NASIONAL

Satgas Beri Penghargaan kepada Para Pejuang Penanganan COVID-19

Jakarta, FNN - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 memberikan penghargaan kepada para pejuang penanganan COVID-19 pada momentum peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia, berkat jasanya yang terus berjibaku melawan pandemi selama 17 bulan terakhir ini. Mereka yang mendapat penghargaan itu meliputi tenaga kesehatan, relawan, duta perubahan perilaku, dan tenaga pendukung lain. Penghargaan diberikan secara simbolis kepada perwakilan profesi tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat, radiologi, ahli teknologi laboratorium medis (ATLM), dan apoteker. "Atas nama BNPB dan Satgas Penanganan COVID-19, saya ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas peran aktif dan kerja keras yang diberikan para pejuang kemanusiaan," ujar Ketua Satgas COVID-19 Ganip Warsito dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa. Kesepuluh perwakilan tenaga kesehatan tersebut yakni dr Fathiyah Isbaniah SpP, dr Mariya Mubarika, Ilona Veronika Munte dan Suwandi (perawat), Firdha Adila Syuhada dan Rizky Kahar (radiologi), Agung Prasetyo dan Mujitahid Muhadli (ATLM), serta Sevty Sera dan Gina Arifah (apoteker). Ganip mengapresiasi dan berterimakasih atas segala kerja keras dan pantang menyerah dalam mengatasi pandemi COVID-19 di Tanah Air. Menurutnya, pandemi belumlah berakhir maka diperlukan solidaritas dan kesadaran bersama dalam mengakhirinya. "Marilah kita perkuat dan tingkatkan soliditas serta dedikasi nyata dalam perjuangan melawan pandemi COVID-19 sesuai peran dan fungsi masing-masing dan menjadi contoh dalam menjaga disiplin melaksanakan protokol kesehatan di masyarakat," kata dia. Ganip menambahkan penanganan pandemi COVID-19 harus dilakukan dengan strategi perang dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Dia menyerukan perlunya seluruh elemen bangsa bersatu padu sebagaimana para pejuang merebut kemerdekaan Indonesia. "Peringatan kemerdekaan Republik Indonesia merupakan momen yang tepat untuk kita semua menghargai jasa para pahlawan, dan di masa sekarang menghargai para pejuang penanganan COVID-19 yang berjuang membebaskan kita semua dari pandemi," kata dia. Para penerima penghargaan akan mendapatkan sertifikat dan pin Pejuang Penanganan COVID-19. Acara pemberian penghargaan secara simbolis tersebut juga dihadiri oleh pada ketua asosiasi profesi tenaga kesehatan, perwakilan relawan dan duta perubahan secara daring melalui aplikasi Zoom. (mth)

Sejarawan UI Minta Pemimpin Nasional Sering Berdialog dengan Berbagai Lapisan Masyarakat

