ALL CATEGORY

Penyempurnaan Kerusakan Ekonomi Indonesia

Ini mengerikan! Ini sama artinya dengan kekayaan ekonomi Indonesia telah merosot separuh, namun pada saat bersamaan kewajiban Indonesia terhadap asing yakni utang dalam mata uang dolar telah meningkat separuh. Oleh: Salamuddin Daeng, Pengamat Ekonomi Politik Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) ADA dua indikator utama ekonomi negara itu menuju kerusakan atau menuju perbaikan, yakni 1) Penerimaan negara sebagai indikator pemeirntah berhasil cari uang atau gagal; 2) Nilai tukar sebagai indikator pemerintah berhasil berdagang secara internasional atau gagal. Dari dua indikator tersebut ternyata pemerintahan Joko Widodo akan berakhir dengan kerusakan ekonomi Indonesia yang makin parah. Jaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono di awal penerimaan negara terhadap Gross Domestic Product (GDP) berada pada posisi 13% lebih. Di ujung pemerintahan SBY penerimaan negara merosot menjadi 10,8 % terhadap GDP. Dalam ekonomi GDP adalah indikator yang utama. GDP adalah total output yang dihasilkan dalam ekonomi. Semakin tinggi GDP seharusnya penerimaan negara makin besar. Kalau sebaliknya, berarti banyak yang maling, korupsi atau nyolong di negara itu. Pemerintahan Jokowi selanjutnya malah menyempurnakan kerusakan dalam penerimaan negara. Meskipun laju eksploitasi sumber daya alam berlangsung masif dan rakyat dipajakin makin intensif, tapi penerimaan negara terhadap GDP jatuh sampai titik terendah. Menurut data Bank Dunia, sejak 2014 begitu pemerintahan Jokowi dimulai penerimaan negara terhadap GDP terus meluncur secara pasti tanpa ada kemampuan mengatasinya. Pada 2020 penerimaan negara terhadap GDP hanya sebesar 8,3%. Ini adalah yang paling buruk sejak tahun 1981 dimana penerimaan negara terhadap GDP saat itu sempat mencapai 21,8 persen. Kerusakan paling besar yang telah mengakibatkan makin terpuruknya Indonesia dalam pergaulan global dan perdagangan internasional adalah terpuruknya nilai tukar rupiah. Di masa awal pemerintahan SBY nilai tukar rupiah terhadap USD senilai Rp 8.700 per USD. Seiring berjalannya pemerintahan SBY nilai tukar rupiah atas USD meluncur sampai akhir pemerintahan SBY menjadi Rp. 12 300 per USD. Tetapi rata rata kurs sepanjang pemerintahan ini adalah Rp. 10.000 per USD. Nah, pemerintahan Jokowi membawa nilai tukar mata uang Indonesia makin tidak berharga. Menyempurnakan Kerusakan dalam nilai mata uang negara. Nilai rupiah terhadap USD sepanjang pemerintahan Jokowi talah merosot 50% lebih. Sekarang nilai tukar rupiah terhadap USD adalah Rp 15.700 per USD. Jika pada masa pemerintahan SBY nilai tukar rupiah rata-rata Rp 10.000 per USD, maka selama pemerintahan Jokowi rata rata nilai tukar rupiah Rp 15.000 per USD. Ini mengerikan! Ini sama artinya dengan kekayaan ekonomi Indonesia telah merosot separuh, namun pada saat bersamaan kewajiban Indonesia terhadap asing yakni utang dalam mata uang dolar telah meningkat separuh. Ibarat negara ini sudah jatuh, masih ditimpa tangga. Kerusakan tampaknya akan terus berlanjut. Jika belajar dari pengalaman sekarang transisi SBY ke Pemerintahan Jokowi, maka transisi pemerintahan Jokowi ke pemerintahan baru menuju pemilu serentak 2024 bisa jadi membuat rupiah akan kehilangan nilai lebih banyak lagi. Hal ini disebabkan menjelang peristiwa politik besar seperti pemilu gonjang-ganjing politik dan ketidakpastian makin buruk. Rupiah akan mengarah ke Rp 20.000 - Rp. 25.000 per USD. Sebab fundamentalnya adalah hampir tidak ada penahan tergerusnya cadangan devisa Indonesia yang tergantung pada impor dan kewajiban membayar utang luar negeri yang sangat besar. (*)

Main Dua Kaki Jokowi

Oleh M Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan  DUKUNGAN kepada Prabowo adalah mainan baru Jokowi. Tentu tidak melepas dukungan kepada Ganjar Pranowo. Isu ingin ada tiga pasangan yang bertarung seperti demokratis tetapi sebenarnya oligarkis. Oligarki yang berjudi untuk dua pasangan. Pasangan ketiga yang menjadi target penyingkiran adalah Anies Baswedan.  Jika Prabowo berpasangan dengan Puan maka Jokowi senang berada di kaki ini. Berdamai dengan Megawati. Kaki lainnya adalah KIB yang diharapkan mengajukan Ganjar-Airlangga. Jika pasangan ini sukses Jokowi berbahagia. Sementara Anies Baswedan- AHY atau Anies Aher, akan menjadi musuh kedua pasangan restu Jokowi tersebut.  Skenario sukses dua kaki Jokowi adalah pertarungan antara pasangan Prabowo lawan Ganjar Pranowo. Dugaan kuat Jokowi akan all out untuk Ganjar. Andai Prabowo ternyata menang Jokowi masih bisa senyum meski agak kecut.  Inilah pola baru yang memungkinkan untuk melawan Anies Baswedan. Politik identitas yang disematkan kepada Anies menjadi bola yang akan disepak-sepak terus.  Jika ternyata final nanti adalah Ganjar Pranowo melawan Anies Baswedan maka kubu Prabowo akan bergabung mendukung Ganjar. Segala cara akan digunakan untuk memenangkannya. Kecurangan 2019 dapat terulang agar oligarki tetap berlanjut. Jokowi perlu perlindungan.  Bahasa Jokowi \"saatnya Prabowo jadi Presiden\" bisa saja untuk kejutan lain yakni Jokowi menjadi Cawapres  Prabowo sebagaimana gencar juga dimunculkan. Tapi ini merupakan pasangan bertegangan tinggi. Risiko besar karena pasangan Prabowo-Jokowi menjadi musuh bersama siapapun lawan-lawannya. Termasuk PDIP yang marah besar.  Dukungan rakyat kepada Anies Baswedan justru akan menguat sebagai wujud dari aspirasi perlawanan.  Politik dua kaki Jokowi lebih rasional ketimbang berdiri di kaki sebelah kiri. Manuver ini untuk mengimbangi penggumpalan dukungan rakyat pada Anies Baswedan.  Semua masih berkonfigurasi mengingat proses pendaftaran Capres masih jauh. Lebih jauh lagi manuver ini adalah upaya untuk menepis upaya rakyat yang sudah muak dengan tingkah polah rezim Jokowi. Mereka ingin Jokowi berhenti saat ini. Tidak percaya pada kebersihan Pemilu 2024. Harapan rakyat jika Pemilu 2O24 terlaksana maka hal ini tidak dijadikan sebagai ajang judi kekuatan oligarki  atau semata kepentingan dan perlindungan Jokowi.  Pemilu 2024 adalah peletakan dasar bagi pembangunan demokrasi yang lebih segar dan berkemajuan.  Dan itu hanya dapat terjadi jika Jokowi tidak lagi berstatus sebagai Presiden.  Bandung, 13 November 2022

