ALL CATEGORY
Jangan Bawa UNPAD untuk Dukung Ganjar Pranowo
Oleh M Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan KONON berkumpul yang menyatakan Alumni UNPAD di Jl Jawa 50 Bandung untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024. Urun rembug yang dipimpin Deddy Djamaluddin Malik dan Budi Hermansyah itu bersiap untuk Deklarasi tanggal 7 Mei 2023. Alasan pokok yang dikemukakan adalah aspirasi Alumni Perguruan Tinggi khususnya Alumni UNPAD di Jawa Barat. Mengklaim aspirasi Alumni UNPAD di Jawa Barat tentang dukungan kepada Ganjar tentu perlu dipertanyakan. Deddy Djamaluddin yang dikenal dekat dengan mantan anggota DPR dari PDIP Jalaluddin Rahmat itu juga pernah menjadi calon anggota DPR dari PDIP. Jadi mungkin semestinya yang dimaksud adalah aspirasi Alumni UNPAD anggota atau simpatisan PDIP. Membawa Alumni UNPAD dengan membangun citra aspirasi itu seolah-olah kuat tentu berbahaya. Bahkan bisa menjadi hoax karena tanpa dukungan data. Sebaiknya Deddy jangan membawa nama UNPAD yang tentu beragam aspirasi di dalamnya. Cukup dengan sebutan Balad Ganjar. Menarik Alumni UNPAD dapat membuka ruang friksi dan merusak nama baik UNPAD sendiri. Bahwa Deddy Djamaluddin dan Budi Hermansyah adalah Alumni UNPAD ya sah-sah saja akan tetapi membawa nama institusi untuk kepentingan politik praktis dengan membangun pencitraan palsu sangat tidak sehat. Ganjar bukan figur ideal untuk semua Alumni. Jika ada Deklarasi Alumni UNPAD dukung Ganjar mungkin muncul nanti Deklarasi Alumni UNPAD dukung Prabowo, Alumni UNPAD dukung Anies Baswedan atau dukung figur-figur lain. UNPAD menjadi mainan politik praktis dan UNPAD dibuat babak belur. Kasihan Civitas Academica. Itu mungkin masih mending, bagaimana jika yang terbangun adalah narasi negatif seperti Alumni UNPAD tolak Ganjar, Alumni UNPAD tidak mau dukung Capres yang disebut Jaksa terima suap 500 rb US Dollar, Alumni UNPAD say no untuk Ganjar yang hobby nonton film porno, atau Alumni UNPAD tolak Capres Gubernur Jateng yang menyakiti hati rakyat Wadas, dan lain-lainnya. Hymne UNPAD bersyair bahwa UNPAD itu lambang suci, pembina nusa bangsa, tempat ilmu dan cita serta insan abdi masyarakat. Nah jangan dicemari oleh dukung-dukungan terhadap figur yang belum tentu bagus dan bisa saja diragukan moralitasnya. Apalagi jika dikaitkan dengan historika masyarakat Sunda di bawah Kerajaan Pajajaran. Masa harus dukung Gubernur Jawa Tengah. Itu sekedar contoh. Karenanya Kang Deddy, mangga dukung Ganjar Pranowo sehabis-habisnya tetapi jangan bawa \"almanaterku tercinta\" nanti dapat berakibat buruk bagi nama institusi UNPAD baik kampus Dipati Ukur maupun Jatinangor. Silahkan deklarasi \"Balad Ganjar\" atau lainnya. Alumni UNPAD telah menyebar dalam berbagai bidang dan berkontribusi pada berbagai skala. Jangan dibawa dan diarahkan untuk sekedar \"cupras capres\". Terlalu merendahkan UNPAD. Bandung, 23 April 2023
Celeng Versus Banteng, Itu Sekadar Drama Tipu-tipu
Oleh Ady Amar - Kolumnis DRAMA yang dimainkan PDIP itu begitu panjang. Celeng versus Banteng seolah bertarung. Digeber jadi semarak, jadi persoalan massa. Setidaknya agar kesan sungguh-sungguh \"bertempur\" itu didapat. Pendukung Ganjar, seperti dikomandani FX Hadi Rudyatmo, mantan Wali Kota Surakarta, seperti \"memaksa\" agar Calon Presiden (Capres) dari PDIP adalah Ganjar Pranowo, yang memang punya elektabilitas tinggi versi lembaga survei. Sedang kelompok di DPP PDIP seperti dikomandani Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, meski secara tersirat, menghendaki trah Sukarno, yang pantas diajukan sebagai Capres. Dan, itu adalah Puan Maharani. Bambang Pacul seolah benar-benar eneg dengan Ganjar dan pendukungnya yang disebutnya sebagai celeng. Sebutan \"celeng\" itu sebutan menjijikkan. Bambang Pacul benar-benar menyerang Ganjar dan massa pendukungnya dengan keras dan kasar. Semua jadi terheran kok sampai segitunya antarkawan separtai saling caci maki di ruang publik. Muncul pendukung ekstrem Ganjar sampai nekat mengancam segala jika sampai jagoannya tidak diajukan sebagai Capres, maka mereka tidak akan memilih PDIP dalam Pemilu 2024. Adegan bakar atribut PDIP dari para \"celeng\", itu menambah ketegangan internal di PDIP. FX Hadi Rudyatmo, yang juga Ketua DPC PDIP Surakarta, memang punya jejak gertak-gertak. Dan ia selalu lolos tidak disanksi partainya. Itu hal mustahil bisa dilakukan di PDIP, dan yang bersangkutan aman-aman saja. Lihat saja saat pencalonan Gibran Rakabuming Raka menjadi Calon Wali Kota Surakarta, yang tidak melewati DPC Surakarta. FX Hadi Rudyatmo marah besar, yang seolah tidak akan berada dalam kubu Gibran. Tapi setelah DPP PDIP mengeluarkan putusan mencalonkan Gibran, yang putra sulung Presiden Jokowi, ia bukannya melawan induknya, tapi memilih balik kandang. Apa yang dimainkan FX Hadi Rudyatmo yang masuk bagian dari \"celeng\", dalam adegan Celeng versus Banteng dengan berani menyerang koleganya Bambang Pacul, seseorang yang mengawali penyebutan \"celeng\" pada pendukung Ganjar. Karenanya, ia juga bisa disebut berani melawan Megawati. FX Hadi Rudyatmo bahkan sampai perlu membela \"celeng\" dengan membuatkan filosofi segala, celeng disebutnya punya gerakan gesit, dan ia menyukai sebutan itu. Apa tumon ia berani membela Ganjar Pranowo dengan melawan induknya, hal mustahil jika ia masih ingin berkhidmat di PDIP. Sebutan \"celeng\" yang menjijikkan itu lalu dikooptasi menjadi kekuatan tersendiri. Seolah dalam internal PDIP ada kekuatan perlawanan dari dalam melawan Megawati. Menjadi mustahil jika perlawanan kelompok \"celeng\" dari dalam itu ditolerir kemunculannya. Itu sama dengan menolerir kebijakan