Jakarta, FNN - Berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 diharapkan tidak terulang kembali. Agar tidak terulang, pemimpin nasional harus sering berdialog dengan berbagai tokoh dan lapisan masyarakat. “Dialog tersebut itu jugalah yang selalu dilakukan para tokoh bangsa. (Pemimpin) tidak mengedepankan kebijakan yang sifatnya menekan,” kata sejarawan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Didik Pradjoko dalam webiner yang ditayangkan FNN TV Youtube Channel, Senin malam. Dia menegaskan, sejarah tidak terulang. Akan tetapi, pola sejarahnya yang bisa berulang. Misalnya, korban revolusi 1945-1949 yang kabarnya mencapai 500.000 orang, baik meninggal karena dibunuh, kelaparan, kemiskinan dan lainnya. Kemudian, pola itu terulang lagi pada tahun 1965, yaitu pada tragedi Gerakan 30 September PKI (G-30S-PKI). Sejarah itu adalah guru kehidupan. Karena itu perbanyaklah belajar sejarah. Ia menegaskan, dengan membaca sejarah, maka sejarah akan terulagg, tetapi bukan peristiwanya. Pola-polanya bisa terulang. Misalnya, pada abad ke-19 terjadi gejolak petani di Pulau Jawa. Gejolak terbesar terjadi pada tahun 1818 oleh petani di Cilegon. Gejolak tersebut terjadi akibat kebijakan kolonial yang sudah mencapai puncaknya. Tahun 1950-an Indonesia menghadapi situasi yang hampir mirip dengan awal-awal proklamasi. Masih menyisakan revolusi, sehingga muncul pemberontakan di beberapa daerah. Apa yang terjadi tahun 1957, misalnya, berhimpitan dengan masalah Irian Barat (sekarang Papua). Menghadapi berbagai gejolak itu, Soekarno melakukan langkah persuasif dengan mengumpulkan tokoh-tokoh di daerah dan tokoh militer. Tahun 1957, Bung Karno bertanya kepada tokoh-tokoh, adakah ada peristiwa yang bisa dijadikan semacam refleksi tentang pentingnya persatuan dan kesatuan. Ternyata ada, 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda. “Kongres Pemuda pertama kali diperingati di Istana Negara. Harapannya, agar kelompok yang berseteru bersatu kembali. Tahun 1957 diangkat momentum untuk kesatuan bangsa. Gejolak tahun 1950-an terjadi juga di masa orba (orde baru). Juga awal reformasi. Bisa gunakan peristiwa sejarah jadi pelajaran. Sejarah sangat diperlukan untuk menerangi masa lalu. Rekonstruksi masa lalu,” jelasnya. Definisi sejarah banyak. Salah satu definisi tentang sejarah adalah buku sejarah. “Buku sejarah itulah sejarah. Karena buku sejarah itu ada kaidah ilmiah, kajian akademik sehingga validitas buku bisa terjamin. Sejarah ditulis dari data fakta yang benar, meski ada penafsiran berbeda,” kata Didik dalam webiner bertema, “Makna Kemerdekaan Pada Saat Pandemi Covid-19.” Dalam webiner yang dikemas dalam, “Indonesia Journalist Forum” itu, Didik mengatakan, sejak masuknya penjajah ke Indonesia, sudah ada benturan, hegemoni, perebutan rempah-rempah. Jangan sekali meninggalkan sejarah dan melupakan sejarah. Ia meningatkan masyarakat, utama generasi muda betapa perlunya mempelajari dan memahami sejarah. Masa penjajahan beberapa abad lalu sampai menjelang kemerdekaan 1945 kita lihat suatu ketimpangan dan diskriminasi penjajah kepada yang dijajahnya. Menimbulkan ketidakpuasan, ada perlawanan. Masa lalu, Sejak Sultan Babullan Ternate, Sultan Aceh, Sultan Demak, dan Raja Mataram Islam melakukan perjuangan melawan ketidakadilan, terutama monopoli pedagangan yang dipaksakan penjajah bangsa Eropa. Periode abad 19 sampai awal abad 20 terjadi ekspoloitasi penjajah terhadap tenaga manusia, tenaga kerja, perkebunan, ada tanam paksa. Menguras sumber daya alam dan sumber daya manusia utuk kepentingan negara jajahan. Timbulkan ketidakadilan dan pribumi melakukan perlawanan. Awal abad 20 ada Bung Karno,M. Hatta, Syahril, Agus Salim, Ahmad Dahlan, Hasim Asyari. Mereka berjuang bersama bersuara tentang kolonialisme. Melalui surat kabar dan penerangan dan aktivitas sosoial bersuara melawan kolonialsme . (FNN/MD).

