus akan terjadi, waktu sudah tiba segera minta maaf kepada rakyat atas kelalaian dan kekurangannya selama ini dan segera umumkan dirinya mundur baik-baik. Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih TITIK lemah Presiden Joko Widodo sudah bisa dideteksi sejak awal naik ke singgasana kekuasaan, bukan karena kemampuan, kapasitas, kapabilitas, dan tidak memiliki potensi sekedar ukuran minimalis. Akhirnya harus jatuh pada cara-cara mengelola negara dengan standar ngawurisme. Visi Misi verbalisme hanya untuk memenuhi dan menarik simpati dan menghipnotis rakyat saat kampanye telah menjadi mortir memukul balik dirinya. Karena akhirnya fakta tidak bisa lagi dibungkus dengan narasi  kebohongan. Akibat balas budi politik kepada para bandar politik (Oligarki) membelit tak lagi ada ruang gerak keluar dari remotnya. Haluan negara (sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD 1945) yang harus menjadi arah dalam mengelola negara, bukan saja dilupakan bahkan dianggapnya sebagai sampah. Moral dan etika bernegara yang harus berpedoman pada nilai-nilai Pancasila menguap dan tidak dikenali lagi. Kemampuan untuk memberdayakan ekonomi rakyat, apalagi pikiran untuk mensejahterakan rakyat itu kering kerontang, setelah pikiran hanya dibalut hutang-hutang dan hutang. Sampai sekedar harus membayar cicilan hutang sudah sempoyongan. Rakyat harus menerima imbas akibatnya. Semua otoritas negara sudah dalam kendali oligargi, adalah keajaiban sebuah negara yang mengaku merdeka. Kemampuan dan kualitas kepemimpinannya sangat rendah. Padahal 40 % kemampuan pemimpin akan menentukan apa yang akan dan harus terjadi. Bisa dibayangkan kalau kemampuan memimpin sangat rendah mendekati 0 %. Berantakan adalah resiko yang akan terjadi. Satu hari akan resafel kabinet dua kali sudah tidak ada gunanya, stop marah-marah seolah olah semua ini akibat para menterinya yang tidak becus. Tuntutan demo rakyat yang dimotori mahasiswa dan buruh, agar Presiden segera mundur adalah sebuah keniscayaan, bukan karena kebencian untuk mengindari kerusakan negara lebih berantakan. Abaikan semua penasehat yang akan menjerumuskan dirinya, karena ambisi mereka untuk tetap terbiasa hidup, atau harus melarikan diri akibat ulah dan kekakuannya sendiri. Jangan lagi merekayasa seolah-olah masih memiliki relawan yang bisa melindungi dan kekuatannya melebihi kekuatan parlemen. Dagelan seperti itu akan menjadikan dirinya seolah-olah masih terlindung, sedang yang namanya relawan hanya akan hidup sesaat dan bisa segera menghilang, tidak peduli akan nasib bos dan tuannya. Mencermati dan menghitung kalkulasi politik yang sedang dan terus akan terjadi, waktu sudah tiba segera minta maaf kepada rakyat atas kelalaian dan kekurangannya selama ini dan segera umumkan dirinya mundur baik-baik. Hanya itulah jalan keluar yang ada saat ini, sebelum semuanya terlambat, sikap kesatria seperti Presiden Soeharto yang mundur akan lebih bijak! (*)

Gontor: Santri Datang Tanpa Iklan