partai yang digerogoti. Dan, itu sama dengan memberikan partai untuk dikudeta dari dalam. Itu hal mustahil yang jauh dari tabiat Megawati, yang punya sikap \"keras\" tidak menolerir perlawanan sekecil apa pun yang dilakukan petugas partai. Perlawanan kelompok \"celeng\" secara terang-terangan, jika itu benar, tentu bukan masalah kecil dan bisa meruntuhkan wibawa partai. Didiamkannya FX Hadi Rudyatmo dan anasir lain yang seperti \"melawan\" induknya, itu bisa disebut bagian dari \"drama\" untuk melihat sejauh mana elektabilitas yang bersangkutan (Ganjar Pranowo) dalam kepastian diombang-ambing ketidakpastian pencalonannya. Juga yang utama, masikah Ganjar masih tetap tegak lurus ikut arahan partai (PDIP), atau justru tidak kuat dan larut dalam permainan yang dimainkan kelompok lain. Muncul pula penyerangan terhadap Ganjar yang tidak cuma dilakukan Bambang Pacul. Tapi juga dilakukan pimpinan dan tokoh senior PDIP lainnya. Adalah Trimedia Panjaitan di antaranya, yang mencaci maki Ganjar dengan amat kerasnya. Di salah satu acara yang dipandu Karni Ilyas, ia terang-terangan menyebut kapasitas Ganjar, itu cuma bisa bermain tik tok, dan itu pencitraan. Jejak digital pernyataan Trimedia mudah dilacak. Maka, drama yang dimainkan PDIP untuk sampai pada akhirnya mencalonkan Ganjar Pranowo--disampaikan Megawati Sukarnoputri secara resmi di Istana Batu Tulis, 21 April 2023--itu drama panjang yang dimainkan, yang mampu menggerus kesadaran seolah itu bukan drama, tapi benar-benar kronik internal di PDIP. Karenanya, \"celeng\" yang dilontarkan Bambang Pacul itu sebenarnya bagian dari cara mengangkat elektabilitas Ganjar, dibuat seolah ia pihak yang terzalimi oleh partainya sendiri, yang memperhadapkan dengan Puan Maharani. PDIP seolah \"memaksakan\" hanya trah Sukarno, dan itu Puan Maharani, yang pantas dicalonkan dalam kontestasi Pilpres 2024. Pertarungan Celeng versus Banteng, itu bukan pertarungan sungguh-sungguh. Cuma drama yang dimainkan PDIP, lakon dengan melibatkan internal politisinya. Semua untuk kepentingan partai, dan sekaligus capres yang akan diusungnya. Celeng itu ya Banteng, yang kata FX Hadi Rudyatmo, punya gerakan gesit. Banyak yang jadi gumun menganggap itu peristiwa sungguh-sungguh. Padahal itu cuma \"drama\" tipu-tipu. Lha siapa juga yang suruh percaya.**
Xi Jinping Berikan Pesan Kuat pada Ganjar
Oleh Indra Adil - Eksponen IPB 77-78 SENJAKALA trah Soekarno sedang berlangsung. Terpilihnya Ganjar Pranowo sebagai capres dari PDIP menyiratkan betapa kuatnya tekanan terhadap Megawati untuk mengorbankan trah Soekarno ke depan menghadapi kehancurannya. Tinggal selangkah lagi, PDIP akan dikuasai Jokowi atas bantuan tak terbatas China dan tangan-tangannya di Indonesia yaitu para Taipan dan pemimpin-pemimpin pengkhianat bangsa. Perlu dipahami, hal ini terlepas dari kemenangan maupun kekalahan Ganjar dalam Pilpres 2024 kelak. Pilpres 2024 tak berpengaruh apapun pada keruntuhan trah Soekarno, persis seperti penulis telah ramalkan saat Megawati selesai menghinakan Jokowi dan Ganjar pada Peringatan Ulang Tahun ke 50 PDIP tempo hari. Jokowi dan Ganjar akan membalas dengan telak, padahal saat itu hampir seluruh pengamat meramalkan karier Jokowi dan Ganjar akan tamat dengan statemen Megawati bahwa Jokowi tidak ada apa-apanya tanpa PDIP. Sekarang dengan telak pula Jokowi membalas, tanpa Jokowi PDIP tak ada apa-apanya. Persis seperti yang telah penulis ramalkan, hanya beda cara pembalasannya. Jokowi membalas dengan cara lebih terhormat dan tanpa ngasorake. Meskipun demikian penulis tetap berpegang pada tulisan terakhir bahwa karier Jokowi sudah sampai pada puncaknya dan hanya ada 1 jalan yaitu menurun, meskipun sementara ini kita melihat karier Jokowi tampak akan mencuat kembali dengan peluang ia akan menjadi Ketua Umum PDIP. Ini persis seperti fatamorgana kesembuhan seseorang dari penyakit mematikan yang ternyata tetap membunuhnya. Karena apa? Karena penulis telah menceritakan bahwa yang sedang berlangsung adalah skenario Tuhan. Silahkan menelaah kembali tulisan-tulisan penulis sebelum ini. Dari mana datangnya peruntuh kejayaan Jokowi? Pertama, asalkan Prabowo menyadari bahwa ia hanya dijadikan bulan-bulanan oleh Jokowi selama setahun belakangan ini dengan janji-janji didukung penuh untuk pencalonannya dan saat ini terbukti untuk ke sekian kalinya Jokowi telah berbohong lagi. Maka Prabowo harus secepatnya banting stir untuk bergabung dengan Nasdem dan bersama Anies menjadi calon pesaing Ganjar. Hanya mereka berdualah yang akan mampu menyaingi Ganjar dengan pasangannya, tak ada alternatif pasangan lain yang potensial menjadi pesaing Ganjar. Kedua, jangan pernah percaya lagi kepada Jokowi karena pastinya dia akan mendekati Prabowo kembali dan membujuk Prabowo agar tidak bergabung dengan Koalisi Perubahan. Gabungan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dengan Koalisi Perubahan (KP) dipastikan akan mampu mengalahkan Gabungan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan PDIP dengan catatan Jokowi tidak menggunakan power sebagai Presiden untuk mengandangkan Prabowo ataupun Anies. Jokowi untuk kesekian kalinya telah membuat korban kebohongan baru yaitu Prabowo. Ketiga, dari kelompok oposisi yaitu umat Islam, buruh, aktivis dan mahasiswa yang harus bersatu dan mengusung pemimpin baru yang siap mati menghadapi para boneka kapitalis China maupun kapitalis Amerika. Kemunculan pemimpin seperti ini pun akan merupakan skenario Tuhan yang dipastikan tidak akan bekerja setengah jalan sampai Indonesia mencapai kondisi negara adil dan makmur. Insyaa Allah. Aamiin ya Robbal aalamiiin... Depok, Sabtu 22 April 2023.
