AGAMA

Ma'ruf Amin Keliru, MUI Tidak Perlu Ikut-Ikutan Penentuan Capres

Oleh Nuim Hidayat | Dosen Akademi Dakwah Indonesia Depok PERNYATAAN Wapres Ma\'ruf Amin Minta MUI Tidak Perlu Ikut-Ikutan Penentuan Capres-Cawapres dalam Pemilu 2024 perlu dikritisi. Pernyataan itu diungkap Ma\'ruf Amin saat memberi sambutan di Milad ke-47 MUI di Ballroom Hotel Sultan Jakarta, Selasa malam (26/7). \"MUI tidak terlibat dalam menentukan presiden dan wakil presiden. Yang menentukan partai politik dan gabungan partai politik,”kata Ma\'ruf. MUI, menurut Ma\'ruf, harus terlibat aktif menjaga keutuhan bangsa menjelang Pemilu 2024. MUI adalah kumpulan para ulama atau cendekiawan yang merupakan representasi dari seluruh umat Indonesia. MUI harusnya menjadi panduan bagi umat dalam berpolitik, berekonomi, berbudaya dan lain-lain. MUI meski punya hubungan baik dengan pemerintah -dapat dana hibah dari pemerintah- harus tetap mandiri dalam mengambil keputusan. Keputusan MUI harus dilandasi pada Al Qur\'an, Sunnah dan ijtihad ulama yang shalih. MUI tidak boleh disetir oleh pemerintah atau pihak-pihak yang ikut mendanainya. Uang hibah dari pemerintah, sejatinya adalah uang rakyat, bukan uang pribadi sang penguasa. Menyambut tahun politik 2024, harusnya MUI memberi panduan siapa calon yang harus dipilih nanti oleh umat Islam. Jangan sampai umat Islam terperosok kembali memilih presiden yang salah, seperti tahun 2014 dan 2019.  Seperti diketahui, kebijakan presiden Jokowi selama dua periode ini banyak merugikan umat Islam. Mulai dari pembubaran ormas dan lembaga kemanusiaan Islam, kriminalisasi ulama dan aktivis Islam, dan pembunuhan beberapa pemuda Islam. Selain itu, derasnya tenaga kerja Cina ke tanah air dan rencana pemindahan ibukota negara tidak menguntungkan umat Islam.  Presiden Jokowi sering disebut para ahli politik tidak punya pendirian yang kuat. Ia banyak disetir oleh Luhut Panjaitan dan pengusaha-pengusaha Cina yang punya saham besar menjadikannya presiden. MUI bila takut menyebut nama, harusnya membuat kriteria presiden yang patut dipilih oleh umat Islam. Misalnya harus cerdas, shalih, punya jiwa kepemimpinan, punya pemihakan kepada umat Islam, mandiri, punya keinginan kuat menjadikan Indonesia hebat dan lain-lain. Bila MUI tidak ikut campur dalam proses pencapresan 2024, apa gunanya MUI? Memang capres cawapres adalah urusan partai politik. Tapi parpol butuh dukungan rakyat atau umat untuk mengegolkan pilihannya.  Dari sini memang ada dilema. Karena Ma\'ruf Amin sendiri menjadi pasangan wapres yang banyak tidak dikehendaki umat. Pada pemilu 2019, umat Islam lebih memilih pasangan Prabowo dan Sandi. Sedangkan umat non Islam lebih banyak memilih pasangan Jokowi dan Ma\'ruf Amin. Posisi Ma\'ruf sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI sendiri patut dipertanyakan. Harusnya yang menjabat posisi-posisi penting di MUI adalah mereka yang tidak bertugas di birokrasi pemerintahan. Seperti presiden, wapres, menteri, gubernur dan lain-lain, harusnya tidak menjabat posisi strategis di MUI. Ketika para birokrat masuk MUI, lembaga ini menjadi tidak independen. Lembaga ulama yang seharusnya memberikan panduan moral kepada pemerintah, akhirnya menjadi pak turut. Ulama dalam Islam adalah pewaris Nabi. Tugas ulama itu berat, ia harus menjadi teladan bagi umatnya. Keilmuan dan perilakunya harus bisa diteladani masyarakat. Bila tidak, harusnya ia copot gelar ulama itu. Karena itu, Imam Ghazali membagi ulama menjadi dua. Ulama pewaris Nabi dan ulama su\' (ulama jahat). Ulama jahat ini hanya membuat fatwa yang menguntungkan dirinya, jabatannya atau organisasinya belaka. Senang dengan kemewahan duniawi dan tepuk tangan dari pengikutnya. Ia tidak peduli umat menderita, dipenjara, dianiaya dan lain-lain. Semoga kita terhindar dari perilaku ulama su\'. Wallahu azizun hakim. II  