Ironis, Dana Triliunan Digelontorkan untuk KTT G20, di Jakarta Satu Keluarga Tewas karena Kelaparan

MEMANG ironis. Ada sekeluarga yang tinggal di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, yang jaraknya sekitar 5 km dari Istana Merdeka, meninggal karena tak bisa beli beras. Mereka kelaparan. Pesan WhatsApp (WA) terakhir satu keluarga yang meninggal kelaparan itu ditujukan kepada petugas PLN. Mereka tak punya uang untuk bayar listrik dan beli beras. Pesan WA terakhir ini sudah berlangsung lama sekitar sebulan lalu. Sesudah mengirimkan pesan WA, keluarga ini diduga tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan dan diminum. Lantas, mengunci diri di dalam rumah dan meninggal satu per satu sebelum akhirnya mayat mereka mengeluarkan aroma busuk. Hasil autopsi jenazah empat anggota keluarga di Kalideres ini, mereka meninggal sekitar 3 minggu lalu atau sekitar pertengahan Oktober 2022. Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce menyebut, kematian 4 orang sekeluarga di Kalideres ini karena tidak makan dan minum dalam waktu yang cukup lama. Keempatnya tewas dalam waktu yang berbeda. “Ini dari bapaknya, ibunya, serta iparnya ini waktu berbeda meninggalnya, sehingga pembusukannya masing-masing berbeda,” kata Pasma lagi. Yang lebih ironis, meski jaraknya tidak jauh dari Istana tempat Presiden Joko Widodo berkantor, seolah rakyat yang meninggal karena kelaparan dianggap peristiwa biasa, seperti halnya tewasnya 135 orang suporter Aremania akibat tembakan gas air mata oleh aparat Kepolisian di Jawa Timur, 1 Oktober lalu. Meski korban meninggal akibat gas air mata, yang “disalahkan” justru Stadion Kanjuruhan. Makanya, stadion kebanggaan Aremania itu harus dirobohkan karena “tidak sesuai” standar FIFA. Meski ada peristiwa kelaparan dan korban Aremania di Stadion Kanjurunan, sepertinya Pemerintah lebih fokus pada gelaran KTT G20 di Denpasar, Bali, pada pertengahan November 2022 ini. Bagaimana pengamat politik Rocky Gerung melihat persoalan itu? Berikut ini dialog lengkapnya wartawan senior FNN Hersubeno Arief dengan Presiden Akal Sehat itu di Kanal Rocky Gerung Official, Sabtu (12/11/2022). Soal Tewasnya Satu Keluarga Akibat Kepalaran Sebentar lagi, kepala negara dari berbagai negara yang akan bergabung dalam forum KTT G20 datang ke Bali. Tetapi, yang sudah pasti Presiden Vladimir Putin tidak akan hadir. Yang jelas, yang jadi bintangnya tidak akan hadir, termasuk Presiden Zelensky dari Ukraina. Bersamaan dengan itu, ada satu peristiwa yang menurut saya tragis dan mengenaskan, ada satu keluarga di Jakarta Barat, di Ibukota negara, ditemukan tewas dan sudah berhari-hari. Untuk sementara, hasil outopsi menyebutkan kemungkinan besar keluarga ini sudah hampir pasti karena lambungnya kosong dan otot-otot yang menciut karena dia ini sudah tidak makan dan minum berhari-hari. Saya membayangkan situasi yang sangat miris dalam situasi ini. Begitu Bung Rocky, suasana kebatinan kita hari-hari ini. Ya, itu di Ibukota. Kita membayangkan di daerah. Untung sekali daerah masih ada semacam toleransi, antara tetangga bisa saling menjenguk. Tapi, poinnya adalah ada kekurangan pangan atau harga-harga mahal. Saya kemarin dari Bengkulu dan ketemu petani-petani sawit yang juga protes bahwa harganya sekarang lagi baik-baik, tapi nanti kemudian jatuh lagi, lalu yang mereka protes adalah yang mereka dapat paling 1/10 dari yang harusnya mereka dapat, karena permainan korporasi besar. Jadi, sebetulnya ini satu fakta bahwa ekonomi tidak diurus oleh pemerintah. Pemerintah memang mengurus ekonomi, tapi hanya yang besar-besar. Nah, itu yang seringkali Pak Jokowi nggak paham bahwa kalau makronya bagus belum tentu mikronya bagus juga. Karena makro itu disebutkan di dalamnya disparitas. Karena itu, disebut agregat-agregat yang kemudian figurnya, angka-angkanya diperlihatkan seolah-olah membaik atau bertumbuh. Padahal, dia bertumbuh di atas disparitas yang makin lama makin tajam. Jadi, kalau kita bilang tewas karena kekurangan makanan, itu seharusnya kita nggak percaya. Karena mereka bilang ya ada kesulitan ekonomi, tetapi APBN kita bagus koq, pertumbuhan bagus, dan ada surplus APBN. Jadi, sekali lagi, tugas negara untuk memantau potensi terjadinya kelaparan itu tidak dilakukan. Negara sibuk mempromosikan dirinya sendiri sebagai berhasil. Jadi, poin kita, penderitaan rakyat yang disebut misteri, itu sekedar dijadikan umpan untuk mengatakan bahwa negara akan mengurus. Ada kekerasan, negara akan mengurus. Padahal, sebetulnya fakta yang diperlihatkan dan seringkali juga dipantau oleh publik internasional, bahwa negara tidak punya koneksi langsung dengan data riil di daerah. Jadi, kalau dikatakan bahwa negara punya data, iya, tapi datanya itu sekadar data untuk dipamerkan, bukan data untuk mengatasi masalah. Itu maksud saya. Jadi, big data itu tidak ada gunanya kalau tidak ada big policy. Big policy tidak ada gunanya kalau nggak ada big ideas. Nah itu intinya. Ini mereka bukan kelaparan lagi Bung Rocky, ini betul-betul nggak makan, karena itu dibuktikan dari otopsi di lambung yang kosong, kemudian polisi juga menemukan kulkasnya betul-betul kosong. Padahal, kalau kita lihat, ini perumahan kelas menengah kalau di Jakarta. Jadi ini yang kita sebut kemarin beberapa kali menyatakan bahwa banyak sekali orang yang nearpoor, batas antara kaya dan miskin, dari kelas menengah kemudian turun menjadi miskin, tapi kalau ini sangat-sangat miskin, sehingga mereka tidak bisa makan lagi sama sekali. Itu sangat mungkin tiba-tiba uangnya habis saja dan dia nggak tahu mau ngapain, saling menguatkan lalu akhirnya kehabisan tenaga, lalu tewas secara tragis di situ. Kita membayangkan itu ada G20 di Bali yang dipersiapkan bertahun-tahun, iklannya ada di mana-mana. Setiap peristiwa rapat seminar, ada pidato