FORUM-RAKYAT
Tiket Sekali Jalan
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Bukan bergantung dukungan dana dan pengaruh oligarki. Juga bukan melulu kompromi dengan pimpinan partai politik dan para penguasa negeri. Meski menyusuri jalan berduri dan sepi, tak gentar merasa nyeri memperjuangkan aspirasi dan hati nurani. Tetap semangat menjaga harga diri, setia dan taat pada konstitusi. Setiap langkah hendaknya dituntun oleh semata-mata karena pengabdian. Membangun impian perubahan dengan kesadaran kebangsaan. Menghantarkan rakyat pada cita-cita kemakmuran. Mewujudkan harapan semua warga negara, agar bisa merasakan keadilan. Anies Baswedan kini menghadapi dilema demokrasi, beradaptasi atau teguh pada yang hakiki. Mengikuti suara hati atau terjebak pada konspirasi berujung korupsi dan kolusi. Mengambil pilihan sikap konsisten menjadi pemimpin dan negarawan sejati. Mengembalikan situasi dan kondisi sesuai cita-cita proklamasi, demi keselamatan dan kedaulatan NKRI. Anies Baswedan mampukah menghidupkan keharmonisan dan keselarasan, mengandalkan pencitraan atau berkeringat membangun kesadaran dan pencerahan. Dapat menjangkau semua kalangan, membuka pintu-pintu elit kekuasaan namun tak abai menyelami suasana kerakyatan. Bersabar menerima dan merawat mandat, juga resiko kekuasaan. Satu tiket sekali jalan, didapat cuma-cuma dari kepercayaan rakyat dan menjadi kehendak Tuhan. (*)
Puisi untuk Pendusta
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih Tuan berbusa busa dan berkata Big data saya 110 juta setuju Pemilu ditunda. Dengan gayanya sebagai penguasa Kalau memang benar buktikan saja Agar diantara kita tidak ada dusta Terlihat presiden mengambil jarak dengan Anda. Karena Tes The Water menunjukan arah berbeda Semua Survey berbeda tidak ingin Pemilu ditunda. Data Tuan akan digugat indikasinya dusta. Baik perdata atau pidana. Bertobatlah selagi waktu masih ada. Jangan lagi neko-neko buat perkara Akan berakibat fatal akibatnya. UU No.14/2008, menuntut dibuktikan secara terbuka. ICW sudah meminta mana datanya Waktunya nanya 10 hari jam kerja. Kalau ahirnya menuju arah berperkara Jadi repot semua. Mintalah maaf saja Kepada seluruh rakyat Indonesia. Ya semua terserah Anda. Masa bohong di alam terbuka. Jangan ada niat membuat makar itu nista. Mahasiswa dan rakyat sudah membuka mata. Membuntuti kebohonganmu yang terus membabi buta. (*)
Gegap Gempita Perlawanan
Oleh Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Mereka dirampas haknya. Tergusur dan lapar. Bunda relakan darah juang kami. Tuk membebaskan rakyat. Tanggal 11 April 2022, untuk kesekian kalinya mahasiswa berbondong-bondong menyampaikan kegelisahan dan kecemasan. Kekuasaan dirasa telah melampaui batas-batas kewajaran. KKN bertebaran, utang berdampingan pajak tinggi berkeliaran, BBM, listrik dan gas diterpa tarif lonjakan, serta harga-harga kebutuhan pokok berlomba balapan di tanjakan. Suasana krisis multidimensi itu, bahkan tidak mampu membuat rezim pemerintahan memiliki kepekaan. Abai pada penderitaan rakyat, hanya gigih bersiasat mempertahankan kekuasaan. Pemangku kepentingan publik Kasak-kusuk, niat dan giat permufakatan jahat memperpanjang jabatan. Tak peduli negara dalam kebangkrutan, rakyat terancam kemiskinan dan kelaparan. Kini mahasiswa tiada pilihan lain, kecuali melakukan pembangkangan. Menghadapi sistem yang menyebabkan kesengsaraan hidup dan semua bentuk penindasan. Darah juang tetap semangat menghalau tekanan dan rasa ketakutan. Meskipun tubuh dilumuri luka dan berkorban jiwa dengan darah yang berceceran. Mahasiswa menuai ekspektasi rakyat akan perubahan. Rakyat menabur perhatian dan dukungan sekaligus tumpuan pada anak-anak kampus kaum pergerakan. Membersamai aspirasi dan tuntutan hingga ke pelosok-pelosok negeri, meski hanya bisa ditumpahkan di jalanan. Memeriahkan ibu pertiwi dengan gegap gempita perlawanan.