Ridwan Saidi Turun ke Jalan Dukung Resolusi PBB Anti Islamopobia

Jakarta, FNN -  Budayawan Betawi Ridwan Saidi turun ke jalan memberikan dukungan kepada pemerintah Amerika Serikat dan Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang telah menetapkan hari anti Islamopobia. \"Saya mendukuung AS yang telah menyeponsori anti Islamopobia,\" katanya kepada FNN di depan Kedubes AS, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Ridwan menegaskan dirinya bersama seratusan Emak-emak yang datang dari Bekasi melakukan orasi di depan Kedubes AS di bawah koordinasi Wati, emak setengah baya. \"Ada juga bule cewek, wartawan sebuah majalah yang ikut berunjuk rasa,\" lanjut Ridwan. Ridwan mengaku baru kali ini bisa menuangkan ekspresinya atas keberpihakan Amerika pada Islam. \"Saya aktivis sejak Orla. Sulit bergerak dengan semangat Islam karena dikepung oleh Islamophobia. Sekarang kita mendapat dukungan PBB untuk menerangi pembenci Islam,\" paparnya. Dengan adanya resolusi anti Islamopobia kata Babe, panggilan akrab Ridwan Saidi - umat Islam mendapat kesempatan untuk bergerak membela haknya. Ridwan dan Emak emak sangat menghargai AS  yang mengakselerasi perjuangan melawan Islamophobia melalui Kongres AS sehingga lahir resolusi PBB 15/3/2022 memerangi Islamophobia. Atas dasar ini Ridwan meminta pada pemerintah Indonesia untuk menetapkan dan meliburkan 15 Maret sebagai Hari Internasional Anti Islamopobia. Ridwan menegaskan bahwa sebagai aktivis pergerakan sejak era Orla, ia merasakan betapa sulitnya jadi orang Islam dijepit islamophobia dari zaman ke zaman. \"Bukti Islamophobia penyakit keturunan. Padahal peran Islam bagi kemerdekaan tidak kecil. Misal, pemberontakan tareqat di Jawa melawan Belanda berlangsung 68 tahun dari 1856-1924, terlama dalam sejarah,\" pungkasnya. (sws)

Mengkalkulasi Amal Pahala

Oleh: Shamsi Ali, TKI (Tenaga Kerja Imam) Indonesia Dalam memahami pahala Allah jangan pernah memakai cara hitungan matematis yang saklek. Ketika manusia menghitung secara maka hitungannya jadi: 5+5:10.  Masalahnya jumlah 10 itu tidak selalu harus 5+5. Tapi juga bisa 3+7, 6+4, 8+2 atau bahkan 1+9 dan seterusnya. Karenanya pahala Allah jangan dihitung dengan cara pandang matematika manusia.  Karenanya ketika anda merasa amalannya terbaik dari satu sisi, tidak perlu melihat orang lain kurang. Karena boleh jadi anda dan orang lain itu sama-sama dapat 10. Hanya saja hitungannya berbeda. Anda mungkin memakai hitungan 5+5. Sementara orang lain memakai hitungan 7+3.  Yang pasti Allah Maha adil. Dan jangan lupa keadilanNya itu terbangun di atas asas cinta dan kasihNya. Pada akhirnya lakukan “muhasabah” tanpa “menghisab” (orang lain).  Muhasabah itu introspeksi diri. Sementara “menghisab” itu artinya menghakimi orang lain.  Dan tak kalah pentingnya, syurga itu tidak berpintu tunggal. Fokus saja pada diri dan jalan menuju Allah. Biarlah Allah yang mengkalkulasi dengan caraNya.  Do self introspection, rather than being judgmental…to others!  NYC Subway, 25 Juli 2022. (*)