Capres HMI Versus Capres GMNI
Oleh Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Deklarasi Ganjar sebagai capres oleh PDIP saat Hari Raya Idul Fitri, dibuat seolah-olah menjadi semangat kemenangan partai dan umat Islam. Padahal seluruh isi bumi bersaksi, hanya PDIP dengan capresnya yang sekuler sering menista dan menghina Islam. Mengulik kontestasi Anies dan Ganjar, hanya dengan kesadaran moralitas kebangsaan yang bisa menilai pertarungan hak dan batil pada capres HMI versus capres GMNI tersebut* Kontestasi Pilpres 2024 semakin sengit. Selain kental diwarnai pertarungan antara capres yang didukung oligarki dengan capres yang didukung rakyat. Persaingan capres kali ini didominasi figur yang memiliki irisan kuat dengan aliran politik dan ideologi. Munculnya nama Ganjar Pranowo yang menjadi kompetitor Anies Baswedan dalam bursa capres, beraroma menyengat adanya tarik menarik kepentingan termasuk dalam ranah Kelompok Cipayung. Anies sebagai alumni HMI dan Ganjar sebagai alumni GMNI, keduanya akan intens melakukan konsolidasi dan menarik semua potensi kekuatan yang berkolerasi serta memiliki benang merah dengan kelembagaan ekstra universiter itu. Sebagai organisasi massa yang berbasis kampus, baik HMI maupun GMNI dalam tatanan pengurus dan alumni, bisa dipastikan akan menjadi supporting sistem dari kompetisi masing-masing figur capres yang berasal dari lingkarannya. Sama-sama dari UGM dan sama-sama didukung oleh partai politik, menjadi menarik dan seksi membedah kompetisi Anies dan Ganjar dilihat dari persfektif latar belakang organisasi pergerakannya, terutama saat masih menjadi mahasiswa. Anies dan Ganjar, keduanya merupakan kader dari organisasi kampus yang secara, historis, ideologis dan empiris ikut menentukan dinamika politik kebangsaan. Selain PMII, GMKI, PEMKRI dll, dalam wadah kelompok Cipayung, alumni HMI menjadi penyumbang terbesar dalam peran politik dan kepemimpinan nasional yang disusul alumni GMNI. HMI sejauh ini dianggap berhasil dan sukses melakukan distribusi peran kader di semua level strategis pemerintahan. Sebaran alumni HMI menjadi yang terbesar dan terbanyak menduduki jabatan penting dan berpengaruh pada institusi pemerintahan mulai dari legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga pada badan-badan dan komisi-komisi pelayanan publik. Meskipun bicara pemimpin nasional level presiden tidak bisa lepas dari variabel kekuatan militer, poros Katholik dan ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah dan lain sebagainya. Setidaknya eksistensi alumni kelompok Cipayung terlebih pada HMI, sangat signifikan piawai mendesain dan ikut menentukan transisi pemerintahan dan presiden terpilih di Indonesia selama ini. Jejaring alumni HMI yang tersebar luas dalam dunia usaha, partai politik dan ormas, melebihi kiprah alumni GMNI secara kuantitatif dan kualitatif, memberi ruang gerak yang lebih leluasa, terarah dan terukur bagi alumni HMI memenangkan capresnya. Anies yang alumni HMI dan Ganjar yang alumni GMNI, kontestasi pada keduanya menegaskan ada atmosfir pertarungan capres yang merepresentasikan pertarungan instrumen politik Islam dan politik sekuler. Anies juga dianggap sebagai figur perubahan yang paralel dengan kekuatan oposisi yang formal dan konstitusional. Dengan realitas rezim kekuasaan yang cenderung menyimpang dan dianggap penyebab terpuruknya kehidupan rakyat, negara dan bangsa. Head to head Anies Baswedan yang berakhlak, cerdas dan berprestasi dengan Ganjar Pranowo yang penuh skandal berbau korupsi, kekerasan, hobi nonton bokep dan gemar bersolek diri, dilukiskan seperti peperangan antara hak dan batil. Anies seperti mewakili pengamalan ilmu putih dan Ganjar bagai sedang melakukan praktik-praktik ilmu hitam dan aliran sesat dalam konteks pemimpin bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Anies fokus bekerja dan memberi manfaat bagj rakyat, Ganjar sibuk bermedsos dan menjadi Pangeran Tik Tok. Begitupun dengan partai politik pendukungnya. Partai Nasdem, Demokrat dan PKS yang mengusung Anies, tegas dan lugas menyerap aspirasi rakyat serta menjadikan demokrasi menjadi bermartabat. Sementara PDIP yang mengusung Ganjar semakin lekat dengan karakter hipokrat. Anies bersepakat dengan Nasdem, Demokrat dan PKS membuat deklarasi Koalisi Perubahan Untuk Persatuan. Sebaliknya PDIP dan Ganjar lebih sering menghina dan merendahkan umat Islam, namun butuh dukungan umat Islam dengan deklarasi capres saat hari Lebaran. Seolah-olah dekat dan memuliakan umat Islam. Ya begitulah, rakyat sudah tahu dan menyadari siapa capres yang Islami dan siapa capres yang anti Islam, termasuk partai politik pengusungnya. Biarlah waktu yang menentukan dan akan menuliskan hitam putih sejarahnya. Tentang capres baik dan jahat, tentang capres HMI versus capres GMNI. *) Dari pinggiran catatan labirin kritis dan relung kesadaran perlawanan. Bekasi Kita Patriot, 23 April 2023/3 Syawal 1444 H.
Pembangunanisme Ganjar vs Pembangunan Manusia Anies
Oleh Abdurrahman Syebubakar - Pemikir Pembangunan Manusia dan Demokrasi Institute for Democracy Education (IDe) MAZHAB pembangunanisme (developmentalism) telah berjalan lama di Indonesia, terutama sejak Orba. Kemudian, menemukan bentuknya yang sangat primitif di era pemerintahan Jokowi. Selama lebih dari 8 tahun terakhir, tidak ada yang tersisa dari pembusukan rezim Jokowi, mulai dari lesunya pertumbuhan ekonomi, meluasnya korupsi, kemiskinan dan ketimpangan yang makin dalam, meroketnya utang negara, penegakan hukum yang diskriminatif, regresi demokrasi, stagnasi pembangunan manusia, hingga anjloknya tingkat kebahagian, dan meningkatnya ketegangan sosial. Bangsa ini nyaris kehilangan jejak untuk kembali ke cita-cita reformasi. Jalan yang dipilih dengan perjuangan dan pengorbanan segenap komponen bangsa, terutama mahasiswa. Yang pasti, kompas negara ini telah jauh melenceng dari cita-cita bernegara sebagaimana dinubuahkan para pendiri bangsa. Mirisnya, mazhab pembangunanisme dengan daya rusak yang dalam dan luas juga dijadikan panduan oleh para kepala daerah. Terlebih kepala daerah dari barisan parpol pendukung pemerintah, seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar Pranowo Tumbalkan Rakyat Kecil atas Nama Pembangunanisme Dengan DNA politik ekstraktif dan ambisi nyapres 2024, Ganjar pasang badan menjalankan agenda serakah para oligark atas nama Proyek Strategis Nasional. Proyek tambang batu andesit di desa Wadas Jateng menjadi contoh nyata pemihakan Ganjar terhadap kepentingan kekuasaan dan oligarki. Guna mengamankan proyek triliun tersebut, Ganjar ikut menggerakkan birokrasi dan aparat keamanan _membuldozer_ rakyat desa Wadas yang mempertahankan hak atas tanah mereka sendiri. Ia tega menumbalkan rakyat kecil yang notabene pendukungnya sendiri, demi melayani kerakusan oligarki. Tragedi tersebut telah membongkar topeng licik Ganjar yang selama ini mencitrakan diri sebagai pemimpin yang merakyat. Faktanya, ia tak peduli