Begitulah sistem berjalan di Gontor sampai kelas VI, saya melihat Gontor sebagai kampung damai yang penuh dengan berbagai tantangan dan romantika. Kampus dinamakan sebagai kampung damai atau Darussalam. Oleh: Munawar Liza Zainal, Alumni 1992 (Country 92) KAMI berasal dari sebuah gampong yang terpencil. Utara dibatasi dengan Selat Malaka hanya dapat diakses dengan boat nelayan, ke timur perbukitan Guha Tujoh dan di barat perbukitan perbatasan Aceh Besar. Hanya bisa diakses dengan berjalan kaki, waktu itu belum ada jalan. Untuk memasuki kampung kami dengan kendaraan hanya melalui Simpang Beutong setelah turun dari gunung Seulawah. Itupun jalan tidak beraspal, sebab di masa Orde Baru, PPP selalu menang sehingga tidak tersentuh pembangunan. Kehidupan masyarakat sebagian bertani, lainnya menjadi nelayan. Keluarga kami banyak yang menjadi pedagang, turun-temurun dari endatu yang datang ke Aceh untuk berdagang. Hanya sedikit saja yang menjadi aparat atau pegawai negeri, salah satunya abang dari Ayah. Abuwa Kasim kami memanggilnya. Abuwa kepala sekolah, beliau itu sering meminjamkan buku untuk kami baca. Sekira tahun 1985, saat duduk di kelas V SD, saya membaca sebuah buku yang diterbitkan oleh Departemen Agama tentang pendidikan agama Islam. Di dalam buku itu juga ada bab pengenalan beberapa pesantren di Indonesia. Saya tertarik membaca. Di dalam hati, terkesan dengan dua pesantren yang ada di dalam buku, yaitu Pesantren Gontor dan Tebuireng. Dua-duanya ada di Jawa Timur. Saya sampaikan kepada Abusyiek, bahwa saya tertarik untuk bersekolah ke sana. Abusyiek senang hatinya, dengan tegas menjawab, “jak u Guntur mantong”. Ke Gontor saja. Rupanya kakek yang pernah bertugas ke Kalimantan dan Madura, pernah mendengar tentang Gontor yang disebutnya sebagai Guntur. Kemudian saya sampaikan kepada Ayah dan Mamak, juga disambut dengan senang hati. Ayah mengingatkan bahwa perlu menabung untuk pergi bersama. Saya pun semakin semangat membantu orang tua dalam usaha. Keluarga kemudian mendapat informasi bahwa ada santri Gontor di Sigli. Kamipun ke sana menginap, dan belajar selama beberapa hari tentang Gontor. Keluarga ini membantu kami seperti bagian dari keluarga sendiri. Dari awal saya menjadi semangat dan terkesan dengan kekompakan keluarga santri ini. Sejak awal kami mengenal Gontor dengan mencari informasi sendiri. Tidak ada selebaran apapun tentang Gontor waktu itu. Akhirnya pada tahun 1986, beberapa keluarga di gampong bertekad ke Gontor. Ada yang tamat SMP dan SMA, seingat saya, hanya saya yang tamat SD. Perjalanan susah dan panjang sekali, setelah satu malam ke Medan, kami melanjutkan ke Jakarta, dua hari dua malam dengan bus ALS. Di Jalan ada berbagai cerita, penumpang turun untuk mendorong bus yang tidak sanggup mendaki, bahkan beberapa kali ganti ban dalam perjalanan karena kurang angin dan meletus. Sesampai di Jakarta, kami melanjutkan lagi satu malam menuju Ponorogo. Sesampai di Ponorogo, melanjutkan dengan trayek (L300), menuju Gontor. Sesampai di sana, disambut oleh panitia santri baru. Dengan dibantu oleh senior sedaerah, akhirnya mulai belajar untuk persiapan ujian masuk. Ada tes bahasa Indonesia, berhitung, dan imla’, menulis dengan benar kata-kata bahasa Arab yang diucapkan, dan membaca Al Quran. Tidak ketinggalan dengan psycho-test, di mana semua calon santri dipanggil satu-satu untuk dites supaya diketahui motivasi dan semangatnya untuk menuntut ilmu. Tahun itu, ada sekira 3.500 calon santri untuk memperebutkan 800 kursi untuk kelulusan. Semua ujian saya jawab dengan baik, namun pengetahuan imla’ saya sangat kurang. Saya tidak lulus pada tahun 1986. Saat itu, Gontor hanya satu. Belum ada Gontor dua dan lainnya. Memang ada beberapa pondok yang didirikan oleh alumni dan guru Gontor, tetapi tidak ada hubungan dengan