Ampunan dan Rahmat Allah yang Tak Terhingga

Oleh: Imam Syamsi Ali, Presiden Yayasan Nusantara & Direktur Jamaica Muslim Center NIKMAT dan berkah Allah kepada kita tidak terbatas dan tidak terhitung hingga sebagian besar umat manusia tidak bersyukur kepada Allah. Allah menyatakan hal ini dalam Al-Qur\'an: “dan beberapa dari hamba-Ku bersyukur”. Di atas segala nikmat Allah adalah rahmat dan kasih sayang-Nya yang tak terbatas kepada hamba-hamba-Nya. Dia adalah Rahman-Rahim (Maha Penyayang dan Penyayang). Salah satu manifestasi rahmat-Nya adalah pengampunan-Nya yang tak terhingga atas dosa atau kesalahan yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Pengampunan Allah (magfirah) dari hamba-hamba-Nya mungkin merupakan bentuk kasih sayang-Nya yang paling dibutuhkan. Faktanya adalah bahwa tidak ada yang kebal dari dosa dan kesalahan. Dikenal dengan: “Al-insan mahallul khato’ wan-nisyaan”.(Kelemahan manusia adalah betapa mudahnya kita lupa dan betapa mudahnya kita jatuh ke dalam kesalahan). Dalam Islam, baik dalam Al-Qur\'an dan hadits, kami menemukan banyak informasi yang menjamin pengampunan Allah bagi mereka yang mencarinya. Padahal, Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk memohon ampunan-Nya. Hal ini tentunya bukan hanya untuk satu-satunya tujuan pengampunan tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan cara untuk menunjukkan kerendahan hati seseorang kepada Yang Maha Kuasa. Salah satu ayat, dan banyak lainnya yang serupa, memerintahkan umat Islam: “Hai manusia, mintalah taubat kepada Allah dengan taubat yang benar (taubah nasuhah)”. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Hai manusia, mintalah taubat kepada Allah. Sesungguhnya aku memohon taubat kepada-Nya 70 kali sehari”. Dalam riwayat lain dia berkata: “100 ratus kali sehari” (hadits). Apalagi Allah telah memberikan jaminan-Nya untuk mengampuni segala dosa hamba-Nya: “Katakanlah wahai Muhammad: Wahai hamba-hambaku yang tercinta jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa”. Dalam banyak hadits Nabi juga menjamin ampunan Allah. Salah satu hadits misalnya mengatakan: “Sesungguhnya Allah mengulurkan tangan-Nya di malam hari untuk mengampuni orang-orang yang berbuat dosa di siang hari. Dan mengulurkan tangan-Nya di siang hari untuk mengampuni orang-orang yang berbuat dosa di malam hari”. Nabi juga bersabda: “Sesungguhnya Allah terbuka untuk mengampuni hamba-hamba-Nya sebelum matahari terbit dari barat”. Lebih lanjut dia berkata: “Sesungguhnya Allah mengampuni seorang hamba sebelum nafas terakhir melewati tenggorokannya (maa lam yugargir)”. Yang ingin saya garis bawahi secara khusus saat ini adalah perbedaan antara cara kita memaafkan dan cara Allah mengampuni. Tentu jenisnya tidak sama dan tidak mirip. Sifat (karakteristik) dan amal (tindakan) Allah adalah unik dan mutlak sifatnya. Tapi sebagai cara untuk mudah memahami dan mengambil hikmah (pelajaran) saya ingin membandingkan antara cara Allah mengampuni dan cara kita memaafkan. Ini adalah perbandingan langit dan bumi. Seseorang atau orang-orang dapat memaafkan. Dan ada ekspresi yang berbeda dalam cara mereka menangani pengampunan. Orang Amerika misalnya mengatakan: “kami memaafkan tapi kami tidak melupakan”. Sementara orang Afrika Selatan mengatakan: “kami memaafkan dan melupakan”. Dan ya sering kali kita bisa dan mungkin memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Namun kenyataannya dalam hati kita berkata: “Aku memaafkanmu tapi aku tidak akan melupakannya”. Atau bahkan pikiran kita berkata: “Aku memaafkanmu tapi aku tidak ingin melihat wajahmu lagi”. Kami memaafkan tapi kami tidak bisa memungkiri sisa amarah dan dendam yang ada di hati. Atau setidaknya kita memaafkan tetapi kita tidak ingin tahu dan peduli lagi dengan orang atau orang yang bersalah kepada kita. Tapi lihatlah bagaimana Allah mengampuni. Dalam beberapa ayat Al-Qur\'an, Allah menghubungkan pertobatan yang baik dari hamba-hamba-Nya dan rahmat-Nya yang tak terbatas: “Innallaha Tawwabun Rahiim” (Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Dalam banyak ayat lain Allah menghubungkan magfirah (pengampunan)-Nya dengan kasih sayang Mutlak-Nya: “innahu Huwal ghafuur ar-Rahim” (Sesungguhnya Dia adalah Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang). Hubungan pengampunan dan belas kasih yang tak terbatas ini adalah perbedaan inti antara cara kita memaafkan dan cara mengampuni yang Mahakuasa. Bagi Allah sambil mengampuni mereka yang melakukan kesalahan, Dia juga menjamin cinta dan perhatian-Nya yang berkelanjutan bagi mereka. Dengan kata lain, Allah dalam pengampunan-Nya dicirikan oleh dua landasan unik yang tidak dimiliki manusia: Pertama, Allah mengampuni bukan hanya karena para pendosa itu memohon pengampunan-Nya, tetapi yang terpenting karena Allah mengasihi mereka. Itulah alasan mengapa Allah menyebut orang-orang berdosa “ibadiya” (hamba-hambaku yang tercinta). Kedua, Allah tidak berhenti dengan pengampunan. Tetapi karena Dia mencintai orang-orang yang mencari pengampunan, Allah juga menjamin mereka perawatan khusus. Bahkan justru karena kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya, Dia memiliki belas kasihan dan pengampunan yang tak terbatas bagi kita. Dan itulah perbedaan mutlak antara kita memaafkan orang lain dan Allah, Maha Pengampun dan Penyayang, mengampuni hamba-hamba-Nya. Jadi, apakah Anda berani tidak berterima kasih kepada-Nya? Kereta Bawah Tanah NYC, 22 Juli 2022. (*)