Jokowi Diminta Segera Hentikan Buzzer

Jakarta, (FNN) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta segera menghentikan buzzer melalui orang yang memeliharanya. Sebab, jika buzzer disetop, berarti Jokowi menginginkan perubahan. Ulah para buzzer jelas dapatt merusak persatuan dan kesatuan, karena selalu mengadu-domba sesama anak bangsa. Permintaan tersebut disampaikan Yusuf Muhammad Martak dalam webiner yang diselenggarakan FTNN TV Youtube Channel, Senin, 16 Agustus 2021 malam. Pada acara yang dikemas dalam, “Indonesia Journalist Forum” itu, Yusuf Martak berbicara sebagai keponakan yang menghibahkan rumah tempat Bung Karno dan Hatta membacakan teks proklamasi 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Sekarang, di tempat tersebut berdiri Tugu Proklamasi, dan berubah menjadi Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat. “Saya tahu persis siapa memelihara buzzer. Saya tahu siapa yang pelihara DS, AM, AB, karena saya beberapa kali melihat mereka di sekitar ring satu. Buzzer saja belum bisa dihentikan, bagaimana dikatakan merdeka,” kata Martak dalam webiner bertema, “Makna Merdeka Pada Saat Pandemi Covid-19.” DS, AM dan AB mengacu kepada nama Deny Siregar, Ade Armando dan Abu Djanda. “Kita singkirkan buzzer setan. Sengaja dilindungi. Mereka dipelihari aparat. Beberapa kali saya ketemu. Jangan ada kebohongan demi kebohongan,” katanya dalam webiner yang dipandu Pemimpin Redaksi FNN, Mangarahon Dongoran. Martak yang juga Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama mengharapkan dan menghimbau agar genarasi muda jangan hanya belajar dan mendengarkan sejarah dari medsos (media sosial) dan buzzer. “Belajarlah kepada orang yang menguasai sejarah dan buku sejarah. Ini (Indonesia) bukan negara main-main. Bukan negara buzzer yang kerjanya saling jatuhkan adu domba suku dengan suku dan agama dengan agama. Ini salah fatal,” katanya. Mengenai makna Hari Ulang Tahun ke-76 RI, Martak mengaku sedih melihatnya. Sebab, perayaan sekarang lebih pada simbolik. Tidak seperti perayaan semasa dia kecil dan masih muda. “Tiga empat hari lalu di depan rumah saya dipasang lampion tanda perayaan kemerdekaan. Tiba-tiba saya merasa sedih, karena tidak seperti waktu saya kecil dan muda, 17 Agustus dirayakan secara tulus. Rasanya sekarang cuma simbolik. Dulu benar-benar semarak,” ujarnya. Menurut pendapatnya, merdeka itu beradaulat, berdikari (berdiri di aas kaki sendiri), berjuang tanpa menggantungkan pada negara lain. Merdeka juga berarti bisa mengatasi segala masalah tanpa libatkan bangsa lain. Akan tetapi, tampaknya sudah bergeser jauh. Realita, jika lihat ke belakang, sejarah orang tua kita, berbeda orang tua, bapak yang hadir di zoom meeting dan dengar berbeda. Ia menceritakan secara singkat mengapa rumah keluarga Martak dihibahkan kepada Bung Karno dan kemudian ke negara. Antara Bung Karno dan keluarga Martak terjalin persahabatan yang erat. Pada awalnya, di pengasingan Bung Karno menderita sakit. Sakit yang sangat berat sekali. “Karena kedekatan keluarga Martak, yaitu paman saya langsung Faradj bin Said bin Awadh Martak adik kandung bapak saya Muhammad bin Said bin Awadh Martak, yang sangat cintai Bung Karno bahkan keluarganya. Jadi kalau mencintai Bung Karno pasti cintai merah putih negara RI. Saya sebagai turunan orangtua, paman