Sebelas April 2022, Purnawirawan Turun Gunung di Jakarta
Oleh Sugeng Waras - Purnawirawan TNI AD Ratusan para purnawirawan TNI dari Jawa Barat, Banten, Serang, Jabodetabek dan daerah daerah lain yang tergabung dalam FPPI ( Forum Purnawirawan Pejuang Indonesia ) dipimpin Ketua Presidium FPPI Kol Pur Sugeng Waras, Senin akan hadir di acara unras yang akan melibatkan mahasiswa, rakyat dan berbagai elemen dan ormas untuk terjun langsung kelapangan disekitar Monas, patung Kuda dan Istana. Kehadiran ini, ingin membuktikan visi misinya, yang mencintai NKRI, untuk berpartisipasi bersama elemen elemen bangsa lainya dalam mengringi, mengimbangi, memantau, mengawasi, mengoreksi dan mengevaluasi negara yang meliputi unsur unsur negara ( pemerintah, rakyat, wilayah dan pengakuan dari negara negara lain ) serta aspek aspek negara mencakup IPOLEKSOSBUDAGHANKAM, guna memelihara arah roda pemerintahan dalam menuju dan mencapai tujuan nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD \'45 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. FPPI dalam kegiatanya, senantiasa mengedepankan ETOS KERJA yang berketuhanan, konstitusional, persatuan Nasional, tanggung jawab, berdaulat, bermartabat dan beradab, cinta damai tapi lebih cinta kemerdekaan, berlandaskan dan dijiwai Pancasila, UUD \'45, Bhineka Tunggal Ika, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 TNI WAJIB serta Doktrin doktrin TNI. FPPI terdiri ANGGOTA BIASA ( dari purnawirawan /i TNI POLRI ), ANGGOTA LUAR BIASA ( dari kluarga besar TNI POLRI, masyarakat, mantan ormas orpol lain yang sepaham ) dan ANGGOTA KEHORMATAN ( dari pakar dan praktisi berbagai profesi dan fungsi, PROF, DR, Dr, Ir, SH, MH, SAG dll ) dari berbagai suku agama, ras, golongan tanpa paham komunis dari anak bangsa Sabang --Merauke. Sebagai ormas yang baru dikukuhkan kelahiranya pada 24 Januari 2022 di Monumen Kejuangan Bandung, Jawa Barat, FPPI bersatu niat, berbulat tekad dan bersandar kepada kemuliaan dan kebesaran Allah swt, TYME, berperan bersama sama elemen bangsa lainya sebagai jembatan dan perekat antara rakyat dengan pemerintah dan rakyat dengan penegak hukum Konkritnya, kehadiran FPPI di acara 11 April di Jakarta, mendekat, mengiringi dan bertindak dalam menciptakan situasi kondusif tanpa menghalang menghalangi pihak manapun. Mau tidak mau, suka tidak suka, unras mahasiswa terjadi sebagai akibat dari berbagai kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan suara dan aspirasi rakyat, dimana para badan badan tinggi negara bak mlempen, loyo tidak berdaya dan tidak berfungsi sebagaimana harapan rakyat. Oleh karenanya, FPPI menghimbau kepada para petugas untuk tidak bertindak represiv terhadap para pengunjuk rasa, sebaliknya para pengunjuk rasa tidak bertindak anarkis, agar implementasi demokrasi berjalan baik, lancar, kooperatif, dan sukses. Jika ini terpenuhi saya yakin, negara kita layak dijadikan teladan bagi negara negara lain yang bersistim demokrasi. Konkritnya, meskipun tidak kita harapkan, namun jika terjadi chaos, FPPI akan terjun langsung dilapangan, sekitar anda, untuk meniadakan atau meminimalisir jatuhnya korban. Identitas FPPI dilapangan, mengenakan baju / jaket doreng atau coklat hijau yang bernuansa TNI, nama didada kiri dan tulisan FPPI didada kanan memakai baret atau topi lapangan. Tugas FPPI dilapangan sudah jelas dan tegas, maka jika ada oknum yang berseragam mirip FPPI dan berbuat diluar ketentuan dari Komando FPPI patut diwaspadai, bisa jadi orang tersebut oknum penyusup kedalam tubuh FPPI. Siapa saja dan pihak manapun, akan diperlakukan sama oleh FPPI dalam upaya menciptakan situasi kondusif, aman, damai, lancar, tercapainya tujuan untuk kepentingan dan kebutuhan rakyat Indonesia. Semoga Allah swt, TYME, senantiasa membimbing dan melindungi kita semua, aamiin...Yarob.. (Bandung, 8 April 2022, Sugeng Waras, Ketua Presidium FPPI).