dengan nasib rakyat. Hampir 10 tahun di bawah kepemimpinannya, Jawa Tengah tidak lepas dari predikat provinsi termiskin di Jawa, dengan rata-rata pendapatan penduduk hanya Rp38,67 juta pada 2021. Angka tersebut merupakan yang terendah se-Pulau Jawa, serta jauh di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional sebesar Rp62,24 juta per tahun (BPS 2022). Seturut dengan itu, angka kemiskinan di Jawa Tengah mencapai 11,25 persen pada September 2021, nomor dua tertinggi di Pulau Jawa, setelah Yogyakarta dengan 11,91 persen, serta berada di atas presentase penduduk miskin nasional yang 9,71 persen (BPS, 2022). Dan sesuai data BPS, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah sebesar 72,16 pada 2021, hanya sedikit di atas IPM Jawa Timur (72,14), namun di bawah Jawa Barat (72,45), Banten (72,72), Yogyakarta (80,22), dan DKI Jakarta (81,11). Ganjar telah gagal membangun Jawa Tengah, apalagi mau mengurus Indonesia, dengan segudang masalah yang sangat kompleks. Tidak ada yang bisa ditawarkan Ganjar kepada rakyat Indonesia, kecuali pencitraan kosong (gimik politik ) tak bermakna. Ia juga tidak memiliki gagasan besar tentang Indonesia masa depan. Minimal, tidak pernah terdengar visi alternatifnya untuk membangun Indonesia di luar sistem dan strategi yang tersedia dalam Peta Jalan (Roadmap) oligarki. Alih alih melawan oligarki yang merampok hak-hak rakyat, justru Ganjar menjadi kaki tangan mereka sebagai imbal balik sokongan finansial para oligark selama ini kepada patron politik Ganjar yaitu Presiden Jokowi. Pemihakan Ganjar terhadap kerakusan oligarki sekaligus menjadi persekot atau setoran awal politik kepada mereka dalam rangka dukungan modal nyapres 2024. Penggalan cerita di atas tidaklah berdiri sendiri, namun merupakan kelanjutan dari jejak politik (political track record) Ganjar sejak lama. Sebelum menjabat gubernur Jawa Tengah, nama Ganjar terseret kasus korupsi E-KTP yang merugikan negara tidak kurang dari Rp2,3 triliun. Kasus ini terjadi saat Ganjar menjadi Wakil Ketua Komisi II DPR RI. Para terpidana kasus mega korupsi tersebut seperti Setya Novanto pernah menyebut Ganjar menerima uang 500.000 dolar AS dari proyek e-KTP. Hal ini dikonfirmasi Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin ketika bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi untuk terdakwa Setya Novanto (19/2/2018) bahwa Ganjar menolak diberikan 100.000 dollar AS, tapi mau menerima 500.000 dollar AS. Anehnya, dugaan keterlibatan Ganjar menguap begitu saja. KPK mengaku belum menemukan bukti keterlibatan Ganjar dalam kasus korupsi pengadaan e-KTP. Dengan nir-prestasi dan rekam jejak politik tersebut, wajar bila Ganjar memoles citra dirinya di medsos menggunakan pendekatan emosional karena itulah kelebihannya untuk menarik simpati publik. Tidak ada hal substansial yang bisa dijual Ganjar dalam gelaran pilpres mendatang. Bagaimana dengan Anies Baswedan? Beda dengan Ganjar, Anies membangun komunikasi publik, yang sarat makna dan muatan kinerja. Sebab, keunggulan Anies adalah kinerja dan karya yang sudah dikenal publik, yang dibelakannya ada narasi, dan sebelum narasi ada gagasan. Bagi Anies, tidak ada kebijakan dan karya tanpa gagasan. Gagasan, Narasi dan Karya ala Anies sangat kental dengan spirit pembangunan manusia yang dijadikan panglima dalam membangun Ibu Kota selama hampir 5 tahun ini. Dan, Anies berhasil menerjemahkanya ke dalam pilihan kebijakan dan intervensi program yang tepat, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, salah satunya melalui gerakan kolaborasi. Gerakan kolaborasi yang dikemas dalam platform Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB) mempertemukan berbagai pemilik sumber daya dengan kebutuhan warga. KSBB hadir di seluruh wilayah DKI Jakarta, dan mencakup berbagai sektor, yaitu Pangan, UMKM, Pendidikan, Permukiman, Persampahan, dan Ketenagakerjaan, dengan ratusan kolaborator dari berbagai unsur non-pemerintah, dan lebih dari 100,000 keluarga penerima manfaat. Spirit pembangunan manusia _(human development)_ Anies tidak berhenti di Ibu Kota, namun, merambah ke daerah-daerah lain, seperti kolaborasi dengan para petani di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Lampung. Hal ini tidak saja saling menguntungkan antar daerah serta meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan petani yang umumnya rendah. Tetapi, jika dilaksanakan dalam skala yang lebih luas, skema kolaborasi tersebut membantu mengurangi ketergantungan pada impor pangan, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap kemandirian dan kedaulatan pangan nasional. Anies juga melindungi kelompok masyarakat yang selama ini terpinggirkan, termasuk warga lanjut usia, perempuan dan anak-anak serta penyandang disabilitas melalui beragam program perlindungan sosial, sebagai bagian dari fondasi pembangunan manusia. Ditambah skema subsidi kebutuhan pokok dan akses gratis terhadap fasilitas layanan publik seperti TransJakarta. Sementara itu, pembangunan infrastruktur fisik dijadikan faktor pendukung untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendorong pembangunan manusia. Melalui paket kebijakan yang berorientasi pada pembangunan manusia, Anies memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, pro-poor dan ramah lingkungan, dengan mengutamakan prinsip keadilan. Anies tidak anti-pemodal, tapi anti ketidakadilan. Ia tidak menolak orang yang berusaha untuk menjadi kaya. Yang ditentangnya adalah kegiatan bisnis yang merugikan kepentingan rakyat banyak dan mengabaikan keadilan sosial. Tiga belas (13) dari 17 pulau proyek reklamasi di Teluk Jakarta dihentikannya karena terbukti melanggar banyak aturan, mematikan sumber kehidupan nelayan yang notabene rakyat kecil dan mengancam keselamatan lingkungan. Hal ini menjadi bukti keberanian politik Anies melawan episenter oligarki yang mengorbankan kepentingan dan masa depan rakyat banyak. Sebuah perkecualian dalam realitas politik Indonesia yang dikendalikan para taipan oligarkis. Hasil persenyawaan gagasan, narasi dan karya Anies terekam dalam data BPS (2021) terkait indeks demokrasi yang sangat tinggi, mencapai skor 89,21, jauh melampaui indeks demokrasi nasional sebesar 73,66. Indeks pembangunan manusia (sebagai gabungan indikator ekonomi, pendidikan dan kesehatan) juga tumbuh positif, mencapai 81,11 pada 2021, yang menjadikan DKI Jakarta sebagai provinsi dengan status capaian pembangunan manusia yang sangat tinggi (IPM ≥ 80). Pada saat yang sama, tingkat kemiskinan di Jakarta terus berkurang sebelum COVID-19. Proporsi penduduk miskin di Jakarta pada September 2019 hanya 3.4 persen, turun dari 3.8 persen pada 2017. Dus, perlu digarisbawahi, maha karya Anies Baswedan tidak terletak pada kemegahan bangunan fisik, tetapi lebih pada kualitas pembangunan manusia Ibu kota. Di balik kemegahan infrastruktur seperti JIS, transportasi modern dan murah, taman-taman kota, JPO, halte, trotoar yang nyaman dan ramah penyandang disabilitas serta lansia, terselip aspek kesetaraan dan persatuan di antara semua warga Ibukota. Hal tersebut sejalan dengan pikiran Anies bahwa, “persatuan hanya bisa dibangun dan dipertahankan bila ada keadilan. Tidak mungkin bisa membangun persatuan dalam ketimpangan. Keadilan jadi kata kunci yang harus dihadirkan.\"