saya berjuang untuk kemerdekaan dan kelangsungan negara,” ucapnya. Oleh karena perjuangan orangtua dan paman yang begitu hebat terhadap Indonesia, maka jangan coba-coba mem-framing dan memprovokasi saya sebagai orang yang begini dan begitu dengan tuduhan macam-macam. Kembali ke hubungan keluarga Martak dengan Bug Karno, ia menyebutkan ketika proklamator itu sakit berat, keluarganya membawa obat dan memberikan kepada Soekarno. Keluarga Martak seakan merawatnya. Kesehatan Bung Karno pulih menjelang pembacaan proklamasi. Menurut cerita yang ia peroleh, awalnya teks proklamasi itu akan dibacakan di lapangan Ikada sekarang Monas (Monumen Nasional). Akan tetapi, tiba-tiba dengan hati nurani dan panggilan jiwa nasionalisme yang sangat tinggi dari paman saya, ia sampaikan ke Bung Karno, “Saya tidak sejutu kalau fakta atau teks proklamasi negara yang besar ini dibacakan di pinggir jalan.” “Akhirnya dibawa ke Jalan Pegangsaan Timur 56. Bukan rumah kosong, tetapi rumah tinggal, dan keluarga sedang ada semua di dalam. “Saya keturunan Arab. Akan tetapi, belakangan sering ada tuduhan, keturunan Arab tidak punya jasa pada Indonesia. Ini terjadi karena ada fitnah antara suku yang satu dengan suku yang lain. Ironi!” katanya. Ada yang mencoba memutus atau menghilangkan sejarah seolah Arab sama sekali tidak mempunyai jasa dan dianggap asing. “Kalau sejarah saja sudah diputarbailkan bagaimana keturunan atau generasi mendatang mengetahui sejarah,” ujarnya. Sebagai bukti bahwa keluarga Martak menghibahkan rumah dan lahan itu, pada 14 Agustus 1950 pemerintah memberikan penghargaan yang disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan, Ir. Mananti Sitompul. Penghargaan itu diberikan sebagai ucapan terimakasih pemerintah atas hibah rumah kepada Bung Karno dan kepada negara. Menurut Martak, setelah pembacaan teks proklamasi, pamannya kurang puas jika hanya meminjamkan rumah. Jika hanya meminjamkan, seolah tidak ada sejarah kepada bangsa dan negara, serta keluarga. Cerita yang saya dengar, keluarga berunding. “Mereka ikhlas dan tulus keluar dari rumah itu dan diberikan kepada negara,” katanya. Ia kemudian membacakan surat yang ditulis Bung Karno pada 1953 kepada Bapak Faradj Martak “Saya ucapkan banyak terimakasih atas kiriman saudara madu arab yang baik sekali buat kesehatan saya karena saya menderita sedikit sakit beri-beri, muntah. Anggap madu itu baik sekali buat saya, di samping vitamin B3,” kata Martak yang membacakan surat yang ditandatangani Bung Karno itu. Alhamdulullah, sebagai generai kedua keluarga Martak, saya merasa bangga telah berbuat pada negara tanpa merongrong engara, tanpa ambil satu rupiah, satu sen pun korupsi. Alhamdulilah orang tua memberi contoh kepada anak turunannya memberi sebelum diberi, hibahkan sebelum mendapatkan hibah. Kalau saya dan keluarga memberi sesuatu kemudian mendapat sesuatu untung besar adalah wajar,” katanya. Jusuf Kalla ketika menjadi Wakil Presiden sempat berbincang dengannya di Tugu Proklamasi itu. Ia mengatakan, Jusuf Kalla sangat menyayangkan rumah yang dihibahkan telah dipugar, tidak lagi sesui aslinya. Mau tahu nilai hibah itu sekarang? “Luas Pegangsaan Timur 56 itu bukan hanya 100 atau 1000 meter per segi. Bisa 10.000 meter per segi. Jika dinilai sekarang, bisa triliunan rupiah,” kata Martak. (FNN/MD).