ketua panitia tentang G20, menteri ngomong tentang G20. Tetapi, ada kelaparan hanya 5 km dari Istana. Jadi, kontras itu, kita bukan mau protes bahwa pemerintah tidak boleh pamerkan hasilnya, tetapi pameran itu mesti berimbang dengan deteksi dari petugas-petugas tentang potensi kemiskinan, potensi kelaparan, potensi tewasnya manusia, hanya karena satu dua hari tenaganya hilang tiba-tiba dia lihat dompetnya ternyata sudah habis, di ATM ternyata sudah nggak ada lagi. Jadi, sebetulnya persiapan tentang kesulitan pangan dunia ini, juga harus masuk di dalam agenda kabinet. Mestinya begitu kan. Jadi, kabinet sibuk mengurus isu global food and energy, tapi nggak pernah ada satu sidang yang betul-betul dibuat kita paham bahwa presiden bersidang untuk memantau potensi terjadinya impoverishment, pemiskinan yang tiba-tiba ini. Jadi, poin kita selalu, buat apa ada data kalau akhirnya data itu dibatalkan oleh peristiwa tragis kemarin, satu keluarga tewas karena tidak makan. Jadi, orang bertanya kalau rapat itu ngapain di ibukota (Istana), apa sebenarnya yang dirapatkan. Absurd sekali kita membayangkan dalam satu dua minggu ke depan, akan sibuk dengan suatu perhelatan besar, tapi keadaan rakyat itu betul-betul terabaikan atau bukan sekadar terabaikan, tapi nggak punya akses untuk mengetahui apa yang akan dibicarakan di G20. G20 itu menjadi semacam konspirasi yang sangat elitis dan rakyat bahkan nggak boleh pergi ke Bali dan beberapa relawan yang memperjuangkan hak rakyat kecil dihalau untuk masuk ke Bali oleh LSM, oleh ormas juga tuh. Nggak ada semacam persiapan untuk mengatakan pada rakyat ini perhelatan bangsa, nggak ada, jadi perhelatan presiden dan kabinet dengan target yang pasti gagal gitu, karena upaya untuk mengakhiri perang di Eropa nggak jadi, karena Ukraine nggak datang, Putin nggak datang. Kalau Amerika datang, itu pasti memaksa bangsa Indonesia untuk memilih, proksi China atau Amerika. Kan itu saja. Tentang Pilpres dan Capres Oke. Karena itulah secara konsisten, kita, FNN, selalu menyerukan, terutama berkaitan dengan Pilpres, calon-calon presiden, itu memang betul-betul, itu tidak hanya modal pencitraan. Itu yang selalu kita serukan, karena ini menarik juga. Saya dikirimi meme atau kompilasi, ini bagaimana tanpa sadar itu ada foto-foto Ganjar itu posisinya persis semua dengan posisi yang dilakukan Pak Jokowi. Saya jadi tersenyum-senyum sendiri dan saya jadi teringat Anda tidak salah kalau menyebutkan bahwa memang Ganjar ini Little Jokowi. Little dalam pengertian politis ya, bukan pengertian fisiknya. Karena fisiknya lebih gede Ganjar dari Pak Jokowi. Saya agak bingung melihat meme semacam ini. Apalagi kemudian gara-gara itu saya penasaran, kalau dilihat banyak sekali foto-foto Ganjar dan sebagainya yang saya bilang untuk apa ya presiden pencitraan semacam itu. Apakah bisa membuat kenyang orang  satu keluarga yang tewas di Kalideres, Jakarta Barat, tadi. Saya menganggap Ganjar itu (sudah) kehilangan daya untuk meningkatkan elektabilitasnya. Dayanya hilang, gayanya banyak. Jadi, miskin daya, kaya gaya, sehingga mengulang-ulang sesuatu yang mungkin tim suksesnya bilang yang begini lucu, ini milenial bisa tertarik. Tapi, itu artinya, timnya Ganjar ini membodohi rakyat. Kan rakyat kita mau ada pertandingan politik berbasis gagasan, berbasis konsep, bukan berbasis postur, posisi, gimik-gimik yang dibuat dengan kamera-kamera canggih. Buat apa. Kita menghindari itu justru. Kita mau orang datang seadanya, tetapi keseadaannya itu tidak menghalangi kemampuan dia untuk mengadakan pikiran, supaya pikiran yang diadakan itu, itu yang kita pestakan nanti di 2024. Jadi persiapan-persiapan Pemilu sekarang itu betul-betul sekedar numpang tenar, tapi enggak ada gagasan. Mau tenar saja tuh. Sekaligus itu kan KPU kasih dong semacam panduan, supaya rakyat paham kalau yang beginian itu memalukan. Kalau KPU sendiri cuma bilang bahwa kami cuma penyelenggara maka secara teknis kami siapkan kotak-kotak suara. Sebetulnya, fungsi KPU itu bukan sekedar menjadi panitia teknis, tapi mendorong proses Pemilu itu yang betul-betul bermutu, dimulai dari mengevaluasi gimik-gimik dari para capres ini. Bukan demi KPU, tapi demi rakyat yang akan memilih. Jadi, KPU ini juga jadi tempat cari kerjaan doang tuh. Dia nggak paham apa artinya menghidupkan demokrasi. Sekarang orang enggak lihat ada persaingan demokrasi. Orang lihat siapa yang dapat amplop duluan, orang lihat siapa yang dikasih fasilitas duluan, dan Ganjar paham itu. Ya saya dapat informasi, beberapa mahasiswa bahkan dibuatkan di kampus itu semacam klub. Ada lagi yang dapat fasilitas rumah untuk tempat diskusi, tapi dengan pesan “kalian mesti kritis ya. Iya, kritis, tapi disuruh kritis oleh orang yang memberi fasilitas”. Itu yang Anda maksud kelompok Cipayung plus itu ya? Iya. Itu sudah pastilah. Tetapi ada juga kelompok-kelompok mahasiswa yang memberitahu saya bahwa kami mahasiswa ada yang dikasih Rp 300.000, ada yang dikasih sejuta sebulan. Buat apa? Ya buat bikin kegiatan. Oleh siapa? Oleh timnya Ganjar. Saya lupa kapan, mungkin 3 - 4 bulan lalu saya dengar cerita itu. Saya bilang ya nggak apa-apalah. Kan itu fasilitas yang diberikan agar kalian aktif. Iya, tapi itu kayaknya sogokan. Saya bilang belum tentu. Mungkin orang lain yang mau jatuhin Ganjar, tapi mereka menganggap bahwa itu bagian dari upaya supaya kita nggak mengkritik Ganjar. Ya, biasa saja, yang penting mahasiswa tetap tahu keadaan. Mahasiswa bisa bandingkan antara Jokowi dan Ganjar. Saya bilang begitu. Bedanya apa, ya sama saja. Ya, kalau begitu ngapain pilih Ganjar, pilih Jokowi saja lagi. Tapi, sekali lagi, siram-menyiram fasilitas ini adalah hal yang sudah biasalah. Itu kita tahu. Yang kurang, siram-menyiram gagasan. Kenapa kita terus mengkritik Mas Ganjar ini, karena