Pilih Pemerintahan Jokowi atau Keselamatan NKRI?
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Kebohongan awal sudah hadir pada saat kampanye pilpres dengan laku pencitraan. Maka kebohongan akan terus berlanjut hingga menjelang akhir kekuasaan. Kebohongan yang terus-menerus hanya membuat rakyat hidup tertekan dan dalam penindasan. Maka kebohongan telah menjadi kebiasaan dan terus dipaksakan, telanjang dan tanpa malu ingin memperpanjang masa jabatan. Rezim sepertinya semakin lupa diri dan berpotensi membuat tragedi. Apapun yang dilakukan telah menyebabkan kerusakan dan kehancuran negeri. Selain korupsi dan kolusi, kebijakannya selalu tanpa nurani dan tak manusiawi. Boneka dan para antek oligarki itu kian hari kian identik dengan kebohongan, cuek berekspresi bohong di sana dan bohong di sini. Dimata penguasa hidup tak lebih dari sekedar harta dan jabatan. Kebijakan dan aturan sudah terlalu memaksakan dan kebablasan. Kehidupan rakyat tak ubahnya menjadi korban perkosaan. Negara bangsa tak lagi memiliki budaya keberadaban, sistem politiknya hanya menghasilkan kebiadaban. Kini kesengsaraan rakyat mencapai puncak tertinggi. Bukan hanya sekedar hobi melanggar janji, penyelenggara negara telah mewujud rezim tirani. Sumber daya alam, demokrasi, konstitusi, dan bahkan kehidupan agama hanya menyisakan ironi. Saatnya rakyat menentukan pilihan dan mengambil keputusan, pilih mempertahankan pemerintahan Jokowi atau mengutamakan keselamatan NKRI?.
Jokowi dan Luhut, Dua Sejoli Maut
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Wakil presidennya jarang muncul, sekalinya tampil ngomong yang kaga karuan. Harusnya presiden dan wakil presiden bisa berbagi tugas dalam menangani banyak pekerjaan. Untuk itu menteri-menteri diangkat agar bisa membantu dan meringankan tuntutan pengabdian. Bukan mengambil alih tanggungjawab, baik soal peraturan maupun semua urusan kebijakan. Jangankan simpati, empati dan kepekaan terhadap krisis, sebagian besar pejabat tak punya kreasi, inovasi serta terobosan karena enggan dan rasa takut. Meskipun ada Jokowi selaku pucuk pimpinan, namun kendali kekuasan negara dan pemerintahan tetap di pegang Luhut. Penghuni istana dan sekelilingnya hanya cari aman menjadi penurut sembari nyambi penjilat, juga berpikir bagaimana harta termasuk jabatan bisa dipertahankan dan direbut. Tak peduli negara terpapar penyakit akut dan rakyat semakin semaput, aparatur negara baik sipil dan militer sibuk saling sikut. Saking banyaknya omongan, gaya dan tanpa kinerja, semua proyek strategis nasional jadi berantakan. Seorang menteri arogan terlalu jauh ke depan dan kelebihan beban. Peran dan fungsi presiden jadi ikut tersingkirkan, mengelola negara tanpa kemanusiaan dan keberadaban. Konsep dan kegiatan pembangunan pun jadi ugal-ugalan kalau tidak mau disebut mengalami kegagalan atau kehancuran. Sebagai pasangan presiden, bukan wapres yang sering terlihat dan mendampingi, namun Menkomarives yang selalu muncul dan paling sering disebut. Dalam pergaulan dan tugas, menteri luar biasa dan segala urusan itu cenderung lebih mengatur dan memerintah presiden, sehingga publik melihat itu sesuatu yang tak layak dan tak patut. Selain dinilai rakyat menjadi boneka oligarki, bagi rakyat Indonesia Jokowi dan Luhut bagaikan dua sejoli maut, dua sejoli yang bikin negara bangkrut.