Presiden Jokowi Kenakan Pakaian Adat Lampung saat Upacara HUT ke-76 RI

Jakarta, FNN - Presiden Joko Widodo memilih untuk mengenakan pakaian adat dari Lampung saat menjadi inspektur Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa. Presiden Jokowi mengenakan baju lengan panjang warna putih dan celana warna senada. Pada bagian pinggang dililitkan sarung khas Lampung warna merah yang ditenun dengan benang emas. Penggunaan sarung di luar celana dengan panjang mencapai lutut. Presiden juga menyematkan selendang merah yang motifnya senada dengan sarung. Di pinggang Presiden, melingkar ikat pinggang merah dengan asesoris lingkaran berwarna emas. Tidak ketinggalan Presiden Jokowi memakai ikat kepala berwarna merah dengan corak kuning. Dengan tetap menjaga protokol kesehatan, Presiden memakai masker putih. Sedangkan Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengenakan busana nasional dengan kain songket. Baju kurung yang dikenakan Ibu Negara berwarna kuning terang dengan kain songket warna senada serta selendang yang ditaruh di bahu kiri. Sedangkan jilbab Ibu Negara juga berwarna kuning, tidak ketinggalan masker berwarna putih. Dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2021 ini Kolonel Pnb. Putu Sucahyadi didapuk menjadi Komandan Upacara. Pria kelahiran Denpasar, 9 Oktober 1977, ini merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1999. Saat ini ia menjabat sebagai Asops Kosekhanudnas II Makassar. Bertindak sebagai Komandan Kompi Paskibraka ialah Kapten Inf. Suryadi Nataatmaja. Saat ini pria lulusan Akademi Militer tahun 2012 tersebut bertugas sebagai Danki Pandu Udara Denpandutaikam Brigif Para Raider 18/2 Kostrad. Adapun bertindak sebagai Perwira Upacara ialah Brigadir Jenderal TNI Novi Helmy Prasetya. Lahir di Bangkalan, 10 November 1971, saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Garnisun Tetap I/Jakarta. Beliau merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1993. Paskibraka 2021 dibagi menjadi dua tim yaitu Tim Indonesia Tangguh yang bertugas untuk mengibarkan Sang Merah Putih di halaman Istana Merdeka pada Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan Tim Indonesia Tumbuh bertugas untuk di Upacara Penurunan Bendera Negara Sang Merah Putih Ardelia Muthia Zahwa yang merupakan perwakilan dari Provinsi Sumatera Utara terpilih sebagai pembawa bendera Merah Putih. Ardelia, kelahiran Tebing Tinggi, 6 Desember 2004, saat ini menempuh pendidikan di SMA Harapan I Medan. Tiga lainnya dari Kelompok 8 yang bertugas untuk mengibarkan bendera ialah Aditya Yogi Susanto sebagai Komandan Kelompok 8 yang mewakili Provinsi Gorontalo, Dika Ambiya Rahman sebagai pembentang bendera yang mewakili Provinsi Jawa Barat, dan Ridho Hadfizar Armadhani sebagai pengerek bendera yang mewakili Provinsi Lampung. (mth)