Gontor. Karena Gontor cuma satu, bertahun-tahun menjadi masalah. Ribuan orang datang ke Gontor tanpa diundang, tanpa iklan, tanpa ada selebaran dan spanduk untuk penerimaan santri baru. Yang lulus terbatas, sekira 800-an, sisa yang ribuan lainnya sebagian besar tidak mau pulang ke kampung, tetap mau ke Gontor atau pesantren yang mirip Gontor. Masa itu, Gontor tetap teguh tidak membuka cabang di mana-mana. Namun, merekomendasikan santri yang tak lulus untuk masuk ke beberapa pesantren yang dikelola alumni. Di kawasan Ponorogo ada pesantren Ngabar, Joresan, Arrisalah Slahung. Di Madura ada Al Amin Prenduan, di Jakarta ada Darunnajah dan sebagainya. Walaupun sudah belajar dalam penungguan di Pondok lain, tidak ada jaminan untuk lulus di Gontor. Banyak yang sampai mencoba berulang kali. Sekarang, untuk menampung jumlah santri yang tidak bisa masuk ke Gontor, dan untuk memudahkan penuntut dari berbagai daerah, Gontor mengepakkan sayapnya, dengan menambah kampus Gontor di beberapa daerah. Makanya ada Gontor I, II, dan seterusnya. Sebagian besar calon santri yang tidak lulus Gontor, menyebar ke berbagai pesantren yang ada. Saya waktu itu dengan semua saudara yang dari gampong, memilih di Arrisalah Slahung, berjarak sekira 10 kilometer. Setelah belajar selama setahun di Slahung, berikutnya di 1987, kami mencoba mendaftar lagi ke Gontor. Kami dari gampong semua lulus dan masuk di kelas I. Di ujian kenaikan kelas, saya mendapat nilai tertinggi, berlima kami dari berbagai daerah waktu itu langsung melompat ke kelas III. Hilang setahun di Slahung terbayarkan. Santri baru, ditempatkan di sebuah asmara mirip letter U, dibelah dua. Untuk yang tamat SD, dinamakan Gedung Baru Shighar (GBS) dan untuk tamat SMP atau SMA, Gedung Baru Kibar (GBK). Selama di asrama, aturan sangat ketat dan jelas. Tidak ada saya alami kekerasan apapun. Badan saya paling kecil, namun tidak pernah ada yang bully. Ada beberapa rambu yang sangat jelas. Tidak boleh berhubungan dengan orang kampung, tidak boleh mencuri, tidak boleh berkelahi, itu pelanggaran dengan hukuman paling berat diusir dari Pondok. Sedangkan kesalahan lain seperti merokok bagi santri di GBS, bersembunyi di kamar mandi, itu biasanya ada hukuman dibotak kepala, atau dicukur mirip tentara (jundi). Keamanan ada hierarki-nya. Ada keamanan asrama atau rayon, ada juga keamanan pusat, untuk seluruh Pondok, ada bagian pengasuhan, untuk hal-hal yang luar biasa. Ada sanksi keras sekali-kali kalau sudah sangat salah, digebuk dengan sajadah misalnya kesalahan berbahasa daerah, ada satu dua yang melawan, khususnya terkait dengan adab dan ibadah, misalnya tidak shalat, itu biasanya lebih keras hukumannya. Begitulah sistem berjalan di Gontor sampai kelas VI, saya melihat Gontor sebagai kampung damai yang penuh dengan berbagai tantangan dan romantika. Kampus dinamakan sebagai kampung damai atau Darussalam. Beberapa hari ini, kita dikagetkan dengan berita meninggalnya salah seorang santri. Sangat-sangat berduka atas musibah ini. Semoga tidak terulang lagi. Alhamdulillah sikap Gontor sangat jelas, tidak mentolerir adanya kekerasan, menyerahkan perkara pelanggaran hukum kepada penegak hukum, dan dengan sangat besar hati, pimpinan Gontor meminta maaf kepada keluarga korban atas musibah yang terjadi. Semoga Allah memelihara Pondok Gontor yang akan menyongsong 100 tahun berkhidmah kepada agama dan bangsa. (*)