Perang Jokowi VS Megawati
Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih Di Dunia ini segalanya akan berakhir, sekalipun akan menyisakan kekacauan yang tidak tuntas, merusak reputasi dan akan membekas dalam kehidupannya baik atau buruk. Pertarungan Jokowi dan Megawati adalah nyata lepas dari idealisme kebaikan untuk bangsa dan negara atau semata pertarungan ambisi dan nafsu politik rendahan dan akan membuahkan bekas cetak biru sejarah yang buruk dan hina. Rakyat sudah paham strategi mereka menghindari segala konflik langsung hanya keterlibatannya sama sama tidak akan menemukan jalan keluarnya, berahir menemukan jalan buntu. Semua akan kelelahan dan hanya berhadapan dengan musuh pahit yang mereka ciptakan dan akan mengacaukan mereka sendiri. Seseorang ketika merasa menang dalam perkara kecil, tetapi maju terus, akan mengundang kemalangan bagi dirinya sendiri ditangan para dewa atau manusia, sebab mereka menyimpang dari alam (I Ching). Solitudinem facium pacem appellant (mereka menciptakan kehancuran dan menyebutnya perdamaian).. Hebatnya mereka merasa sedang menciptakan dirinya sebagai pahlawan bangsa. Tidak lebih hanya akan menjadi sampah kebajikan. Perang yang mereka lakukan bukan dalam skala militer dan kekerasan , tetapi mendefinisikan diri dalam kebijakan dan diplomasi. Bukan dalam pertumbuhan darah tetapi dalam percakapan kebijakan yang saling menyerang dan melumpuhkan. Posisi Jokowi sebagai _\"King Maker\"_ setelah selama ini unggul di atas angin sedang berbalik arah dibawah tekanan Megawati. Geng Jokowi semisal LBP otomatis kena getahnya. Mereka sedang menggeliat untuk melakukan perlawanan balik. Sayang seribu sayang, pertarungan mereka tetap dalam bayang bayang kekuatan kekuatan maha besar pemilik modal ekonomi dan politik para bandar, bandit Taipan Oligarki yang menjadi tuan tuan mereka. Jokowi selama ini melangkah terlalu jauh dan fulgar sebagai presiden terlibat langsung dalam penentuan Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024. Sama buruknya belum apa apa sudah jatuh. Banyak peringatan diabaikan untuk sementara bersifat netral atau berdiplomasi yang seimbang sebagai negawaran. Resonansinya justru menunjukkan sebagai seorang yang menyerang terlalu tinggi dan nafsu _\"over confidence nya\"_ liar dan tidak kontrol diri. Padahal seandainya ia berhenti dan mengambil posisi bertahan kemungkinan ia masih mempunyai kesempatan sukses, minimal masih ada pada posisi keseimbangan. Tidak berantakan seperti terlihat saat ini. Keduanya terkesan tidak memiliki pandangan ke masa depan sekalipun akan dibungkus dengan berbusa busa apologi untuk kebaikan masa depan , sesungguhnya kedua terbaca tidak memiliki pandangan masa depan yang dijiwai sebagai tokoh negarawan. Hanya ambisi politik untuk bisa bertahan hidup sebelum semua hancur dalam gelap catatan hitam sejarah hanya sebagai tokoh hedonis dan pemenuhan syahwat hidup kekinian ( enjoy live ) kering kerontang dari visi penyelamatan untuk negara yang sedang berada ditepi jurang kehancurannya. Kompas hidupnya hanya menang atau kalah, sukses atau gagal, sungguh berbahaya, pikiran berhenti bukan memandang masa depan nasib negara ini. Kekalahan dan kemenangan hanya bersifat sementara . Bagaikan cawan anggur yang akan kering dan berakhir. Keseluruhan hidupnya bisa akan menjadi sia sia, ketika pergi dari alam ini semua akan acuh, diam membisu bahkan bisa menyisakan caci maki tanpa lantunan doa untuk keselamatan dialan baka Mereka mengganggap hidup serba mudah tanpa nilai, justru disanalah letak bahayanya. Kalau tidak berjaga jaga diam diam kejahatan akan meloloskan diri, dan ketika kejahatan telah lepas, kemalangan baru akan berkembang dari sisa sisa benihnya, sebab kejahatan tidak mudah mati. \"Heboh soal keputusan PDIP tentang capres baru baru ini, tiba tiba heboh seperti berita penting turun dari langit. Semua hanya sampah negara kalau tidak ada lambar kebersihan dan kesucian hati selaras dengan suara suara rakyat yang ingin keluar dari kesedihan, penderitaan dan kesulitan hidupnya dan suara rakyat yang menginginkan kebaikan kehidupan masa depan anak cucunya di masa depan\" Mereka lupa kuasa dan perbaikan negara saat ini bukan pada tingkah polah Presiden dan para Ketum partai atau elit partai. Semua akan berahir ditangan tangan rakyat Bangsa Indonesia. Jakowi dan Megawati harus menyadari demi ahir kehidupannya bahwa mengakhiri apapun dengan buruk tidaklah ada nilainya dan saat tidak akan ada pembalikan atas perbuatannya kecuali harus pasrah dihadapan Allah SWT. ****
Satu Idul Fitri di Tanggal dan Hari yang Sama di Seluruh Dunia, Perlukah dan Mungkinkah?
Oleh Denny JA - Konsultan Politik AKAN datang satu masa. Itulah hari ketika umat islam di seluruh dunia memiliki kalender global hijriah yang sama. Sejak tahun itu, muslim di Arab Saudi, di Amerika Serikat, di Indonesia dan di berbagai pelosok dunia merayakan Idul Fitri sebagai selebrasi global di tanggal dan hari yang sama, sebagimana umat Nasrani merayakan Natal. Katakanlah, berbulan- bulan sebelumnya, umat Islam sudah tahu, di seluruh dunia Idul Fitri di tahun itu akan jatuh, misalnya, di tanggal 3 Mei, di hari Rabu. Maka umat Islam di Indonesia merayakan Idul Fitri di waktu Indonesia tanggal 3 Mei hari Rabu. Umat Islam di Arab Saudi juga merayakan Idul Fitri di waktu Arab Saudi kala menunjukkan tanggal 3 Mei juga di hari Rabu. Muslim dan muslimah di seluruh dunia bersama merayakan hari kemenangan, bertakbir bersama, silahturahmi, saling kunjung, social gathering, pada momen hari dan tanggal yang sama. Imajinasi itu lahir begitu saja setelah mengalami berkali- kali dua versi lebaran dalam dua hari yang berbeda. Di tahun 2023, ketika berbuka puasa di hari ke 29, kita tahu Muhammadiyah sudah memutuskan hari raya Idul Fitri esok hari (Jumat, 21 April 2023). Sementara yang lain, di hari buka puasa ke 29 itu, masih belum pasti, apakah Kementrian Agama melalui sidang isbat akan juga memutuskan hari Raya di hari yang sama, jumat 21 April 2023, ataukah Sabtu 22 April 2023? Akhirnya selesai magrib diketahui Kementrian Agama Indonesia memutuskan melalui sidang isbat, hari raya Idul Fitri berbeda dengan versi Muhammadiyah. Sidang Isbat memutuskan hari raya Idul Fitri 2023 jatuh di hari Sabtu 22 April 2023. -000- Perasaan saya bercampur- campur setiap kali menyaksikan perayaan hari raya Idul Fitri di Indonesia dalam dua versi, dalam dua hari yang berbeda. Satu sisi, ada rasa bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan melaksanakan hari raya. Sisi lain ada rasa prihatin. Dunia Islam sudah berusia 1500 tahun. Apa iya di era global dan