Puan: Tugas Baca Teks Proklamasi Punya Makna Tersendiri

Jakarta, FNN - Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan tugas sebagai pembaca Teks Proklamasi dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI, Selasa, memiliki makna tersendiri bagi dirinya. "Tugas ini dipercayakan kepada saya terkait posisi selaku Ketua DPR RI. Namun saya termasuk orang yang tidak percaya begitu saja akan sebuah kebetulan belaka, bahwa kakek saya saat itu yang didaulat membacakan Teks Poklamasi dan 76 tahun kemudian cucu perempuannya yang didaulat untuk membacakan teks yang sama," kata Puan dalam keterangannya di Jakarta. Menurut dia, tugas membaca Teks Proklamasi yang 76 tahun lalu dibacakan Bung Karno memiliki makna tersendiri baginya sebagai cucu Sang Proklamator. Dia mengaku bisa merasakan bagaimana suasana tidak menentu akibat Perang Dunia II saat Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. "Hari ini, suasana tidak menentu yang sama dirasakan dunia akibat ‘perang’ melawan COVID-19 dan varian Delta," ujarnya. Karena itu, Puan mencoba merenungi pesan di balik tugas yang diberikan kepada dirinya sebagai pembaca Teks Proklamasi pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI dalam rangka HUT ke-76 RI ini. "Apa makna dari tugas ini, itu yang terus coba saya renungi, pesan dan misi apa yang saya emban? Satu hal yang saya resapi sejak hari saya dilantik sebagai Ketua DPR RI bahwa saya harus terus menjaga dan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yang diinginkan para 'founding fathers' kita dan pejuang-pejuang terdahulu," katanya. Menurut dia, Indonesia yang merdeka harus berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi ,dan berkepribadian dalam budaya bangsanya. Puan mejelaskan Proklamasi adalah bukti bahwa kemerdekaan bisa diraih kalau bangsa Indonesia bersatu dan mempunyai cita-cita bersama. “Bahwa kalau bangsa kita bergotong royong, apa pun bisa kita wujudkan. Proklamasi itu awal dari proses membangun republik ini menjadi Indonesia Maju dan Hebat," ujarnya. (mth)

HUT ke-76 RI, Sri Mulyani: Indonesia Tangguh Hadapi Krisis

Jakarta, FNN - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia merupakan bangsa yang tangguh dalam menghadapi berbagai krisis seperti dalam meraih kemerdekaan dan melawan pandemi COVID-19. “Seperti krisis-krisis sebelumnya, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tangguh. Kita mampu mengatasi tantangan hari ini dan ke depan,” katanya dalam akun instagram pribadinya @smindrawati di Jakarta, Selasa. Sri Mulyani menuturkan Indonesia didirikan dengan cita-cita mulia melalui perjuangan yang tangguh untuk menghadapi banyak ketidakmudahan. Ia menjelaskan perjuangan Bangsa Indonesia dahulu adalah melawan penjajah agar bisa bebas serta merdeka dan saat ini giliran masyarakat untuk berjuang bersama melawan pandemi. Perjuangan masyarakat melawan pandemi COVID-19 dapat dilakukan salah satunya dengan upaya menjaga disiplin protokol kesehatan agar penyebaran virus dapat ditekan. “Esensi perjuangannya masih sama, berjuang untuk bisa melalui pandemi ini,” ujarnya. Sri Mulyani optimis Indonesia akan mampu keluar dari krisis seperti sebelum-sebelumnya yang tidak hanya tangguh melainkan juga terus tumbuh. “Kita juga bisa turut berjuang dengan selalu menjaga protokol kesehatan dalam setiap aktivitas. Ayo berjuang bersama. Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia ke-76. Merdeka!,” tegasnya. (mth)