dia kan katanya disebut salah satu calon presiden yang potensial untuk memenangkan Pilpres. Nah, kita inginnya dia menang karena memang gagasannya jelas tentang bangsa Indonesia itu seperti apa, bukan hanya karena menang gaya tadi. Yang gimik-gimik ini mestinya berhentilah. Tunjukkan yang lebih naik kelas. Itu sindirannya bagus. Naik kelaslah. Masa’ dari dulu gitu-gitu saja. Sudahlah, biarin itu bagian dari Pak Jokowi. Waktu Ganjar cari gorong-gorong yang mirip gorong-gorong yang punya Jokowi itu yang bentuknya sama. Jadi, sukses Pak Jokowi jangan ditiru oleh Ganjar, karena itu sukses yang palsu. Di ujung pemerintahan Pak Jokowi bangsa terbelah, di ujung pemerintahan Pak Jokowi rasa aman publik hilang, di ujung pemerintahan Pak Jokowi disparitas meninggi, masa iya mau diikuti Ganjar. Ini Pak Jokowi bahkan sudah merasa bahwa sudah di ujung pemerintahan dia tinggal satu yang ingin dia pastikan bahwa siapapun pengganti beliau, IKN harus jalan. Itu keinginan saja. Tapi, siapapun pengganti Jokowi, pasti IKN akan batal. Karena ini bukan soal menjalankan, tapi soal kemampuan menjalankan. Ganjar pasti tidak bisa meneruskan IKN itu, karena hutang-hutang Jokowi, hutang korporasi apalagi utang-utang BUMN yang dipakai untuk membiayai aksi korporasi, itu akan ditagih oleh lender-nya mungkin masih nego, tetapi kalau ditagih oleh rakyat bagaimana coba. Kalau nggak ada, rakyat merasa bahwa ya itu dalam setiap hari bisa dicicil itu kematian seperti yang terjadi di Jakarta Barat kemarin itu. Oke. Kita terusin ngomong soal capres. Kalau tadi Ganjar sudah kita bahas, sekarang soal Anies. Kemarin ulang tahun Nasdem, 10 November. Ternyata, yang paling banyak disoroti publik adalah ternyata nggak jadi deklarasi bersama dengan PKS dan Demokrat, walaupun kemudian Demokrat dan PKS menyampaikan bahwa itu tinggal proses waktu saja. Tapi kalau kita menyimak pidatonya Anies Baswedan dan Pak Surya Paloh, ada dua hal yang saya sorot. Pertama, Pak Surya Paloh sekarang kelihatannya sudah mulai release bahwa dia harus menghadapi Nasdem akan direshuffles, selalu diulang lagi bahwa itu hak prerogatif dari Pak Jokowi. Tetapi, Pak Jokowi tahu siapa sahabat Jokowi. Sementara, Anies mengingatkan bahwa kita berterima kasih pada Nasdem yang sudah memilih jalan untuk mendaki dan terjal. Dia mengingatkan kita bahwa untuk mencapai tujuan yang tinggi, untuk sukses, orang harus memilih jalan yang mendaki dan terjal. Dan saya kira sebenarnya untuk proses awal Nasdem sudah bagus, berani melawan pemerintah padahal dia bagian dari pemerintah. Cuma penanganan afternya itu yang kemarin kita persoalkan. Jelas narasi Anies lebih kerenlah dari Ganjar, sudah memilih tapi jalan yang terjal. Kan bagi milenial, itu menandakan intelektualitas. Kemampuan Anies untuk menyulap kepahitan hidupnya itu, dia kan sekarang sedang pahit kehidupan politiknya. Padahal dia kan harus memutuskan pro Nasdem yang artinya separuh pro- Jokowi atau pro-relawan yang sepenuhnya anti – Jokowi. Kan gitu mental itu. Jadi, Anies dijepit di situ tuh dan jepitan itu yang mungkin juga Anies diuji. Kalau mau terus dengan Nasdem, itu artinya Nasdem mau bawa Anies untuk nego dengan Jokowi. Kemarin saya usulkan ya kalau itu jalan pikirannya, ya langsung saja. Nasdem bilang Anies kami pasangkan dengan (putra Jokowi) Gibran Rakabuming Raka. Selesai masalah. Aduh, diulang lagi nih. Nanti ribut lagi nih. Saya selalu hanya menguji jalan pikiran tuh. Jadi, continuitys and change, siapa? Yang paling tepat Gibran. Karena sinyal continuity ada pada Gibran. Anies jadi lebih aman. Mungkin itu juga yang ditunggu Pak Jokowi. Dan, Gibran bisa magang di situ. Ya pasti PKS sama Demokrat akan marah pada saya, tapi saya tahu mereka paham satire saya. Jadi, bagian-bagian ini yang mau kita ujikan tuh. Tetap Anies sudah ada di dalam elu-eluan massa, nggak mungkin lagi ditinggalkan. Jadi. Anies akan maju terus sebagai calon presiden karena pertandingannya sekarang bukan Anies versus Ganjar tapi Anies versus Jokowi. Anies versus Surya Paloh. Kalau Anies kalah, relawan pasti mundur, lalu bubarlah pencalonan Anies kan. Tapi, banyak juga relawan yang mungkin bisa disogok. Itu kritik saya kemarin kepada Anies, ya Anda akan maju karena sejarah memanggil. Tapi Anda jangan panggil relawan untuk mendekat ke Nasdem. Itu dua agenda yang berbeda. Biarkan relawan lakukan aktivitasnya dan mungkin sekali kalau Pemilu formalnya gagal, bisa Pemilu dilakukan oleh relawan. Jadi Anies mesti berani ambil risiko itu. Sebagai sahabat ya selalu mendorong Anies untuk mempertimbangkan bahwa tidak harus politik itu sempurna melalui sistem elektoral. Kalau ada kecelakaan, orang akan tunggu Anies itu dihasilkan oleh (suatu) kecelakaan politik. Itu juga bagus buat Indonesia untuk belajar bahwa dari awal politik ini memang diasuh dengan cara yang tidak benar. Oleh karena itu, Pemilu tidak boleh membenarkan cara itu. Harus ada Pemilu yang diselenggarakan oleh rakyat, bukan oleh KPU. Dan, kita bisa bayangkan, kalau terjadi deadlock misalnya Anies nggak ada cawapresnya, bagaimana keadaan Indonesia. Sementara, semua bakal cawapres bisa disogok Istana supaya jangan mau jadi cawapresnya Anies. Berarti Anies enggak masuk walaupun elektabilitas naik terus, maka terjadi social unrest. Kan itu. Jadi kita mesti membayangkan cara-cara buruk untuk menghalangi Anies. Itu sebetulnya yang sudah kita bayangkan adalah cara-cara bagus untuk memuluskan Ganjar, tapi kemudian Presiden Jokowi berpikir ya sudahlah daripada ribut saya mending dorong Prabowo Subianto saja karena Prabowo yang sudah terjamin kesetiaannya. Kira-kira begitu. Politik kan goal without moral. Satu waktu juga Pak Prabowo mungkin ngasih sinyal bahwa saya enggak akan terusin IKN, karena itu berat betul, walaupun Pak Prabowo punya tanah di situ. (sof/sws)