JKW dan LBP Segera Tumbang
Mendung semakin gelap, di atas awan masih ada bersinar terang, badai pasti berlalu.. Prediksi saya, tak lama lagi JKW LBP akan tergulung badai yang diciptakan olehnya sendiri. Oleh Sugeng Waras - Purnawirawan TNI AD TAHUN tahun belakangan, banyak permainan JKW LBP semakin berani dan vulgar melanggar Pancasila dan UUD\' 45, yang berpotensi merugikan negara, membahayakan persatuan bangsa dan keutuhan kedaulatan NKRI. Kemenangan demi kemenangan rezim ini hanya kemenangan yang bersifat taktis yang dipaksakan dan dibemperi oleh TNI POLRI yang diketiaki dan dijerumuskan, disisi lain secara strategis terkikis habis diambang kehancuran NKRI. Kepemimpinan TNI POLRI begitu lemah tak berdaya, dimanfaatkan dan dijerumuskan oleh JKW LBP yang hanya mampu membebek dan menuruti nafsu serakah penguasa yang mengangkatnya, buta melihat rakyat yang tertindas dan terdzolimi oleh penguasanya sendiri. Diam diam para jendral aktif TNI POLRI mulai peka dan peduli atas suara dan pergerakan rakyat yang tertindas dan terdzolimi. Kini kesolidan dan kevalidan struktural TNI POLRI mulai diragukan, terutama pada tataran jendral jendral karbitan dengan para kolonel kebawah yang diterlantarkan. KKN di TNI POLRI semakin vulgar ini yang membuat kecemburuan internal, yang dekat dengan penguasa semakin melejit karirnya yang tidak dekat semakin tersisih dan teraniaya batinnya. Pembinaan karir bak pembinasaan masa depan manusia, hanya karena secuil martabak dan seonggok harta benda mampu membuat butanya hati para pemimpin bangsa. Membara panasnya situasi ini diperparah dengan ambrudalnya penegakan hukum , terpuruknya keuangan negara, semakin menggunduknya hutang negara dan bunganya. Kebijakan Men Keu Srimulyani hanya memberikan suntikan vaksin, hutang lagi, hutang lagi, sebagai upaya kekebalan bertahanya rupiah terhadap dolar dan agar lancarnya gaji pegawai serta tetap berjalanya roda pemerintahan. Kini vaksin hutang itu semakin tidak mempan mempertahankan kekebalan tubuh ekonomi rakyat yang ditandai semakin naiknya segala macam perpajakan dan naiknya segala macam kebutuhan pokok rakyat, baik disektor pengelolaan sumber daya manusia, sumberdaya alam, perburuhan, pendidikan, kesehatan, jasa dan perusahaan perusahaan. Banyak orang tidak mengerti, semakin dekat habisnya masa jabatan JKW LBP semakin membuat napas sesak dan kembang kempisnya JKW LBP dan antek anteknya, karena dosa dosanya selama ini akan menimbun dan menggulung keangkuhan dan keserakahanya selama ini. Keberanian melanggar hukum dan membuat kebijakan kontroversial bak membuka tabir kebuntuan dan kekosongan harapan untuk terlepas dari jeratan dosa dosanya. Kecurigaan rakyat atas perselingkuhan pemenangan suara pemilu 2019, gentayanganya 700 nyawa petugas pemilu dan 6 orang laskar FPI di KM 50, bau busuknya RUU / UU BPIP/ HIP, Omnibus Law /Cipta kerja, kebijakan mendatangkan TKA Cina dan UU IKN baru, akan menyeret penderitaan rakyat, terancamnya kerugian dan tercabik cabiknya kedaulatan negara serta keutuhan persatuan bangsa. Kebohongan mengelak dari dugaan harapan memperpanjang masa jabatan dengan menunda pemilu 2024 dan kebodohan mengumpulkan kepala desa se Indonesia abal abal semakin menunjukkan kepanikan dan kenekadanya dalam menyongsong