Ratusan Santri Gaza Semarakkan Program Bahagia Khatam Qur’an

Palestina, FNN --- Ratusan santri penghafal Al-Qur’an Gaza, Palestina, ikut menyemarakkan program Bahagia Khatam Al-Qur’an dalam rangka menyambut Milad AQL ke-14.  AQL Islamic Center akan merayakan milad ke-14 pada 30 Juli 2022/1 Muharram 1444 H mendatang.  Para santri Markaz Qur’an Gaza sangat antusias mengikuti program itu. Mereka terbagi ke beberapa kelompok lalu melingkar membaca ayat demi ayat. Gemerlap cahaya lampu gantung memantul ke karpet hijau masjid memperlihatkan bayang semangat mereka.   Surah Al-Fatihah selesai dibaca, dilanjut Surah Al-Baqarah, lalu surah-surah berikutnya. Saat tiba di Surah Al-Isra, seorang santri maju ke depan memimpin pada santri lainnya membaca ayat pertama hingga akhir. Khataman kemudian dilanjutkan sampai pada Surah An-Nas.  Menariknya, halaqah Qur’an itu tak hanya diikuti santri-santri berusia remaja saja. Ada pula santri yang sudah menginjak usia 30-an ke atas. Mereka tak malu berbaur satu sama lain. Tak ada kasta, mereka duduk khusyu membaca lembar demi lembar kitab suci.  Konsistensi AQL Direktur program Spirit of Aqsa, Ustadz Ridwan Hakim, mengatakan, semarak Bahagia Khatam Qur’an di Gaza merupakan bentuk terimakasih kepada AQL Islamic Center dan Spirit of Aqsa (SoA). AQL melalui SoA setiap mendukung para santri itu beberapa tahun terakhir.  “Santri penghafal Al-Qur’an di Gaza mengucapkan selamat MIlad AQL yang ke-14, dan mengucapkan terimakasih atas peran AQL melalui Spirit of Aqsa yang selama ini memberikan sponsor dan bantuan demi terselenggara dan terwujudnya kegiatan menghafal Al-Qur’an di Gaza,” kata Ustadz Ridwan di Jakarta, Ahad (17/6/2022).  Hal serupa disampaikan pembina Markaz Qur’an Gaza, Syekh Abdullah. Dia mengungkapkan, para santri turut berbahagia atas konsistensi AQL di jalan dakwah selama 14 tahun terakhir. Demikian pula dukungan moral dan moril yang selalu diberikan kepada santri Gaza.  “Kami dari markaz Qur’an di gaza turut serta dalam program Khatam Qur’an dalam rangka milad AQL, dan kami sampaikan terimakasih kepada AQL dan Spirit of Aqsa, terkhusus kepada Ustadz Bachtiar Nasir,” kata Syekh Abdullah.  Gaza sampai hari ini masih menjadi sasaran serangan udara penjajah Israel. Bahkan, Sabtu (16/7), angkatan udara militer Israel meluncurkan roket ke daerah tersebut. Kendati begitu, semangat mereka tak pernah surut untuk mengamalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.  Penghafal Al-Qur’an menjadi salah satu kekuatan penting para pejuang Gaza. Lumrah ditemui setiap rumah memiliki satu hafidz. Tak jarang pula ditemui satu keluarga diisi oleh penghafal Al-Qur’an.  Berkah Al-Qur’an itu yang membuat mereka tetap teguh berdiri. Tidak ada kata mundur dalam berjuang melawan penjajahan zionis Israel. Para santri selalu siap-siaga turun ke medan perlawanan. Meski tanpa senjata berat di tangan, namun Qur’an menggema di dalam dada membakar semangat untuk berada di garis terdepan.  “Sesungguhnya program membina para penghafal Al-Qur’an ini adalah khidmat untuk Al-Qur’an dan Islam. Sebagaimana pesan Rasulullah dalam sebuah hadits, ‘sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya.’ (HR Bukhari),” kata Syekh Abdullah. (TG)