Jayakarta Siapa, Pak?

Oleh Ridwan Saidi Budayawan  JAYAKARTA di Jakarta menurut van der Zee dalam Stad van Coen baru tahun 1610. Namanya tak ada kaitan dengan nama Jakarta. Jakarta dari Majakatera, land of power, tempat di seberang menara Syahbandar. Dalam peta navigasi Juan Barros Portugis menjadi Jacatera dan pada 1512 Tom Pires: Jacatra. Di lidah penduduk jadi Jakatra terkemudian  Jakarta. Pelabuhan tak berubah tetap Cumda Kalapa. Cumda artinya cemerlang. Yang bertahan kemudian ucapan Sunda.  Jayakarta berkemah dengan rombongannya a.l Wijayakrama. Pada saat itu Syahbandar Sunda Jalapa Arya Ranamanggala. Dia orang Asia minor yang berbatasan India.  Arya ras Asia minor, kecuali Mongolia. Jayakarta menawarkan tanah di Jakarta yang katanya miliknya kepada orang Inggris. Inggris cek ke Betawi. Betawi membantah karena tak dibebarkan adat menjual tanah. Orang2 Betawi dan Inggris menggeruduk kemah Jayakarta. Tak jelas pemicunya akhirnya  pasukan Betawi yang kala itu telah bersenapan api  menyersng kemah Jayakarta. Banyak yang tewas a.l Wijayakrama. Jayakarta dan  10 pengikutnya lari ke arah barat. Pasukan Betawi menburu. Di suatu tempat bernama Kasemen ke-11 orang itu ditemukan dan dibunuh. Mereka dimakam di tempat. Prof Uka, guru arkaeologi saya di SMA, membenarkan Kasemen itu makam Jayakarta. Saya sudah ke Kasemen.  Jakarta dikendalikan oleh Tandem (sekutu) Syshbandar dan Kuasa adat yang nomenclatur-nya patih. Syahbandar Wa Item yang menjabat sejak 1518 tandemnya Patih Mundari. Kalau Arya Ranamanggala tandemnya Ki Aria. Jakarta tak pernah ada power system kerajaan. Power system oada Tandem. Dalam naskah perjanjian dengan Portugis 21 Agustus 1521 pihak Jakarta disebut Tandem. Seharusnya HUT Jakarta 21 Agustus 1521. Ini perjanjian Internasional pertana yang melibatkan Indonesia. Kalau HUT 22 Juni 1527 tak ada apa-apa. Jskarta sedang membangun Labuhan Sunda Kalapa II sebagai follow up perjanjian dengan Portugis. Pelabuhan I di Kali Adem dihajar rob. Dalam hal keamanan atau istilah lokal penyaringan (bukan penjaringan) ditangani pasukan Betawi. Pada 1550-1623 kerajaan Mataram membantu keamanan Sunda Kalapa (de Haan, Oud Batavia). Dongeng asyik apalagi pas siskamling sembari makan kacang rebus dan nyeruput kupi. Tapi sejarah bukan dongeng. (RSaidi)