kehancuran masa jayanya. Endingnya, bersiap siaplah JKW LBP dan antek anteknya untuk tergulung oleh keserakahan dan kesalahan vatalnya sendiri. Manusia hanya berencana, Tuhanlah yang berkuasa menghabisi kejayaanmu melalui kepeka pedulian dan kepanjangan tangan para mahasiswa dan rakyat yang berakal sehat, habislah riwayat para pengkianat bangsa, para pecundang, para buzzer buzzer bangsat keparat, dengan datangnya masa kejujuran, kebenaran dan keadilan. Selamat jalan, selamat tinggal para pembawa nestapa negeri ini, selamat menempati jeruji besi dan hotel prodeo didunia serta api neraka diakhirat kelak, penyesalan tak pernah terjadi di depan. Terimakasih kepada para pejuang penegak kejujuran, kebenaran dan keadilan, yakinlah tiada perjuangan dan pengorbaban yang sia-sia. Merah darahku, putih tulangku, bersatu dalam semangatku. Berdebar jantungku, bergetar nyaliku, untuk menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan, tanpa mengabaikan nyawa sendiri, hingga tetes darah terakhir, untuk menyatukan niat, membulatkan tekad, yang hanya bersandar kepada kebesaran dan kemulyaan Allah swt, TYME guna menumbangkan segala keangkara murkaan dan keserakahan penguasa demi kesejahteraan, keadilan sosial dan kemajuan NKRI. Bagaimana Ma\'ruf Amin? Maaf, kurang diperhitungkan, adanya tidak menggenapkan, tiadanya tidak mengganjilkan, karena situasi. Bagaimana dengan TAIPAN? Mereka semakin ngakak dan ongkang ongkang kaki, namun para TKA semakin ketar ketir dan ciut nyalinya. Hanya ada yang perlu diantisipasi dan diperhitungkan, Cina mempunyai doktrin untuk membela dan melindungi semua warganya yang dipengasingan, dimananapun didunia ini berada. Namun tidak perlu was was, karena bangsa Indonesia sudah merasakan dan berpengalaman dijajah dan menderita, yang membuat cinta damai tapi lebih cinta merdeka, dengan terus memupuk dan membina kemanunggalan, persatuan dan kesatuan TNI POLRI dengan rakyat, baik dalam masa damai maupun masa perang. Wait and see... (Bandung, 5 April 2022, Sugeng Waras, Kol Purn TNI AD, Ketua Presidium FPPI ( Forum Purnawirawan TNI POLRI Pejuang Indonesia ) , Ketua DPD APIB ( Aliansi Profesional Indonesia Bangkit ) Jabar, Panglima TRITURA, Pemerhati HANKAM RI)
Rakyat Berdaulat Pecat Pejabat Laknat
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Kelangkaan dan mahalnya harga bahan komoditas menggambarkan negara sedang tidak sehat. Utang menjulang dan tingginya pajak membuktikan ketidakmampuan pejabat. Listrik naik, gas naik, BBM naik, sembako naik, pulsa naik dll. membuat rakyat makin sekarat. KKN di mana-mana, tak ada lagi rasa malu dan harga diri mencerminkan pejabat yang menghianati rakyat dan tuna martabat. Negara tak berdaya di bawah kendali oligarki, sementara politisi dan birokrat asyik dalam persekongkolan jahat. Semua pejabat berlomba-lomba memuaskan syahwat, menganjing-buta mengejar kepentingan sesaat. Aturan konstitusi dan agama tak lagi ketat dan dipaksa berlaku moderat. Praktek-praktek penyelengggaraan negara dipenuhi siasat dan banyak mudharat. Semakin tak sedikit kehadiran pemimpin tak memberi manfaat. Banyak bicara namun sedikit kerja, para petinggi asal jeplak membuat rakyat tak berhenti menghujat. Pemangku kepentingan publik miskin prestasi namun giat memperkaya diri, kolega dan kerabat. Kelakuan aparat penyelengggara negara tak ubahnya seperti kalangan keparat. Indonesia kini berada dalam krisis moral yang teramat sangat. Rakyat diambang degradasi dan disintegrasi, dibibir kehancuran setidaknya dibayangi tragedi yang dahsyat. Mendesak semua komponen rakyat melakukan gerakan kebangsaan yang kuat, agar negeri NKRI bisa selamat. Rakyat harus berdaulat menghadapi penguasa bejat, termasuk bertindak cepat pecat pejabat laknat. (*)