manusia sudah menciptakan artificial intelligence seperti sekarang, tapi dunia muslim ini belum berhasil menciptakan sistem kalender global bersama agar bisa merayakan Idul Fitri di tanggal dan hari yang sama? Terenyuh saya mendengar kabar satu keluarga di pamekasan, Jawa Timur. Akbar merayakan Idul Fitri hari ini karena ia warga Muhammadiyah. Tapi ia tak bisa sepenuhnya gembira bersama keluarga dan anak dan orang tuanya. Itu karena istrinya Akbar warga NU tulen. Ia tak merayakan Idul Fitri bersamanya. Istrinya ikut hari raya versi NU (dan pemerintah) di esok harinya. Hari itu Akbar juga tak bisa silahturahmi lebaran ke Ayah kandungnya, karena Ayahnya juga warga NU. Akbar dan istri dan Ayahnya memang berlapang dada menerima perbedaan itu. Bukankah berbeda hari untuk lebaran sudah terjadi beberapa kali. Tapi pasti pula menyelinap di lubuk hati. Kebahagiaan mereka akan lebih total jika bisa merayakan hari lebaran bersama satu keluarga: ayah, ibu, suami, istri, anak dan tetangga. Yang mengalami situasi seperti Akbar ini banyak sekali di Indonesia. Hal yang sama terjadi pada dunia muslim di seluruh kawasan. Muslim di Arab Saudi dan Amerika Serikat merayakan Idul Fitri di hari Jumat 21 April 2023. Tapi Muslim di Malaysia dan Australia merayakan Idul Fitri di hari sabtu, tanggal 22 April 2023. Kita bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan itu. Tapi sekaligus juga prihatin atas perbedaan waktu tersebut. Perlukah dan mungkinkah suatu hari kelak umat Islam di seluruh dunia mengembangkan kalender hijriah global, sehingga jauh lebih cepat mengetahui, dan bisa bersama di tanggal dan hari yang sama merayakan Idul Fitri? -000- Jawaban sederhananya sebagai berikut. Secara keilmuan di era sekarang sangat mudah membuat kalender bersama secara global bagi seluruh umat Islam di muka bumi. Sangat mudah sekali untuk mengetahui kapan hilal di muka bumi ini muncul sebagai syarat datangnya 1 syawal, hari raya Idul Fitri. Bukankah jadwal sholat di seluruh dunia juga bisa dan sudah disusun dengan mudahnya? Kapan jadwal sholat di Arab, di Cina dan di Indonesia bisa ditentukan hingga angka jam, menit dan detik, untuk bulan depan misalnya. Bukankah jadwal sholat jumat di seluruh dunia, kawasan muslim bisa bersepakat menyelenggarakannya di hari yang sama, hari jumat waktu setempat? Ilmu pengetahuan sudah sampai di tahap itu. Bahkan kapan akan terjadi gerhana matahari 50 tahun mendatang, ilmu pengetahuan bisa menghitungnya dengan presisi yang tinggi. Dapat diketahui pula di daerah mana gerhana matahari 50 tahun mendatang bisa dilihat. Cukup kita ketik saja di Google. Kurang dari satu menit, Google memberi tahu. Bahwa gerhana total matahari di tahun 2073, lima puluh tahun dari sekarang, akan terjadi di tanggal 21-22 Febuari. Lengkap pula dituliskan di negara mana total gerhana matahari itu bisa dilihat. Soal belum adanya kalender global hijriah disebabkan bukan di level ilmu pengetahuan. Tapi itu ada di level pilihan interpretasi aturan, dan di level ego nasionalisme, atau ego organisasi kemasyarakatan. Padahal semua perbedaan itu berangkat dari aturan yang sama, hadis Nabi Muhammad: “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari\". Masalahnya bagaimana cara melihat hilal itu? Haruskah dengan mata telanjang? Atau bisa dibantu oleh teknologi supercanggih seperti teleskop dan satelit? Dengan datangnya ilmu pemgetahuan, yang di era hidup Nabi ilmu itu belum ada, bolehkah hilal itu dihitung secara kalkulasi matematis dan astronomis saja? Bukankah secara keilmuan gerak benda alam raya hingga 50 tahun ke depan sudah bisa diketahui? Bisakah diterapkan apa yang disebut dengan transfer imkan rukyat? keterlihatan atau kemungkinan terlihat hilal di suatu tempat di muka bumi diberlakukan (ditransfer) ke seluruh dunia? Bisakah bumi secara keseluruhan dilihat sebagai satu kesatuan matlak (zona waktu saja)? Bumi sebagai satu matlak, sehingga apabila di suatu tempat di mana pun di muka bumi telah terjadi imkan rukyat, sudah terlihat hilal, maka itu dipandang berlaku bagi seluruh kawasan muka bumi? Upaya merumuskan kalender global bersama umat Islam sudah diserukan sejak puluhan tahun lalu. Di tahun 1958, seorang ahli hadis sangat terkemuka dari Mesir bernama Ahmad Muhammad Syäkir sudah menyatakannya. Ia hidup di tahun 1866-1939 M. Menurut Syakir, memiliki kalender global bersama bagi umat Islam di seluruh dunia adalah keharusan. Bukan saja kalender itu berguna secara sosial tapi juga memiliki implikasi hukum Islam sendiri. Antara lain, kalender itu bisa menentukan secara global agar awal dan akhir ramadan di seluruh dunia jatuh di tanggal dan hari yang sama. Tidak seperti sekarang yang jatuhnya hari Idul Fitri di hari yang berbeda. Pandangan ini juga bersandar pada hadis Nabi: \"Puasa itu adalah pada hari [semua] kamu berpuasa, dan idulfitri itu adalah pada hari [semua] kamu beridulfitri, dan iduladha itu adalah pada hari [semua] kamu beriduladha\". Hadis ini mengandaikan ada satu waktu ibadah yang sama untuk seluruh dunia. Namun waktu yang sama hanya bisa dirumuskan jika umat islam memiliki kalender hijriah global yang juga sama. -000- Berbagai pertemuan internasional sudah dilakukan untuk menyusun kalender global hijriah umat Islam. Beberapa pertemuan penting bisa dicatat. Tahub 2016 Badan Urusan Agama Republik Turki menyelenggarakan Seminar Internasional Penyatuan Kalender Hijriyah. Sudah ada pertemuan di tingkat menteri negara yang mayoritasnya muslim dalam rangka kalender global bersama. Juga pertemuan ahli falak dunia muslim beberapa kali dibuat untuk keperluan tersebut. Kalender global bersama umat Islam dunia hanya mungkin terjadi jika disepakatinya lima prinsip ini. (1) Pertama, diubahnya prinsip rukyat lokal menjadi rukyat global (Transfer Imkan Rukyat). Rukyat adalah melihat hilal atau bulan baru di ufuk, dengan menggunakan mata kepala secara langsung atau menggunakan alat bantu seperti teropong. Selama ini, di dunia muslim hanya berlaku rukat teritori, misalnya per negara saja. Dengan sendiri, dengan metode rukyat lokal, tak akan pernah terjadi kesamaan waktu idul fitri. Rukyat di Indonesia pasti berbeda dengan rukyat di Arab Saudi, misalnya. Karena dunia sudah menjadi satu, maka perlu diterapkan bersama rukyat global. Artinya, rukyat yang terjadi di satu tempat, ditransfer juga menjadi rukyat di tempat lain. Kedua, kesatuan matlak bagi seluruh dunia. Matlak itu istilah (terminologi) bagi permulaan terbitnya hilal (bulan sabit) untuk menentukan awal Ramadhan. Ia juga digunakan sebagai tanda berakhirnya pelaksanaan ibadah tersebut. Apabila di suatu tempat di mana pun di muka bumi telah terjadi imkan rukyat, hilal sudah terlihat, maka itu dipandang berlaku bagi seluruh kawasan di muka bumi. Ketiga, karena yang akan dicari bukan lagi waktu lokal per negara, tapi waktu global, maka melihat hilal diubah dari melihat dengan mata telanjang menuju melihat dengan perhitungan matematika dan astronomi. Zaman