Pembebasan Habib Rizieq Shihab, Akankah Petamburan Berbinar Kembali

Oleh Ady Amar Kolumnis  Habib Rizieq Shihab menghirup udara bebas. Kabar ini, dikuatkan berbagai pose foto dan video, viral. Ada pula foto Habib Rizieq yang tampak akrab bersama petugas Balai Lapas Pemasyarakatan Kelas 1 Jakarta Pusat. Lebih dari 2/3 masa hukuman telah ia lalui. Karenanya, ia mendapat pembebasan bersyarat. Dan, Rabu, 20 Juli, tampak ia meninggalkan lapas menuju kediaman di jalan Petamburan III. Di rumahnya sudah berkumpul puluhan pecintanya berebut mencium memeluknya meluapkan kebahagiaan. Pecintanya seolah tak memberi kesempatan membebaskan _barang_ sehari-dua hari beliau untuk berkumpul bersama keluarganya. Seperti rasa rindu pecintanya tak mampu mengalahkan nafsu egoistis kepatutan selayaknya. Semua dibuat menjadi biasa saja. Meminta tuk dimaklumi. Siapa yang bisa menahan rasa rindu pada pujaan hati, yang telah lama tak ditemui secara fisik. Antara haru bahagia terlihat dari ronah para pecinta yang mengerubuti habibana. Tak ketinggalan rebana dipukul mengiringi nyanyian Thola\'al Badru Alaina menyambutnya, seperti sang pecinta di Yastrib (Medina) menyambut tibanya Rasulullah saat hijrah dari Mekkah bersama para sahabatnya. Petamburan III adalah kediaman dan sekaligus sebagai markaz dakwahnya. Rumah sekaligus tempat ia biasa mengadakan pengajian rutin. Biasa dihelat Ahad pagi. Pengajian yang diikuti ratusan jamaahnya. Saat ia ditahan, pengajian dihentikan untuk waktu sementara. Bukan tidak ada penggantinya. Karena anak menantunya juga mubaligh mengagumkan: Ustadz Muhammad Alatas dan Ustadz Hanif Alatas. Bahkan Ustadz Muhammad Alatas saat ini didapuk sebagai Ketua Umum FPI (Front Persaudaraan Islam). Memakai inisial yang sama dengan Front Pembela Islam, yang dibubarkan pemerintah tidak lewat pengadilan. Ada kesan sewenang-wenang. Sedang Ustadz Hanif membersamai Habib Rizieq saat mendekam di penjara, yang juga dengan dakwaan mengada-ada. Jalan Petamburan III khususnya, sejak Habib Rizieq ditahan dan markaz FPI \"diobrak-abrik\", suasana jalanan menjadi sepi. Menjadi berbalik dari sebelumnya, yang dipadati para santri dan jamaah dengan atribut khas baju kokoh putih berseliweran. Dua kali mendatangi rumah Habib Rizieq bersama Prof Muhammad Baharun, yang disambut hangat menantunya Ustadz Hanif (Februari 2022) dan Ustadz Muhammad (Akhir Juni 2022). Dua menantu yang punya tabiat keramahan menawan. Padahal baru mengenalnya. Dan, saat bersama Ustadz Muhammad itu, setelah dijamuh makan siang dengan menu nasi mandi, kami setengah dibisiki, karena memang suaranya lembut, bahwa kami (saya dan Prof Baharun) diizinkan untuk bisa silaturahim dengan Habib Rizieq siang itu juga. Padahal itu hari Kamis. Menjadi surprise karena tidak direncanakan. Dua kali punya keinginan menemui Habib Rizieq ditahanan Bareskrim Polri. Tapi takdir tidak menjawab. Jadwal menjenguk itu hanya diberikan sepekan sekali. Jatuh pada setiap Jum\'at. Tapi ternyata tidak tiap Jum\'at. Dibagi juga dengan keluarga. Jadi Jum\'at ini untuk keluarga, dan Jum\'at berikutnya untuk para pecintanya. Sekali saya datang ke Jakarta dengan niat menjenguk, ternyata salah jadwal. Jum\'at jadwal keluarga. Mencoba datang lagi dengan koordinasi dengan salah satu pengacaranya, dan sampai waktunya tiba takdir pun belum berpihak. Habib Rizieq flu berat dan dilarang untuk dikunjungi. Padahal sudah di Jakarta. Duh... Maka \"tawaran\"  menjenguknya, dan itu dari Habib Rizieq sendiri, bukan di lapas tapi disalah satu rumah sakit di Jakarta. Ternyata Habib Rizieq tengah dirawat. Sampailah takdir jumpa dengan Habib Rizieq, dan itu perjumpaan pertama saya dengannya. Disambut dengan pelukan erat meski di tangannya masih tertusuk jarum infus. Demi menyambut kami infus dilepasnya. Ahlan wa sahlan Ady Amar, sapanya dengan senyum mengembang. Tidak tampak ia sedang sakit serius. Dirawat dengan berbagai keluhan penyakit. Semoga Allah angkat semua penyakitnya. Aamiin. Ucapan pertama yang muncul dari lisannya, adalah terima kasih atas tulisan-tulisan pembelaan atasnya. Saya memang aktif menulis semacam \"pembelaan\" atas ketidakadilan yang diterimanya. Sejak Habib Rizieq kembali dari \"tanah pengasingan\" Mekkah, sekitar 3,5 tahun, saat ditahannya dan proses pengadilan--juga pembubaran FPI dan kronik yang mengitari. Tulisan-tulisan itu--usulan banyak kawan agar dibukukan. Kata Mas Mustofa Nahrawardaya, pegiat media sosial dan Pemred Majalah Tabligh Muhammadiyah--meski agak berlebihan, bahwa buku itu nantinya bisa jadi asset bersejarah. Karenanya, tulisan-tulisan itu sedang proses dibukukan. Judul Tuhan Tidak Diam: Episode Gapai Keadilan Habib Rizieq Shihab.  Dengan Prolog Dr. Refly Harun, dan Epilog Dr. Ahmad Sastra. Dan tahniah banyak kawan atas buku itu: Rocky Gerung, Asyari Usman, Smith Alhadar, Tony Rosyid, Lieus Sungkarisma,  Abdul Chair Ramadhan, Mustofa Nahrawardaya, Tjahya Gunawan. Tidak lama lagi diikhtiarkan terbit, in Syaa Allah. Ada yang \"menakjubkan\", bahwa saya, juga Refly Harun dan Ahmad Sastra tidak mengenal Habib Rizieq sebelumnya. Bahkan sepertinya, Ahmad Sastra sampai sekarang bisa jadi belum pernah jumpa. Saya baru jumpa saat di rumah sakit, dan Refly Harun, jumpa pertama kali dengan Habib Rizieq di PN Jakarta Timur, saat ia diminta lawyernya untuk menjadi saksi ahli. Tapi Refly Harun sudi menulis prolog lumqyan panjang, lebih kurang 8 halaman, dan Ahmad Sastra menulis epilog sekitar 10 halaman. Bisa jadi faktor frekuensi yang sama mampu menyatukan \"pembelaan\" atasnya. In Syaa Allah buku ini akan tersaji cukup baik, dan full colour. Baik kita kembali ke jalan Petamburan III... Jalan Petamburan III di siang hari, saat kunjungan itu, terpantau lengang, seperti tidak pernah ada \"geger\" nasional dicipta di sana mampu menyita perhatian publik luas. Pemberitaan Habib Rizieq Shihab dan FPI nya, diberitakan bukan berhari-hari, tapi berbulan tak habis. Bahkan persidangannya menyita perhatian publik luas, bahkan diliput media asing. Jalan Petamburan III, itu cuma gang sempit. Tapi di gang sempit itu--kediaman Habib Rizieq dan Markaz FPI--peristiwa gegap gempita pernah dibuat. Dan  sejarah pastilah mampu mencatatnya dengan rapi. Akankah jalan Petamburan III setelah \"kedatangan\" Habib Rizieq, itu suasana  menjadi berbinar kembali? Sepertinya akan demikian. Semua berharap akan ada catatan sejarah baru dibuat di sana. Bersabarlah menunggu. Seperti kita telah sabar menunggu pembebasannya. (*)