Usulan 3 Periode, Sisa-sisa Mental Tempe
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Seperti menu gado-gado kompleksitas permasalah negara. Krisis multidimensi telah menyelimuti seluruh aspek kehidupan berbangsa. Para pejabat berlomba-lomba mengejar harta dan tahta. Penguasa membuat rakyat sengsara tanpa beban memikirkan dosa. Utang menjulang membuat negara dalam bahaya. Praktek-praktek KKN membuat rakyat menderita. Aparat pemerintah acapkali membuat aniaya kemudian berdusta. Memaksa jiwa merana tanpa bisa bicara logika. Usulan 3 periode meluncur gegap gempita. Menghembuskannya dengan pelbagai cara. Membuat paduan suara dengan sukrela ataupun dipaksa. Seakan ingin mengalihkan kemarahan rakyat yang ingin mulai kudeta. Semakin sempurna rezim mewujud angkara murka. Hanya berhasil membuat rakyat tak berdaya. Janji palsu, merampok uang negara dan menyiksa anak bangsa seperti sudah terbiasa. Teriak gencar revolusi mental, ternyata hanya sisa-sisa mental tempe yang dirasa.
Puasa Pembebasan
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI Saat Indonesia masih terasa dalam penjajahan, padahal sudah sejak lama mengumandangkan proklamasi kemerdekaan. Saat kehidupan rakyat masih dibekap kemiskinan, padahal seluruh penjuru negera berlimpah kekayaan. Saat dipelosok desa masih ada yang kelaparan, padahal konstitusi menjamin kemakmuran dan keadilan. Saat keadaan negara semakin berantakan menuju kehancuran, padahal otoritas juga semua fasilitas dikuasai dan dikendalikan rezim kekuasaan. Maka harus ada kesadaran evaluasi dan refleksi diri dalam kemuliaan bulan Ramadhan. Saling berbagi dan menebar kasih sayang dan menghindari kecenderungan individualustik dan keegoisan. Menghambakan diri dan hanya tunduk di hadapan kekuasaan Tuhan. Meninggalkan setiap sifat kesombongan, sikap arogan dan semua niat buruk serta modus kejahatan. Saat Indonesia tak berdaya karena yang hak terus diperkosa kebatilan. Saat kebenaran masih takut ditegakkan dan dibungkam oleh kemungkaran. Saat oligarki mencengkeram negara dan kesejahteraan tak kunjung lahir karena dominannya penindasan. Saat Panca Sila, UUD 1945 dan NKRI hanya sekedar kesepakatan, tanpa praktek-praktek nyata dalam kehidupan kebangsaan. Maka tak ada pilihan lain, selain menjadikan ibadah puasa sebagai momentum membangun keberadaban. Melawan KKN, kejahatan konstitusi, kedzoliman pada rakyat dan segala bentuk kebiadaban yang bersumber dari nafsu dan belenggu setan. Maka seluruh umat Islam dan anak bangsa wajib memanfaatkan puasa sebagai kawah candradimuka membentuk manusia taqwa dan selamat dari jalan kesesatan. Menjadikan ibadah puasa ramadhan sebagai satu- satunya ibadah untuk Allah azza wa jalla dan hakekat puasa sebagai sarana menahan diri sekaligus alat pembebasan. (*)