sudah berubah. Karena sudah sangat maju, ilmu pengetahuan lebih bisa melihat dan memprediksi pergerakan benda langit ketimbang mata telanjang. Ini yang disebut hisab. Itu perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Keempat, dunia muslim juga perlu menerima apa yang disebut Garis Tanggal Internasional. Garis Tanggal Internasional memang hanya garis imajiner buatan manusia. Ia sama sama sekali tidak berlandaskan benda-benda langit ataupun rotasi bumi. Tapi Garis imajiner itu diperlukan untuk pembentukan awal sebuah hari. Ia juga berperan besar menyatukan seluruh dunia pada satu tanggal dari kalender Gregorian. Kalender Gregorian itu juga menjadi dasar dari kalender masehi yang luas dipakai di dunia, termasuk di Indonesia. Kelima, empat prinsip di atas adalah prinsip keilmuan untuk membentuk kalender hijriah global. Namun empat prinsip itu berhenti di atas kertas saja. Agar prinsip itu berlaku, ia perlu disetujui dan dipraktekan serentak di beberapa negara mayoritas Muslim yang penting. Misalnya, organisasi muslim besar dunia di Arab Saudi, Iran, Mesir, Indonesia, Malaysia, Tunisia, menyetujui dan langsung menerapkannya bagi komunitas di negara masing- masing. Secara perlahan, komunitas muslim di seluruh dunia akan mengikuti. -000- Terciptanya kalender global hijriah akan menjadi perkembangan penting dunia muslim. Selama 15 abad berdiri, umat Islam saatnya memiliki kalender hijriah global yang sama. Dunia sudah menjadi global. Tak hanya diperlukan cara berpikir global, tapi juga waktu global yang sama. Saat itu, kita tak lagi terenyuh melihat keluarga seperti keluarga Akbar di Jawa Timur. Di era kalender global hijriah itu nanti, siapapun, dengan kekasihnya, suaminya, istrinya, orang tuanya, anaknya, tak lagi merayakan Idul Fitri di hari yang berbeda. *** 21 April 2022 CATATAN 1. Prinsip Kalender Hijriah Global https://pusattarjih.uad.ac.id/prinsip-prinsip-kalender-islam-global-menurut-prof-syamsul-anwar/
Prabowo Melemah, Anies Menguat
Oleh M Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan SETELAH di \"pehape\" Jokowi bahwa Prabowo didukung, menggelinding kekuatan politik baru dengan sebutan Koalisi Besar terdiri dari Gerindra, PKB, PKB, Golkar, PPP dan PAN. Prabowo sumringah sebagai Capres dan Jokowi menjadi sentral figur Godfather. PDIP menyatakan siap bergabung asal Capres koalisi dari PDIP. Tentu Prabowo tersenyum dengan \"tekanan\" ini. Ia telah sukses memenangkan posisi bahkan mungkin isu awal Prabowo-Puan akan bisa menjadi kenyataan. Bayangan hebat koalisi super besar akan terbentuk siap menghadapi siapapun, termasuk Anies Baswedan. Ganjar sudah dinilai nyungsep. Tiba-tiba kejutan terjadi. Di Istana Batu Tulis Megawati mengumumkan bahwa Capres yang didukung PDIP adalah Ganjar Pranowo, figur yang selama ini dikecam dan disisihkan. Jokowi dengan terbirit-birit harus menghadiri pengumuman ini. Megawati mengambil alih posisi seperti sedang berkata \"I\'m gonna make him an offer he can\'t refuse\"--aku akan memberi tawaran padanya dan ia tidak bisa menolak. Ucapan Don Corleone dalam \"The Godfather\" itu tentu membuat sang petugas partai Jokowi tergopoh-gopoh. Akibat lainnya adalah Prabowo menjadi bingung atas sikap Jokowi yang dengan cepat berpindah ke lain hati. Memang ia masih banyak kaki. Kini perkataan Don Corleone lain mungkin pas \"I know it was you, Fredo. You break my heart. You break my heart\". Sang Capres Prabowo akan melemah dengan pengumuman Ketum PDIP yang dihadiri Jokowi tentang dukungan Capres Ganjar Pranowo. Koalisi Besar nya besar kemungkinan berantakan. Konstelasi dengan cepat berubah. Megawati mungkin juga sedang berkata \"just when i think i\'m out, they pull me back in\"--tepat saya berfikir saya keluar, tapi mereka menariknya kembali. Prabowo bingung, pusing dan harus berfikir ulang. Akankah nekad ngotot untuk maju sebagai Capres dengan bayang bayang membuat rekor kekalahan terbanyak sepanjang sejarah. Berpasangan dengan Cak Imin. Atau siap menjadi Cawapres Ganjar Pranowo untuk mengenang Perjanjian Baru Tulis terdahulu? Ini adalah pilihan sulit. Persoalan berbeda dengan Batu Tulis terdahulu dimana Capres adalah Megawati sendiri sedangkan kini harus dengan Ganjar Pranowo yang dalam survey-survey, meski abal abal, selalu berada di bawah Prabowo. Tampaknya, mengingat karakter Prabowo yang biasa inkonsisten yaitu galak di awal dan lembek di akhir, sangat mungkin ia akan siap menjadi Cawapres Ganjar. Untuk melawan Anies Baswedan. Dengan adanya dukungan pada Ganjar Pranowo, sebenarnya justru posisi Anies Baswedan sebagai lawan politik akan semakin menguat. Jika pertarungan terbelah antara \"istana\" dan \"rakyat\" maka peluang rakyat untuk menang menjadi lebih besar. Perbandingan kualifikasi kepantasan menjadi Presiden Anies Baswedan jauh lebih unggul. Tantangan Anies Baswedan kini adalah kemampuan untuk meningkatkan dan memperbesar gumpalan dari sekedar koalisi antar partai politik menjadi koalisi rakyat untuk perubahan. Status quo Ganjar-Prabowo terpaksa harus berhadapan dengan semangat rakyat untuk perubahan politik atas rezim Jokowi yang korup, kolusif dan nepotis. Bandung, 22 April 2023
Ganjar Terbilang Prabowo Hilang?
Oleh Smith Alhadar - Penasihat Institute for Democracy Education (IDe) PADA Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan jamaah Muhammadiyah, 21 April, Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri -- yang merupakan keluarga Muhammadiyah -- mengumumkan bakal capresnya: Ganjar Pranowo! Para kader PDI-P se-Indonesia, khususnya Presiden Jokowi ikut hadir pada acara yang dramatis itu. Tentu saja Idul Fitri sengaja dipilih untuk sekalian rakyat merayakan penominasian Gubernur Jateng itu sebagai kepala capres. Memang tidak masuk akal PDI-P mengabaikan kadernya yang memilki elektabilitas tinggi. Menurut hasil jajak pendapat lembaga survei Polmarck terkini, elektabilitas Ganjar yang tertinggi (23%), Prabowo Subianto 17%, dan Anies Baswedan 14%. Semua angka ini saya bulatkan. Pencapresan Ganjar oleh PDI-P tentu saja berdampak besar. Pasti konstelasi koalisi berubah, terutama terkait koalisi besar (Golkar, Gerindra, PKB, PAN, PPP). Koalisi ini diinisiasi Jokowi tanpa mengundang PDI-P. Ketika diluncurkan beberapa hari lalu, Prabowo diniatkan sebagai bacapres koalisi besar. Sebelum Ganjar dideklarasikan siang ini, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani melakukan safari politik ke parpol-parpol di koalisi besar. Tidak jelas apakah ketika itu PDI-P telah menyodorkan Ganjar sebagai bacapresnya. Tetapi kita tidak mendengar respons positif dari koalisi besar terhadap safari Puan. Bisa jadi waktu itu PDI-P menawarkan Puan sebagai bacapresnya, yang elektabilitasnya rendah. Karena tidak diminati parpol lain, PDI-P dipaksa merespons realitas politik secara masuk akal terkait pilpres. Yang berdampak besar terhadap pencapresan Ganjar adalah bacapres Prabowo. Sudah jauh-jaauh hari Gerindra di bawah kepemimpinan