Binance Crypto Serahkan Dua Tangki Oksigen Cair untuk Indonesia

Jakarta, FNN - Sebagai bagian dari program "Crypto Against COVID" yang sedang berlangsung, Binance Charity mengirimkan dua tangki oksigen cair dengan total 40.000 liter (setara 5.000 silinder) kepada Indonesia yang akan diterima Kementerian Kesehatan RI. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerima vaksin sebagai bagian dari upaya COVAX (COVID-19 Vaccines Global Access) yang salah satunya diinisiasi Binance Charity. Dalam kemitraan dengan UNICEF, Binance Charity telah menyumbangkan 1 juta dolar AS untuk mendukung upaya COVAX yang dipimpin oleh PBB. Pada akhir tahun 2021, tujuan dari upaya ini adalah untuk membantu mengirimkan vaksin yang bersumber dari COVAX ke lebih dari 250.000 orang di 11 negara, meliputi Indonesia, Ghana, Nigeria, Kenya, Uganda, Mesir, Filipina, Vietnam, Bangladesh, Ukraina, dan Brasil. Kepala Binance Charity, Helen Hai dalam siaran pers, Senin mengatakan, "Varian Delta telah membawa gelombang keruntuhan dan kehancuran baru yang tak ada hentinya ke banyak daerah, banyak di antaranya berharap yang terburuk telah berlalu." "Kami sangat sedih melihat orang-orang Indonesia mengalami bulan yang paling memukul sejauh ini. Kami mendukung mereka dan menawarkan dukungan kami dalam mengatasi ini. Hari-hari yang lebih cerah akan datang.” kata Kepala Binance Charity, Helen Hai dalam siaran pers, Senin. Binance Charity kemudian meluncurkan "Crypto Against COVID" pada Januari 2020, yang memberikan 5 juta dolar untuk penanganan COVID-19 di seluruh dunia, termasuk 2 juta APD (alat perlindungan diri) kepada 400 rumah sakit di 26 negara. Pada Mei, Binance Charity mengirim dua tangki oksigen cair ke India dan baru-baru ini ada sumbangan 100.000 masker dan 50 ventilator ICU (intensive care unit). Vietnam akan menerima instrumen PCR (Polymerase Chain Reaction) canggih, yang mampu memproses 400 tes COVID per hari. (mth)

LaNyalla: Jangan Sekali-kali Tinggalkan Sejarah

Jakarta, FNN - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI La Nyalla Mahmud Mattalitti mengingatkan kembali ucapan Presiden Soekarno agar jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. "Tidak mengherankan bila Presiden Soekarno mengingatkan kita semua, agar jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," kata La Nyalla saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2021, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin, 16 Agustus 2021. La Nyalla menegaskan, Indonesia merupakan negara besar, karena lahir dari kerajaan dan kesultanan Nusantara, yang telah memiliki peradaban yang unggul. Para raja dan sultan Nusantara, juga secara langsung turut membentuk lahirnya negara ini melalui dukungan mereka kepada para pendiri bangsa saat itu. "Dalam sejarah, bagaimana para sultan dan raja Nusantara memberikan sumbangan mereka kepada Indonesia di awal kemerdekaan. Salah satunya sumbangan uang 13 juta gulden dari Sultan Siak dan pesawat kepresidenan serta emas Monas dari tokoh dan rakyat Aceh," ujar La Nyalla. Selain itu, sumbangsih para tokoh pejuang kemerdekaan, yang terdiri dari tokoh pergerakan, militer, ulama dan agamawan, hingga kaum terdidik dan cendekiawan. "Mereka menyumbangkan pikiran jernih dalam Sidang BPUPKI dan PPKI dalam menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Kemudian menghasilkan karya agung bangsa ini, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945," kata La Nyalla. La Nyalla menegaskan, sejarah bangsa Indonesia tangguh, mewarisi negara besar. Sehingga, negara yang seharusnya mampu memakmurkan rakyatnya dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. La Nyalla mengajak semua peserta Sidang Tahunan MPR untuk memfokuskan pikiran dan hati sebagai negarawan sejati, untuk bersama melangkah mewujudkan Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Dalam sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR/DPD RI, dan Pidato Kenegaraan Presiden dalam rangka penyampaian RUU tentang APBN 2022, digelar secara luring dan daring. Dari daftar hadir terdapat sebanyak 311 dari 363 anggota legislatif yang menghadiri acara. (MD).