Ustaz Bachtiar Nasir Kunjungi Rabithah Alam Islami

Mekah, FNN —Ketua Umum Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI)  Ustaz Bachtiar Nasir dan Sekretaris Jenderal JATTI, M. Irawan Taqwa mengunjungi Rabithah Alam Islami, di Makkah Al-Mukarramah, Ahad (17/7/2022).   Kunjungan tersebut dilakukan disela-sela kegiatan ibadah haji Ustaz Bachtiar Nasir (UBN) dan Irawan Taqwa. Mereka diterima Wakil Sekjen Rabithah Alam Islami, Dr. Abdurahman bin Abdillah Al-Zaid.  Pertemuan berlangsung hangat dan penuh keakraban. Apalagi Dr. Abdurrahman pernah bertugas di Jami\'ah Islamiyyah Madinah Al-Munawwarah, tempat dimana UBN menyelesaikan kuliah Syari\'ahnya.  Maka tegur sapa di awal pertemuan pun menjadi semacam temu kangen (reuni) antara dosen dan mahasiswanya. Jabatan yang diemban Dr. Abdurrahman pada tahun kelulusan UBN adalah sebagai kepala Biro Penerimaan Mahasiswa.  Kepada Wakil Sekjen Rabithah, UBN mengenalkan JATTI sebagai organisasi yang menghimpun para alumni Timur Tengah. Tidak kurang 17 Jami\'ah dari berbagai negara Timur Tengah bergabung dalam JATTI.  UBN juga menyampaikan kiprah para alumni Timur Tengah yang mendapatkan sambutan di tengah masyarakat. Para alumni terlibat aktif dalam memberikan pencerahan kepada umat. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengelola lembaga pendidikan, pondok pesantren dan ma\'had.  Agenda JATTI Selanjutnya UBN menjelaskan dua agenda utama JATTI. Pertama, bidang pendidikan tinggi, JATTI akan berperan aktif dalam  mencarikan program beasiswa hingga rencana membuat Perguruan Tinggi Islam bertaraf Internasional yang dikelola oleh JATTI. Kedua, di bidang ekonomi JATTI juga mencoba untuk menggali potensi serta mendorong terbangunnya kekuatan ekonomi umat melalui kiprah para alumninya di sektor ekonomi. Membangun sinergi ekonomi umat antar lembaga yang dikelola oleh para Alumni Timur Tengah. Wakil Sekjen Rabithah mengapresiasi kehadiran JATTI sebagai organisasi alumni yang turut menyemarakan syiar dakwah di bumi Indonesia. Dan turut bangga dengan kiprah alumni Timur Tengah di berbagai sektor yang memberikan kontribusi positif bagi umat dan juga bangsa Indonesia.  Dr. Abdurahman bin Abdillah Al-Zaid juga menyambut baik harapan JATTI menjadi organisasi yang tercatat di Rabithah Alam Islami. Sehingga dapat terlibat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan Rabithah Alam Islami. Ikatan emosional sesama satu almamter Madinah Islamic University tampak sekali dalam obrolan mereka berdua. Wakil Sekjen bahkan menunjukkan kesungguhannya untuk membantu merealisasikan harapan JATTI itu kepada organisasi yang juga dikenal sebagai Liga Dunia Islam dan merupakan lembaga Islam nonpemerintah terbesar di dunia. Rabithah Alam Islami atau Liga Dunia Muslim didirikan pada Dzulhijah 1381 H / Mei 1962 di Makkah, Arab Saudi. Organisasi ini disponsori Raja Arab Saudi Raja Faisal bin Abdulazis. Terpilih sebagai Sekretaris Jenderal pertama Rabithah Alam Islami yaitu Syekh Muhammad Surur. Salah satu aktivitas pertama Liga Dunia Islam saat berdiri adalah mengawasi pembangunan Masjidil Haram.  Saat ini Sekjen terpilih adalah Syaikh Mohammed bin Abdul Karim Al-Issa, yang ketika hari Arafah 9 Dzulhijjah tahun ini menyampaikan khutbah Arafah.  Kunjungan Ketua Umum JATTI bersama Sekjen ke Rabithah Alam Islami ini merupakan kunjungan kerja pertama sejak terpilih pada Munas JATTI yang diselenggarakan pertengahan Juni 2022 lalu di Grand Cempaka Hotel Jakarta.  Turut hadir dalam kunjungan delegasi JATTI tersebut, Imanuddin Kamil, alumni Kulliyyah Da\'wah Islamiyyah Tripoli Libya (Kabid Media JATTI periode lalu) dan Zainurrofiq alumni Al-Azhar Kairo Mesir. (TG)