Prabowo dan PKB pimpinan Muhaimin Iskandar telah berkomitmen secara lisan untuk membangun koalisi di mana diperkirakan Prabowo sebagai bacapres dan Cak Imin sebagai bacawapres. Dari sisi elektabilitas, Gerindra memang lebih tinggi daripada PKB. Bagaimanapun, koalisi yang mereka sebut \"Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya\" (KKIR) sangat mungkin merupakan siasat Cak Imin untuk menarik parpol lain bergabung. Kalau KKIR tidak laku, PKB bisa melompat ke tempat lain. Maka ketika PDI-P menjadikan Ganjar sebagai bacapres, akan masuk akal kalau PKB bergabung ke PDI-P. Pencapresan Ganjar juga memunculkan pertanyaan tentang kelangsungan koalisi besar, apalgi Jokowi kini telah berbalik mndukung PDI-P dengan Ganjar sebagai bacapres. Koalisi besar merupakan gabungan KKIR dan Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB (Golkar, PAN, PPP). Kalau PKB bergabung dengan PDI-P, besar kemungkinan KIB juga akan merapat ke sana. Di atas kertas, Ganjar berpeluang lbh besar untuk menang ketimbang Prabowo. Lagi pula, koalisi besar belum terbentuk secara resmi. Ia juga blm memiliki bacapres ataupun bacawapres. Dus, logis kalau KIB dan PKB bergabung dengan PDI-P. Bahkan karena PDIP sangat butuh suara Nahflyin, sangat mungkin Cak Imin akan dipilih sebagai bacawapres. KIB tak punya pilihan lebih rasional daripada ikut PDI-P bersama PKB untuk membangun koalisi kalau tidak tertarik bergabung dengan KPP. Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP (Nasdem, Demokrat, PKS) akan stabil karena komitmen mereka sudah sangat jauh dan pasti juga mereka telah mengantisipasi kemungkinan Ganjar menjadi kompetitor Anies. Kalau prediksi saya tidak meleset bahwa koalisi besar (tanpa Gerindra) akan bergabung dengan PDI-P, timbul pertanyaan ke mana Gerindra-Prabowo, yang telah ditinggal sendirian, akan berlabuh? Tidak mngkin Gerindra bergabung dengan KPP kalau syaratnya Prabowo menjadi bakal cawapres karena KPP telah punya bacapres dan \"bacawapres\". Sulit jjuga Gerindra-Prabowo bergabung dengan koalisi baru pimpinan PDI-P untuk alasan yang sama karena mereka telah punya pasangan pasti: Ganjar Muhaimin/Airlangga Hartarto. Dengan demikian, mungkin untuk ke sekian kalinya Prabowo menemukan dirinya kurang beruntung. Selalu saja ia ditinggalkan oleh orang-orang yang dia percayai. Pasalnya, Prabowo suka lupa pada hukum besi politik bahwa \"tidak ada kawan yang abadi kecuali kepentingan.\" Bagaimanpun, Prabowo jangan pernah meninggalkan pendukungnya yang ia janjikan akan timbul tenggelam bersama mereka. Kini tiidak ada yang lebih penting bagi Prabowo kecuali menyadari \"I\'m the past\". Kuburkan saja mimpi lama menjadi presiden. Prabowo lebih dikenal sebagai tokoh paling berhasil dalam perannya sebagai king maker. Kalau bergabung dengan koalisi baru pimpinan PDI-P, peran Gerindra akan dipandang kurang signifikan ketika di sana sudah ada Golkar, PKB, PAN, dan PPP. Kalau ia bergabung dengan KPP, bukan saja Prabowo pulang kandang yang akan disambut pendukungnya yang dulu ia kecewakan, tapi juga ia akan dilihat sebagai \"king maker\". Pasalnya, Gerindra adalah parpol terbesar kedua setelah PDI-P. Bergabungnya Gerindra ke dalam KPP akan memberikan insentif elektoral yang sangat signifikan bagi Anies dan pasangannya. Kalau nanti capres-cawapres KPP menang -- peluang menangnya cukup besar -- Gerindra akan dapat kue lebih besar di pemerintahan Anies. Dus, pilih menjadi perunggu di koalisi pimpinan PDI-P atau menjadi emas di KPP. Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin. Tangsel, 21 April 2023
Habis Terang Terbitlah Gelap
Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih HABIS gelap terbitlah terang : konon menceritakan perjuangan Kartini menggapai hak yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Lain zaman lain ceritanya , \"habis terang terbitlah gelap\" adalah cerita setelah UUD 45 diganti dengan UUD 2002. Realitas amandemen yang hanya mempertimbangkan berdasar logika politik berbasis filsafat dan ideologi liberal. Negara menjadi gelap gulita terjadinya inkonsistensi dan inkoherensi atau ketidak runtutan dalam UUD 2002. Negara kebangsaan sebagai norma fundamental dalam pembukaan UUD 45 berubah menjadi negara kontrak sosial. Terbaca dengan jelas alurnya pada psl 1 UUD 2002, negara kesatuan yang berbentuk republik dalam jabaran pasal pasalnya tidak merupakan derivasi dari \"staatsfundamentalnorm\". Termuat antara lain menyimpang pada pasal 18 tentang otonomi daerah. Pada pasal 22 C dan 22 D, terdapat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) jelas menggunakan asas ideologi liberal- federalisme, sama sekali tidak menggambarkan negara kebangsaan Indonesia, berbentuk Republik Persatuan. Yang pada hakekatnya tersusun atas elemen elemen seluruh bangsa. Sementara DPD tidak memiliki kekuasaan legislasi, anggaran maupun pengawasan, hanya sebagai badan komplementer tidak memiliki original power, mustahil bisa menyuarakan aspirasi daerah . Negara terdiri dari ribuan pulau, macam macam suku bangsa, adat istiadat, agama , golongan dan unsur lainnya termarjinalkan. Dasar filosofi negara pada pasal 1 ayat 1 UUD 45 berbunyi: \"Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang bentuk Republik\" sebagai kajian hermeneutika para pendiri bangsa dihancurkan. Konsep negara integralistik , negara tidak memihak pada golongan paling kuat tetapi menjamin keselamatan hidup bangsa secara keseluruhan dan tidak dipisah pisahkan, dibabat habis dan diporakporandakan. Negara kesatuan bukan merupakan kesatuan negara bagian (federasi) melainkan kesatuan keseluruhan unsur negara yang bersifat fundamental. Basis ontologis negara kesatuan adalah merupakan kodrat dari Tuhan YME. Negara bekerja demi kepentingan seluruh rakyat. Logis dari faham bahwa \"negara adalah masyarakat itu sendiri\" dan faham bahwa antara negara dan masyarakat terdapat relasi hierarki neo genetik. \"Negara dari konsep yang terang menjadi gelap\" adalah dampak hasil amandemen UUD 45 menjadi UUD 2002, negara dipaksakan diimplementasikan dalam ketatanegaraan Indonesia menjadi model \"bentuk negara federal dan mendasarkan pada filsafat kapitalis dan liberalisme. \"Perubahan Pasal UUD 45 pada amandemen 1 sampai 4 - hakekatnya merubah UUD 45 menjadi UUD 2002\". Pada Amandemen ke 4 MPR dicabut nyawanya, tersisa satu sukmanya sebagai pelengkap, disisakan hanya ikut mengesahkan UU. \"95 % pasal UUD 45 sudah di rubah - isi perubahan negara menjadi negara kapitalis dan esensi Pancasila sudah lenyap sekalipun masih tercantum dalam Pembukaan UUD 2002\" Rezim saat ini sudah tidak boleh berlindung, menipu dan melakukan pembobolan kepada rakyat dengan menyatakan negara berdasarkan UUD 45 tetapi harus menyebutkan bahwa negera saat ini berdasarkan UUD 2002. Kalau tidak disadari dengan sungguh-sungguh keadaan perubahan negara yang telah menyimpang dari UUD 45 dan tidak segera kembali ke UUD 45 negara Indonesia benar akan gelap gulita. (*)