Harapan Permohonan Maaf Kepada Keluarga Besar Sukarno Kandas oleh Amandemen UUD

Oleh: Anthony Budiawan – Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) KETETAPAN MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang *Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Sukarno* ditetapkan 12 Maret 1967. Memang sudah cukup lama, 55 tahun silam, tetapi dampak turbulensinya terasa hingga sekarang. MPRS ketika itu berpendapat bahwa pidato pertanggungjawaban Presiden Sukarno yang berjudul Nawaksara pada 22 Juni 1966, yang kemudian dilengkapi dengan surat presiden tentang Pelengkap Nawaksara pada 10 Januari 1967, tidak memenuhi harapan rakyat. Artinya tidak diterima oleh MPRS. Dalam butir a pertimbangan, MPRS berpendapat bahwa Presiden Sukarno telah melakukan kebijaksanaan yang secara tidak langsung menguntungkan G-30-S/PKI dan melindungi tokoh-tokoh G-30-S/PKI. Pada prinsipnya, pencabutan kekuasaan Presiden / Mandataris MPRS oleh MPRS memang merupakan hak dan wewenang MPRS sebagai lembaga tertinggi negara, sesuai konstitusi yang berlaku ketika itu, di mana wewenang MPR(S) lebih tinggi dari Presiden. Sehingga keputusan pencabutan kekuasaan ini sah menurut konstitusi, dan tidak bisa dipermasalahkan oleh siapapun. Peristiwa hampir serupa, tapi tidak sama, terjadi pada Presiden BJ Habibie, di mana pertanggungjawabannya tidak diterima oleh MPR pada sidang istimewa tahun 1999. Perbedaannya, MPR tidan mencabut kekuasaan Presiden Habibie, yang tetap menjabat sebagai Presiden hingga pemilihan Presiden berikutnya setelah pemilu 1999. Tetapi Habibie sadar bahwa dukungan politik kepadanya sangat rendah sehingga yang bersangkutan memutuskan untuk mundur dari bursa pencalonan Presiden pada pemilihan berikutnya. Keputusan ini patut dihargai sebesar-besarnya, dan menempatkan Habibie sebagai negarawan sesungguhnya. Yang menjadi persoalan bukan pemberhentian Presiden Sukarno oleh MPRS. Tetapi salah satu alasan pemberhentian tersebut yang menurut pihak tertentu sangat mencoreng dan merugikan nama Sukarno, karena dianggap mendukung G-30S-PKI. Apalagi Pasal 6 TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tersebut berbunyi _“Menetapkan penyelesaian persoalan hukum selanjutnya yang menyangkut Dr. Ir. Sukarno, dilakukan menurut ketentuan-ketentuan hukum dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan, dan menyerahkan pelaksanaannya kepada Pejabat Presiden._ Masalahnya, penyelesaian persoalan hukum tersebut tidak pernah ditindaklanjuti hingga Sukarno (Bung Karno) meninggal tahun 1970, membuat persoalan hukum ini tidak mungkin lagi dapat ditindaklanjuti setelah itu. Setelah sekian lama berlalu, Presiden Soeharto / Mandataris MPR kemudian memberi gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Karno dan Bung Hatta melalui Keputusan Presiden pada 1986. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian mempertegas dengan memberi gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Karno dan Bung Hatta melalui Keputusan Presiden pada 2012. Apakah gelar Pahlawan Proklamator dan Pahlawan Nasional kepada Bung Karno ini sebagai pengakuan negara bahwa Sukarno tidak terkait peristiwa G-30-S/PKI? Apakah gelar Pahlawan Proklamator dan Pahlawan Nasional tersebut sudah cukup memulihkan nama Bung Karno sesuai harapan para pendukung dan keluarga besar Bung Karno? Di samping itu, TAP MPRS No XXXIII/MPRS/1967 juga sudah dibatalkan oleh TAP MPR No 1/MPR/2003, dan dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat einmalig (final), telah dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan.  Tetapi, ada beberapa kalangan masyarakat merasa semua itu belum cukup, dan berharap pemerintah Indonesia menyampaikan permohonan maaf kepada Sukarno dan keluarga besarnya karena pernah mengeluarkan TAP MPRS tersebut. Pertanyaannya, apakah bisa? Apakah secara hierarki kelembagaan negara dimungkinkan? Karena yang mengeluarkan TAP MPRS adalah lembaga MPR(S) yang mempunyai kedudukan dan wewenang lebih tinggi dari pemerintah (atau presiden sebagai mandataris MPR(S)), maka, logisnya, pemerintah tidak bisa minta maaf atas keputusan MPR(S) tersebut. Karena, permintaan maaf dari pemerintah bisa mempunyai implikasi, pemerintah (seolah-olah) telah melakukan koreksi terhadap keputusan lembaga MPR yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pemerintah (ketika itu), yang mana berarti pemerintah melanggar hierarki kelembagaan negara? Kalau ini terjadi, maka bisa menjadi preseden buruk, di mana pemerintah bisa melakukan koreksi terus-menerus terhadap lembaga MPR, yang saat ini mempunyai kedudukan sederajat. Sangat bahaya. Karena itu, yang bisa membatalkan keputusan MPR adalah lembaga MPR itu sendiri. Artinya, TAP MPR harus dibatalkan dengan TAP MPR lagi, tidak bisa oleh undang-undang, apalagi keputusan presiden. Dan ini sudah dilaksanakan, TAP MPRS No XXXIII/MPRS/1967 sudah dibatalkan oleh TAP MPR No I/MPR/2003. Kalau pembatalan ini belum cukup dan negara perlu minta maaf, maka yang harus minta maaf seharusnya adalah lembaga MPR. Bukan Presiden. Tetapi, akibat amandemen UUD 1945 asli sebanyak empat kali sejak 1999-2002, MPR saat ini sudah tidak bisa mengeluarkan Ketetapan MPR yang bersifat kebijakan dan mengikat keluar. Artinya, MPR tidak bisa minta maaf kepada pihak luar, dalam hal ini kepada Sukarno dan keluarga besarnya? Lagi pula, atas dasar apa MPR saat ini bisa menyatakan bahwa TAP MPRS No XXXIII/MPRS/1967 tersebut keliru sehingga perlu minta maaf? MPR dalam hal ini juga dalam posisi dilematis. Agar bisa memuaskan semua pihak, maka mau tidak mau harus diadakan proses penyelesaian hukum terlebih dahulu sesuai bunyi pasal 6 TAP MPRS tersebut. Apakah mungkin? Bagaimana kalau minta fatwa Mahkamah Konstitusi Dalam beberapa kasus permohonan uji materi terkait TAP MPR, Mahkamah Konstitusi juga berpendapat tidak berwenang mengadili TAP MPR terhadap UUD. Mahkamah Konstitusi hanya berwenang mengadili undang-undang terhadap UUD. Dengan demikian, amandemen UUD 1945 sudah mengakibatkan kekosongan hukum terkait TAP MPR. Berharap pemerintah Indonesia atau negara menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga besar Bung Karno sepertinya sulit terealisasi. Demikian sumbang pemikiran ini diberikan dengan harapan dapat menjadi bahan diskusi lebih lanjut untuk mengisi kekosongan hukum pasca amandemen UUD. (*)

Alumni HMI MPO Resmi Dukung Anies Baswedan Jadi Capres 2024

Jakarta, FNN - Keluarga Besar Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) resmi mengusung Anies Rasyid Baswedan menjadi bakal Calon Presiden (Capres) 2024. Dukungan terhadap mantan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta itu isampaikan dalam silaturrahmi nasional organisasi tersebut, di Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 November 2022. \"Dengan mengucapkanan Bismillaahirahmaanirrahiim, kita memperjuangkan Anies Rasyid Baswedan sebagai Presiden Rpublik Indonesia periode 2024-2029,\" kata Ketua Umum PB HMI MPO 1988-1990, Tamsil Linrung ketika membacakan Manifesto Jakarta 2022.  Acara bertema, \"Tegakkan, Pikullah Amanah Ini Atas Pundakmu Untuk Indonesia Adil-Makmur,\" diisi orasi kebangsaan yang disampaikan tokoh alumni HMI MPO, Abdullah Hehamahua, Eggi Sudjana, Zulkifli Halim, Aziz Kahar Muzakkar dan Hanafi Saleh.  Sedangkan Anies Baswedan menyampaikan pidato kebangsaan secara online (daring). Pada acara tersebut juga dibagikan buku berjudul, \"Anies Baswedan, Harapan Perubahan,\" yang merupakan kumpulan opini dan tulisan yang umumnya dimuat di Forum News Network atau FNN.co.id. \"Manifesto Jakarta 2022 atas dasar kepercayaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta\'ala. Demi tercapainya kesetaraan dan kesejahteraan sosial yang merata, memenuhi rasa keadilan publik dalam sistem hukum yang mengayomi, maka dengan ini alumni HMI MPO menyatakan akan mengambil peran utama menentukan arah bangsa,\" kata Tamsil Linrung yang juga anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah)  RI itu. Senator asal pemilihan Sulawesi Selatan itu mengatakan, sebagai putra-putri Indonesia yang  terlahir sebagai bangsa pemberani yang teruji dan tangguh melawan penjajahan, merebut dan mempertahankan kemerdekaan,  \"Hari ini kita menegaskan komitmen dan menegaskan janji-janji pemerintahan.\" Ada lima Manifesto Jakarta 2022. Pertama, kita adalah generasi yang selalu bergerak untuk perubahan dan kemajuan, berpikir dan berkehendak merdeka karena sesungguhnya hak kemerdekaan itu adalah hak azasi di seluruh muka bumi. Maka kita tampil terdepan memastikan terciptanya kedaulatan rakyat dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa. Kedua,  kita adalah bangsa petarung yang selalu siaga menjaga bumi pertiwi tetap merdeka dan berdaulat. Setiap jengkal tanah bangsa adalah warisan perjuangan para pendahulu kita yang harus dipertahankan dengan pengorbanan jiwa raga. Maka kita tampil terdepan menjaga keutuhan, persatuan, dan kesatuan bangsa dari Sabang sampai Merauke. Ketiga,  kita memperjuagkan reformasi demi mewujudkan demokrasi sejati sebagai sarana  menjamin kebebasan politik rakyat. Maka kita tampil terdepan memastikan ruang kebebasan dan partisipasi politik terbuka seluas-luasnya. Mendorong anak-anak bangsa terbaik tampil melanjutkan kepemimpinan nasional. Keempat,  kita memperjuangkan demokrasi yang matang, menghormati segala perbedaan, mengedepankan  kejujuran demi menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Maka kita tampil terdepan membangun demokrasi substantif yang mampu mewujudkan cita-cita nasional. Kelima, kita memperjuangkan hadirnya pemimpin nasional yang amanah, yang mampu mewujudkan kesejahteraan dan mendistribusikan keadilan sosial. Pemimpin nasionalis yang religius, mencintai dan dicintai rakyatnya. Pemimpin yang mampu memajukan Indonesia, menjaga keragaman dan menggerakkan perubahan. \"Dengan mengucapkan Bismillaahirahmaanirahiim kita memperjuangkan Anies Rasyid Baswedan sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029,\" kata Tamsil. Di bawah naungan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Binneka Tunggal Ika, mari kita rapatkan barisan perjuangan,  berperan aktif mengambil tanggung jawab bergerak dengan kekuatan tekad dalam harmoni dan sinergi yang penuh energi. \"Tegaklah pikullah amanah ini di atas pundakmu.  Maju Indonesia Raya, bahagia rakyatnya,\" ucap Tamsil, Wakil Ketua MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) terpilih itu. (Anw).