Jokowi Sebut Pandemi Seperti Api

Jakarta, FNN - Presiden Joko Widodo menyebutkan krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Karena demikian, jika memungkinkan harus dihindari tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran. “Api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan, tetapi sekaligus juga menguatkan," kata Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2021 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin, 16 Agustus 2021. Jokowi mengatakan keinginan agar pandemi bisa menerangi semua untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri, dalam menghadapi tantangan masa depan. Pandemi itu seperti kawah candra dimuka yang menguji, yang mengajarkan, dan sekaligus mengasah. Pandemi dikatakan Presiden, memberikan beban yang berat kepada semua, beban yang penuh dengan risiko, dan memaksa semua untuk menghadapi dan mengelolanya. "Semua pilar kehidupan kita diuji, semua pilar kekuatan kita diasah. Ketabahan, kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita, semuanya diuji dan sekaligus diasah," tutur Presiden. Ujian dan asahan menjadi dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Bukan hanya beban yang diberikan kepada semua, tetapi kesempatan untuk memperbaiki diri juga diajarkan kepada semua. "Tatkala ujian itu terasa semakin berat, asahannya juga semakin meningkat. Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangkan gelanggang pertandingan," ujar Jokowi. Dalam acara tersebut, okowi mengenakan baju adat Baduy. Hadir pada pidato kenegaraan tersebut Wakil Presiden Republik Indonesia, Profesor K.H. Ma’ruf Amin beserta Ibu Wury Estu Ma’ruf Amin; Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota MPR Republik Indonesia; Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota DPR Republik Indonesia; Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota DPD Republik Indonesia; dan Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Lembaga-Lembaga Negara. Hadir pula sebagian secara virtual Presiden Republik Indonesia Kelima Megawati Soekarnoputri; Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno dan Hamzah Haz; Muhammad Jusuf Kalla beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla; Boediono beserta Ibu Herawati Boediono; serta istri Mantan Presiden Hajah Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Kemudian ada pula para Duta Besar Negara-Negara Sahabat dan para Pimpinan Perwakilan Badan dan Organisasi Internasional. Selain itu para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI, dan Kapolri, serta para Ketua Umum Partai Politik. (MD).

Wakil Ketua MPR Berikan Apresiasi kepada Veteran di Jakarta

Jakarta, FNN - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid memberikan apresiasi atas jasa para pejuang dengan menyalurkan paket bantuan kepada 76 veteran dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di Jakarta pada Sabtu (14/8). Hidayat, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu, menyampaikan bahwa apresiasi dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-76 itu diberikan atas jasa perjuangan para veteran sebagai abdi negara dan telah merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dia juga menyatakan harapannya agar para veteran selalu mendapat karunia kesehatan, keberkahan umur, dan dapat mewariskan semangat juang maupun patriotisme kepada generasi penerus. "Agar cita-cita proklamasi Indonesia bisa terus dijaga dan diwariskan sampai nanti satu abad Indonesia merdeka hingga seterusnya,” kata Hidayat. Wakil Ketua Majelis Syura PKS itu menerangkan Fraksi PKS khususnya di Komisi I DPR RI mendukung revisi terhadap Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia untuk memberikan jaminan kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik bagi para veteran. Dia mencontohkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2018 sebagai peraturan pelaksana UU Veteran hanya menetapkan tunjangan bagi veteran paling besar adalah Rp2 juta per bulan, yang mana jumlah tersebut jauh lebih rendah dari upah minimum yang besarannya sekitar Rp3-4 juta per bulan. Hidayat menyebut Fraksi PKS di DPR RI sangat terbuka untuk menerima dan memperjuangkan aspirasi para veteran. Ketua DPC LVRI Kota Jakarta Pusat Letkol Purn. Slamet Subuh menyambut positif apresiasi dan perhatian yang diberikan Wakil Ketua MPR itu. Slamet berharap anggota DPR maupun MPR lainnya dapat turut serta memperhatikan dan membantu veteran, termasuk di daerah pemilihannya masing-masing. “Kami sangat menghormati dan apresiasi tinggi kepada Bapak yang telah memperhatikan kami, ketulusan Bapak ada di hati kami,” ujar Slamet. Turut hadir dalam acara tersebut, yakni Ketua DPD LVRI Provinsi DKI Jakarta Marsekal Muda TNI Purn Sri Budjono beserta seluruh jajaran dan anggotanya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan pembatasan jumlah orang. (mth)