Memaknai Haji Mabrur dalam Hidup

  Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation HARI-hari ini jamaah haji non resident (selain yang memang tinggal di Saudi) bersiap-siap untuk kembali ke negara asal masing-masing. Seluruh rangkaian ibadah haji telah selesai. Sebagian kembali langsung dari Mekah via Jeddah. Sebagian lainnya memenuhi sunnah Rasul mengunjungi masjid Nabawi dan maqam beliau di Madinah. Pada momen-momen seperti inilah ada perasaan haru, bahkan sedih karena akan meninggalkan tanah haram. Tapi, juga ada rasa senang dan bahagia karena telah menunaikan sebuah ibadah besar, kewajiban bahkan rukun Islam yang kelima. Namun pada saat yang sama jamaah yang sadar tentunya tidak hanyut dalam kesenangan yang berlebihan. Tapi juga merasakan dua kemungkinan; bahwa harapan hajinya telah diterima? Atau sebaliknya, jangan-jangan justeru hajinya tertolak. Dalam bahasa agama haji yang tertolak dikenal dengan istilah “haj marduud”. Sementara haji yang baik dan diterima oleh Allah SWT dikenal dengan istilah “haj mabrur”. Sebuah ibadah yang pahalanya dijanjikan syurga oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Al-hajju Al-mabrur laesa lahu jazaa illa Al-Jannah” (haji mabrur itu tiada balasan baginya kecuali syurga).” Pertanyaan yang kemudian timbul adalah apakah haji mabrur itu? Adakah defenisi yang diberikan oleh para ulama kita? Saya mencoba menelusuri beberapa Kitab rujukan, mencari pendapat pada Ulama. Saya pun menemukan beberapa penjelasan yang disampaikan oleh para Ulama kita. Satu di antaranya adalah Imam an-Nawawi misalnya berkata: “ganjaran haji mabrur itu bukan sekedar menghapuskan dosa. Pemahaman paling benar adalah bahwa Haji mabrur itu adalah Haji yang tidak dicampuri dengan dosa. Kata ini diambil dari “Al-birr” yang artinya kebaikan”. (Jalaluddin As-Suyuthi, syarha  Sunan An-Nasa’i). Pernyataan An-Nawawi maupun pernyataan para Ulama lainnya sekedar menyampaikan penekanan tentang pahala Haji mabrur. Tetapi tidak memberikan defenisi khusus tentang haji mabrur itu. Mereka menekankan bahwa haji mabrur adalah Haji yang telah dilaksanakan secara sempurna sesuai tuntunan Al-Kitab dan as-Sunnah. Saya lebih tertarik sebenarnya untuk menyampaikan dua hadits yang justeru lebih mu’tabar (menjadi rujukan) sebagai rujukan untuk mendefenisikan haji mabrur ini. Pertama, diriwayatkan oleh Al-Hakim, bahwa Rasulullah SAW menjawab pertanyaan seorang sahabat: “apa haji mabrur itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: اطعام الطعام وطيب الكلام (memberi makan dan berbicara yang baik).” Kedua, habits Imam Ahmad dalam musnadnya: “para sahabat bertanya: apa haji mabrur wahai Rasulullah? Beliau menjawab: اطعام الطعام وافشاء السلام (memberi makan dan menyebarkan salam). Dari dua hadits di atas, Rasulullah seolah mendefenisikan tentang Haji mabrur dengan tiga hal: 1) memberikan makan. 2) berkata yang baik. 3) dan menebarkan perdamaian. Saya menyimpulkan dari dua jawaban Rasul itu sebagai berikut: “haji mabrur itu adalah haji yang menjadikan pelakunya semakin dermawan, berakhlak mulia dan mampu menciptakan kedamaian dalam kehidupan manusia.” Jika saya ekspresikan dalam bahasa yang lebih sederhana maka saya dapat mendefiniskan haji mabrur sebagai “haji yang telah dilaksanakan sesuai aturan syariah dan memberikan dampak positif dalam hidup pelakunya baik secara vertikal maupun horizontal”. Dari defenisi sederhana ini kita simpulkan bahwa esensi yang paling mendasar dari haji mabrur adalah “terjadinya perubahan positif” dalam kehidupan seorang haji. Baik pada aspek ubudiyah (ritual) maupun pada aspek mu’amalat (sosial). Defenisi ini sejalan dengan jawaban Abu Bakar ketika ditanya oleh seorang sahabat di musim haji pertama dalam sejarah Islam di tahun ke 8 Hijriyah. “Apa haji mabrur itu wahai Abu Bakar?” Jawaban beliau: “haji mabrur akan kamu lihat sekembali kamu ke Madinah”. Jawaban Abu Bakar ini seolah mengatakan bahwa haji mabrur itu akan nampak setelah sang haji kembali ke kampung halaman masing-masing. Di sana akan nampak makna Ihram sebagai komitmen kefitrahan dan ketaatan (labbaik allahumma labbai). Di sanalah akan nampak makna thawaf di Maka Ka’bah (kebenaran) akan selalu menjadi pusat pusaran hidupnya. Di sana juga akan nampak Sa’i atau usaha dan kerja kerasnya untuk membangun dunia ini sebagai bagian dari tanggung jawab khilafahnya. Tentu tidak kalah pentingnya di sana akan nampak komitmen melempar jumrah sebagai bukti komitmen “amar ma’ruf dan nahi mungkar”. Semua itu akan dilakukan oleh sang haji hingga masanya melakukan thawaf wada’ sebagai simbol komitmen “Jangan kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”. Seperti yang dipesankan oleh Rasulullah SAW: “barang siapa yang di akhir hayatnya mengucapkan Laa ilaaha illa Allah” maka dia masuk syurga”. Kita doakan semoga jamaah haji mendapatkan haji mabrur. Tidak saja bahwa hajinya telah diterima sebagai amalan ibadah yang utama dalam Islam dan membawa pengampunan. Tapi tidak kalah pentingnya adalah bahwa pesan-pesan moral haji mereka telah membawa perubahan positif dalam hidup mereka. Lebih khusus lagi dalam hal kebaikan (kindness) dan kedermawanan (generosity), akhlakul karimah (karakter) yang semakin baik, dan memiliki komitmen untuk membangun kedamaian (peace). Pesantren Nusantara Madani, 16 Juli 2022. (*)  