Tasyakuran Milad STII, LaNyalla: Tugas Partai Berbasis Islam Bukan Hanya Pilpres

Semarang, FNN – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengingatkan tugas mulia partai berbasis Islam bukan hanya sekadar pilpres lima tahunan. “Jadi sebenarnya tugas mulia di pundak Partai Politik berbasis Islam bukan sekedar ritual Pilpres lima tahunan. Tetapi lebih dari itu, tugas mulia Partai Islam adalah menempatkan Sila Pertama Pancasila, sebagai payung hukum spirit teologis dan kosmologis dalam menjalankan negara,” ujarnya secara virtual dari Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (12/11/2022). Menurut LaNyalla, dalam mengatur kehidupan rakyat, negara harus berpegang pada spirit Ketuhanan. Maka kebijakan apapun yang dibuat dan diputuskan, wajib diletakkan dalam kerangka etis dan moral serta spirit agama.  “Artinya jika ada kebijakan atau Undang-Undang yang hanya menguntungkan kelompok tertentu, dan merugikan kebanyakan rakyat. Apalagi membuat rakyat sengsara, jelas kebijakan itu telah melanggar kerangka etis dan moral serta spirit agama. Yang artinya telah melanggar Pancasila sebagai Norma Hukum Tertinggi negara ini,” papar dia. Karena itu, lanjut LaNyalla, saat pertemuan Ketua Lembaga dengan Presiden pada Agustus lalu, dirinya meminta Presiden, selaku Kepala Negara untuk meratifikasi keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Melawan Islamophobia. “Saya minta Indonesia juga secara resmi menetapkan tanggal 15 Maret sebagai hari melawan Islamophobia. Karena jelas, Negara ini berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Seperti tertulis di Pasal 29 Ayat 1 Konstitusi kita,” tutur dia lagi. Bahkan di Ayat 2 tertulis dengan sangat jelas bahwa beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu dijamin negara. Artinya, kalau ada umat Islam yang menjalankan Sunnah Nabinya dengan memelihara jenggot, itu wajib dijamin oleh negara sebagai kemerdekaan atas pilihannya. “Bukan malah distigma Teroris atau belakangan ini malah disebut Kadrun dan Radikal. Ini salah satu dari sekian banyak fenomena Islamophobia di Indonesia,” tukas Senator asal Jawa Timur itu.  LaNyalla juga berharap agar Partai Politik berbasis Islam menyampaikan kepada semua elemen bangsa, bahwa bangsa ini lahir atas jasa besar Umat Islam. Terutama tokoh-tokoh Islam dan para ulama. Oleh karena itu, katanya, secara ideal seharusnya partai-partai Islam bisa mengusung kader terbaik mereka, yang tentu sejalan dengan platform perjuangan partai. “Tetapi seperti kita ketahui adanya Pasal 222 di dalam UU Pemilu, yang mengatur tentang Presidential Threshold, membuat partai politik tidak dapat secara ideal mengusung kader terbaik mereka sendiri,” ungkapnya. Walaupun ambang batas pencalonan tersebut sudah beberapa kali diajukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi, termasuk oleh DPD RI, namun MK tetap kepada keputusannya, bahwa PT 20 persen itu adalah Open Legal Policy. Artinya kewenangan pembuat Undang-Undang, yaitu DPR dan Pemerintah.  “Seharusnya pekerjaan partai politik hari ini melalui Fraksi yang ada di DPR, adalah melakukan Legislatif Review bersama Pemerintah. Tetapi rupanya jalan itu juga tidak ditempuh oleh Partai Politik yang ada,” katanya.  Yang dilakukan oleh parpol, lanjutnya, justru sibuk saling bertemu untuk menjajaki terbentuknya Koalisi antar mereka. Meskipun platform perjuangan partai-partai tersebut berbeda. Padahal dalam ilmu dan teori politik, Koalisi seharusnya terjadi setelah pemilu dan setelah pilpres.  “Tetapi lagi-lagi karena adanya Pasal 222 di dalam Undang-Undang Pemilu itulah yang membuat hal-hal yang saya sebutkan tadi terjadi,” jelasnya. Hadir dalam kesempatan itu Ketua Umum Dewan Kehormatan Pengurus Besar Serikat Tani Islam Indonesia, yang juga Anggota DPD RI, Abdullah Puteh, Anggota DPD RI, Bustami Zainuddin, Ketua Umum PB STII, Fathurrahman Mahfudz, para perwakilan Ketua Umum partai Islam dan jajaran pengurus Serikat Tani Islam Indonesia. (Sof/LC)