Anti Islamopobia Mulai Bergerak

Oleh M. Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan GERAKAN Nasional Anti Islamophobia (GNAI) dideklarasikan oleh sejumlah tokoh, ulama, habaib  dan aktivis di Gedung Buya Hamka Masjid Agung Al Azhar Jakarta Jum\'at 15 Juli 2022. Gerakan ini merupakan respon positif dan konstruktif dari Resolusi PBB yang menetapkan tanggal 15 Maret sebagai \"International Day to Combat Islamophobia\". Agenda pertempuran melawan Islamophobia.  Lima sikap sekaligus tuntutan GNAI sebagai bagian dari Deklarasi yaitu pertama, agar tanggal 15 Maret setiap tahun diperingati sebagai hari perlawanan terhadap Islamophobia.   Kedua, Agar Pemerintah tidak menjadikan Islam dan umat Islam sebagai masalah atau lawan tetapi potensi dan mitra bagi pengembangan bangsa dan negara. Ketiga, stop stigma radikal, intoleran dan anti kebhinekaan yang ditujukan pada umat Islam. Keempat, jangan mengarahkan moderasi beragama pada makna sekularisasi, liberalisasi atau pengambangan nilai (plotisma). Kelima, mendesak Pemerintah dan DPR menerbitkan UU Anti Islamophobia dengan sanksi pelanggaran yang tegas dan keras.  Deklarasi GNAI untuk menindaklanjuti Resolusi PBB dinilai tepat, apalagi Indonesia adalah negara mayoritas muslim. Ironi jika di negara mayoritas muslim justru Islamophobia itu marak. Pemerintah yang membiarkan bahkan ikut aktif menciptakan iklim Islamophobia tentu tidaklah sehat.  Islamophobia memiliki berbagai bentuk seperti penistaan atau penodaan agama, tuduhan fitnah umat Islam radikal dan intoleran, program deradikalisasi yang hakekatnya de-Islamisasi bahkan de-Qur\'anisasi, kriminalisasi ulama dan aktivis Islam, serta pengembangan faham-faham sesat termasuk nativisme dengan membenturkan agama dengan adat/budaya.  Anti Islamophobia mulai bergerak. Mengingatkan bangsa khususnya Pemerintah agar dapat meluruskan kembali arah politik keagamaan di Indonesia. Agama adalah potensi dan kekuatan bukan penghambat pembangunan atau kemajuan. Silaturahmi dengan berbagai kelompok keumatan menjadi agenda penting dari gerakan.  UU Anti Islamophobia mendesak untuk segera diterbitkan agar umat Islam lebih terjamin dalam menjalankan kegiatan keagamaannya serta terlindungi dari serangan dan gangguan berbagai pihak yang ingin merusak kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat Islam adalah umat yang taat hukum, oleh karena itu aspirasi keumatan harus terwadahi dalam peraturan perundang-undangan.  Gerakan Anti Islamophobia berbasis Resolusi PBB karenanya bernuansa global. Aliansi dengan gerakan serupa di berbagai negara patut dibangun. Tujuannya agar umat Islam dapat lebih berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia. Saatnya umat bergerak lebih cepat.  Gerakan Anti Islamophobia adalah gerakan untuk mempersatukan umat sekaligus menangkal perpecahan akibat adu domba dan fitnah dari kelompok yang benci atau takut berlebihan kepada Islam.  Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI) telah dideklarasikan di Masjid Agung Al Azhar bertempat di Ruang Buya Hamka. Mengingatkan  spirit Buya Hamka yang gigih menegakkan kebenaran dan keadilan. Membela agama Islam melalui da\'wah.  Gerakan Anti Islamophobia adalah gerakan Islam amar ma\'ruf nahi munkar.  Kereta sudah mulai bergerak dan berjalan. Yang mau ikut ayo naik, yang tidak jangan menghalangi. Tetapi jika memaksa untuk menghalangi, apa boleh buat tabrak saja. Kereta mulai bergerak dan berjalan. Tidak bisa berhenti lagi. (*) Bandung, 16 Juli 2022

Sebanyak 16 Akta Kematian Jamaah Haji Diterbitkan Dukcapil Secara Cepat dan Mudah

Jakarta, FNN - Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri bergerak cepat menerbitkan 16 akta kematian jamaah haji Indonesia yang meninggal secara cepat dan mudah.\"Kami ingin memberikan pelayanan terbaik, maka Ditjen Dukcapil dan dinas dukcapil segera berkoordinasi untuk memproses dokumen kependudukannya, tanpa menunggu permohonan dari keluarganya,\" kata Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Zudan Arif Fakhrulloh di Jakarta, Jumat.  Zudan menyampaikan informasi kematian dan surat keterangan kematian jamaah haji Indonesia diperoleh dengan berkoordinasi dengan Daker Makkah dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia Jeddah Arab Saudi. Surat keterangan kematian tersebut merupakan persyaratan dalam penerbitan akta kematian.  Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah menerima surat keterangan kematian 16 orang jamaah haji dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia Jeddah.  Dari 16 orang jamaah Haji yang meninggal tersebut, menurutnya sampai dengan 14 Juli 2022 sudah semuanya diterbitkan akta kematiannya dan telah diserahkan oleh masing-masing dinas kependudukan dan pencatatan sipil sesuai domisili pada keluarga.  Adapun 16 akta kematian yang telah diterbitkan tersebut yaitu penduduk Jakarta Selatan 1 orang, Jakarta Utara 1 orang, Jakarta Timur 1 orang, Pasaman 1 orang, Aceh Timur 1 orang, Sragen 1 orang, Kebumen 1 orang.  Kemudian, Pati 1 orang, Lamongan 1 orang, Tulungagung 1 orang, Probolinggo 1 orang, Nganjuk 1 orang, Cianjur 1 orang, Majalengka 1 orang, Hulu Sungai Utara 1 orang dan Indragiri Hulu 1 orang.  Penerbitan akta kematian jamaah haji tersebut dilaksanakan secara terintegrasi, yaitu selain diterbitkan akta kematian juga diterbitkan dan diserahkan kartu keluarga (KK) baru dan KTP elektronik baru bagi suami atau istri yang ditinggalkan, dengan mengubah statusnya menjadi cerai mati.  Hal itu kata dia dilakukan karena pada saat ini, semua layanan dukcapil sudah dilaksanakan secara terintegrasi. Zudan menjelaskan penerbitan dokumen kependudukan tersebut dilakukan secara cepat, mudah dan gratis.  \"Keluarga tidak perlu mengurus sendiri, karena sudah diuruskan oleh jajaran Dukcapil sesuai dengan alamat domisili masing-masing,\" ujarnya. (Sof/ANTARA)