Resesi Perlu Diwaspadai, tapi Jangan Terlalu Berlebihan

Jember, Jawa Timur,FNN - Pengamat ekonomi Universitas Jember (Unej) Adhitya Wardhono PhD mengatakan resesi ekonomi global perlu diwaspadai tetapi jangan terlalu berlebihan hingga menyebabkan masyarakat resah. \"Resesi perlu diwaspadai, tetapi jangan terlalu didramatisasi. Tentunya optimisme dan komunikasi kebijakan yang baik diperlukan guna menjaga ekspektasi masyarakat,\" katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu.Menurutnya, pemberitaan terkait resesi ekonomi global sifatnya harus objektif dan perlu dikaji secara hati-hati karena perbandingan antara kondisi perekonomian global dan dalam negeri perlu diterangkan secara lugas. \"Hal itu untuk menghindari asimetris informasi serta ketakutan masyarakat yang berlebihan atas resesi ekonomi yang diprediksi terjadi pada tahun 2023,\" tuturnya.Ia menjelaskan sinergi kebijakan menjadi kunci dari stabilitas perekonomian yang diwujudkan melalui bauran kebijakan nasional yang akomodatif. \"Sejalan dengan bauran kebijakan nasional, bauran kebijakan Bank Indonesia pada 2023 harus terus mendorong pemulihan ekonomi nasional dan menjaga stabilitas,\" ucap pakar moneter Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unej itu.Hal tersebut antara lain dilakukan dengan didukung stabilisasi nilai tukar rupiah, kebijakan makroprudensial akomodatif, dan percepatan digitalisasi sistem pembayaran.Adhitya mengatakan intinya arah kebijakan moneter difokuskan untuk menjaga stabilitas pro-stability, baik pencapaian sasaran inflasi, stabilitas nilai tukar, maupun stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah proses pemulihan ekonomi nasional. \"Meski dalam hal ini juga secara paralel BI memiliki kebijakan lainnya yang diarahkan untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional pro-growth,\" ujarnya.Terlepas dari kenaikan isu ancaman resesi global, lanjut dia, bahan dapur ekonomi domestik masih cukup memadai karena di sektor rill, konsumsi masyarakat masih berada pada tren yang positif.\"Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level 117,2 pada bulan September atau berada di zona optimistis. Dari sisi produksi juga berada pada jalur ekspansif. Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang pada Agustus 2022 mencapai level 53,7,\" katanya.Begitu juga di sektor keuangan memperlihatkan kinerja yang tetap impresif. Sistem keuangan Indonesia relatif kuat dengan terjaganya sisi permodalan dan likuiditas perbankan.(Sof/ANTARA)

Kapolri Meninjau Kesiapan Posko-Peralatan Personel Pengamanan KTT G20

Badung, FNN - Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo meninjau kesiapan akhir posko dan peralatan pengamanan yang dimiliki personel menjelang puncak perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali.  Kapolri saat ditemui di Badung, Bali, Sabtu, menyatakan Polri menyiapkan empat posko pengamanan dengan standar keamanan yang sama untuk memantau kondisi dan jalur-jalur yang dilewati delegasi KTT G20.  \"Baru saja kita meninjau salah satu posko pengamanan di dekat Apurva untuk mengecek kesiapan peralatan dan anggota. Kemudian di jalur yang dilewati delegasi, kami juga melakukan pengecekan mulai dari rute masuk dan patroli, termasuk personel kita, semuanya tergelar dengan baik,\" kata Sigit Prabowo usai meninjau pos pengamanan di Nusa Dua Selatan, Pantai Geger, Badung, Bali.  Kapolri bersama pejabat tinggi Polri berkeliling mengecek satu per satu peralatan pengamanan selama KTT G20 yang digunakan dan dimiliki Satuan Brimob yang berada tidak jauh dari tempat berlangsungnya KTT G20 pada 15-16 November 2022.  Kapolri memastikan seluruh peralatan yang digunakan untuk menghadapi situasi kontijensi terkait dengan bencana mulai dari peralatan SAR di laut, darat, dan udara maupun potensi ancaman bom dapat dioperasionalkan dengan maksimal. \"Tadi kita cek satu-satu, mulai dari personel yang dipersiapkan untuk menghadapi apabila ada suatu kerusuhan, kemudian ada eskalasi yang meningkat semuanya tergelar dengan baik,\" kata dia.  Kapolri menyatakan pasukan telah siap untuk menghadapi situasi kontijensi termasuk serangan bom dan kemungkinan evakuasi. \"Apabila ada ancaman terkait masalah bom dan kimia radioaktif peralatan kita sudah siap, baik mulai dari alat pendeteksi,  melaksanakan evakuasi, dan alat untuk penghancuran bom,\" kata dia.  Terkait kesiapan personel, ia memastikan setiap hari para personel yang terlibat melakukan pengecekan dan berlatih terus menerus sehingga pada saatnya dalam waktu cepat, maka mereka dapat segera bergerak dan melakukan tugas-tugasnya.  Pada kesempatan tersebut, Kapolri menunjukkan sejumlah mobil yang dilengkapi dengan alat pendeteksi benda-benda berbahaya dan menyiapkan mobil \"escape\", seperti Armor, Nurol Makina ve Sanayi AS (NMS), Iveco LMV (Light Multirole Vehicle), kendaraan, peralatan antipeluru lainnya.  \"Saya kira ini menjadi satu optimisme bahwa penyelenggaraan rangkaian kegiatan KTT G20 yang akan dilaksanakan pada 15-16 semuanya baik dari TNI-Polri siap menjalankan tugas,\" kata dia.  Dalam kegiatan pengecekan peralatan pengamanan dan posko tersebut, Kapolri didampingi sejumlah pejabat tinggi Polri, seperti Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo, Komisaris Jenderal Polisi H. Ahmad Dofiri, Irjen Pol Setyo Budi, Kapolda Bali Putu Jayan Danu Putra, dan sejumlah pejabat tinggi Polri lainnya.(Sof/ANTARA)

Serangan Siber di KTT G20 Telah Diantisipasi, Kapolri Tegas Kapolri

Jakarta, FNN - Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya serangan siber dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.\"Karena memang yang namanya serangan siber, walaupun leading sectornya BSSN selaku penanggung jawab keamanan sistem jaringan, tetap proses penegakan hukum dan pencarian pelaku harus kita lakukan sehingga dari awal sebaiknya kita semua harus siap menghadapi kondisi tiba-tiba ada serangan,\" kata Sigit dalam tinjauannya di Posko Satgas Gakkum Mabes Polri di Badung, Bali, Sabtu.Untuk mencegah terjadinya serangan siber, kata dia, Polri telah berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Badan Intelijen Negara (BIN). Dalam hal ini, BSSN menjadi leading sector-nya.Ia mengatakan antisipasi pencegahan serangan siber dilaksanakan di seluruh lokasi acara internasional tersebut. Baik lokasi utama maupun pendukung yang terhubung dengan koneksi internet.Dengan adanya antisipasi di semua lini, tutur Sigit, KTT G20 dapat berjalan dengan lancar dan aman dari gangguan siber. \"Jadi kita minta itu betul-betul dilakukan, persiapkan, begitu ada serangan bagaimana recovery yang bisa dilakukan sehingga tidak mengganggu kegiatan utama, khususnya saat acara berlangsung,\" ujar Sigit.Sigit meminta seluruh pemangku kepentingan untuk terus mematangkan langkah maupun skenario atas segala dinamika yang dapat berkembang sewaktu-waktu. \"Jadi saya minta terus dilakukan peningkatan skenario-skenario yang mungkin terjadi terkait dengan sistem serangan yang akan mengganggu, baik di luar maupun di dalam venue,\" ucap Sigit.Oleh karena itu, Sigit mengungkapkan BSSN, Polri, dan BIN dapat terus melakukan koordinasi serta proses evaluasi untuk pengamanan serangan siber di KTT G20.\"Karena memang harus dilakukan evaluasi setiap hari sehingga kita yakin mulai dari proses sampai pelaksanaan kegiatan bisa berjalan dengan baik,\" kata Sigit.(sof/ANTARA)